MEREKA MEMBIDIK TASAWWUR
Muhamad bin
Ali dalam Ideological Response to Terrorism and Extremism
menyatakan bahwa dalam meng-counter teroris, selain serangan
preemtif untuk menggagalkan serangan dan merusakkan rencana serangan,
diperlukan langkah mendasar untuk mengalahkan ideologi kelompok teroris.
Langkah itu adalah mengalahkan ideologinya dan memberikan kepada
masyarakat ideologi alternatif agar ketertarikan kepada ideologi teroris
dapat dilemahkan dan dikalahkan. Serangan ini harus menyasar mindset
(hati dan pikiran) dan merusak habitat tempat tumbuh ideologi itu.
Aliansi
global anti-Islam telah mengambil kesimpulan tepat ketika mereka
berpendapat bahwa sumber persoalan yang mereka hadapi adalah ajaran
Islam itu sendiri yang mendorong pemeluknya untuk melawan kezhaliman dan
ketidakadilan. Tetapi mereka juga telah mengerti bahwa umat Islam
menghadapi masalah serius dalam persoalan penerimaan esensi ajaran
agamanya, ada yang memahami dan mempunyai komitmen penuh, ada pula yang
apatis dan tidak peduli kondisi umat serta menerima dominasi dan
ketidakadilan Barat. Mereka juga membaca potensi di tengah umat Islam
yang dapat dieksploitasi untuk menghadapi elemen intern umat Islam yang
teguh berjuang menghadapi Barat dengan kekufuran dan ketidakadilannya.
Potensi itu
secara serius direkayasa demi menciptakan momentum dan memeliharanya
untuk kemenangan mereka. Keragaman komitmen intern umat Islam tersebut,
dalam pandangan para peneliti mereka, hanya dapat disatukan jika umat
Islam menyadari bahwa perang terhadap terorisme sejatinya perang
terhadap Islam dan umat Islam. Karena itu Muhammad Hanif bin Hassan dari
Universitas Nanyang Singapura dalam Key Considerations in Counter
ideological Work Against Terrorist Ideology mewanti-wanti bahwa
yang terpenting, apapun pendekatan yang digunakan akan gagal jika perang
terhadap terorisme diterima sebagai perang terhadap Islam.
Penghancuran Plasma
Dalam persepsi para peneliti Barat, masyarakat
Islam merupakan obyek garap dakwah kelompok teroris untuk mendapatkan
dukungan, dana dan rekrut. Suatu kesimpulan yang sepenuhnya tidak salah.
Untuk memenangi perang, para peneliti menganjurkan untuk memproteksi
masyarakat Islam agar tidak dipengaruhi ideologi kelompok teroris.
Isolasi itu dimaksudkan untuk memotong mata rantai rekrutmen kader
teroris sehingga mereka kesulitan regenerasi, menghentikan dukungan
dana, logistik dan simpati umat, maupun penggalangan sosial yang
dilakukan kelompok teroris.
Para peneliti yang memberikan
rekomendasi langkah dan program war on terror tahu
betul bahwa hubungan antara kelompok teroris dengan masyarakat Islam
adalah hubungan antara sel dengan plasma-nya, makhluk hidup dengan
habitatnya, singa dengan hutannya. Ketika berhasil memisahkan keduanya,
mereka yakin akan berhasil memenangi peperangan.
Target Penggalangan
Jika iblis dan kabilahnya tidak bisa masuk
menggoda manusia kecuali jika terbuka celahnya, maka kafir Barat juga
bersusah payah mengidentifikasi celah untuk masuk masyarakat Islam untuk
memproteksi masyarakat dari pengaruh ideologi kelompok teroris. Mereka
melihat celah masuk itu adalah ulama tradisionalis dan kalangan sarjana
Muslim yang liberal.
Identifikasi para analis tersebut
berdasarkan pengalaman panjang pertarungan dengan pihak Islam dari
berbagai generasi di berbagai tempat. Kelompok yang pertama berpotensi
untuk digalang kafir Barat menghadapi abnaa' ash-shahwah
al-Islamiyah karena lambatnya mengikuti transformasi perubahan
dinamika dunia Islam. Mereka cenderung statis dan khawatir terganggu
kemapanannya. Padahal, ideologi ash-shahwah al-Islamiyah sangat
dinamis dan meniscayakan perubahan. Posisi kritis inilah yang
dieksploitasi oleh kafir Barat.
Sedangkan kelompok sarjana Muslim
liberal memang telah dicangkoki gen ketundukan pada kekufuran
setelah dicekoki argumen pluralisme yang berasal dari spirit
liberal. Cangkok gen itu diiringi fasilitas yang menunjang gaya
hidup ala kafir Barat.
Devide et Impera
Panggung
kebangkitan Islam kedepan kemungkinan besar akan diwarnai dengan
pertarungan hidup-mati para abnaa' ash-shahwah al-Islamiyah
dengan kekuatan intern umat Islam yang berhasil digalang kafir Barat
sebagaimana telah diprediksi Abu Mush’ab As-Suuriy dalam ad-Da'wah
al-Muqawamah-nya.
Fenomena di lapangan membenarkan
prediksi As-Suuriy, sekaligus menjadi bukti dilaksanakannya
rekomendasi para peneliti “kontraterorisme” kafir Barat. Bergabungnya
banyak sarjana Muslim liberal ke dalam BNPT, turut sertanya para
pemimpin organisasi Muslim tradisional dalam mengusung pemikiran
pluralis yang anti ideologi Islam, pelatihan dan apel kesiagaan “laskar”
ormas tradisional dan menggeliatnya kembali kegiatan seni dan kultur
Islam tradisional di wilayah-wilayah yang dianggap kantong kelompok
“teroris.” Semua itu tentu tidak dapat dipisahkan dari melimpahnya
anggaran deradikalisasi BNPT, baik dari APBN maupun donasi dari luar
negeri.
Kafir Barat dengan aliansi regional dan
nasionalnya juga mendapatkan “durian runtuh” dengan
bergabungnya kelompok Salafi palsu ke dalam barisan mereka. Kelompok ini
dapat dikategorikan sebagai yang paling berbahaya dalam menghadapi
kebangkitan Islam karena kemiripannya yang sangat dekat dengan abnaa'
ash-shahwah al-Islamiyah.
Peneliti Barat sendiri telah
melakukan klasifikasi final terhadap musuh utama mereka, yakni dari
kelompok sunni (Ahlus-Sunnah), bermanhaj salaf dan menempuh jalan jihad
untuk mewujudkan cita-citanya. Demikian identifikasi yang dilakukan oleh
Andrew Zwitter dalam The Anatomy of Ideology : An Analysis
of the Structure of Ideology and the Mobilisation of Terrorists.
Dalam kasus
lokal Indonesia, Salafi palsu ini sangat aktif
menyambut seruan Prof. Dr. Irfan Idris dari BNPT. Mereka membuat buku
untuk mendelegitimasi tashawwur keyakinan al-wala wal-baro' dan
jihad kelompok jihadi, menerbitkan serta membagi-bagikannya
secara gratis. Selain itu, sebagaian dari mereka memang pernah aktif
dalam gerakan kelompok jihadi sehingga mereka dianggap paling piawai
untuk membongkar cara berpikir kelompok jihadi.
Dibanding
elemen umat Islam lain yang tergalang, kelompok ketiga ini paling
ideologis dalam memerangi ash-shahwah al-Islamiyah dan abnaa'-nya.
Hal ini karena mereka terkena syubhat dalam mengidentifikasi kelompok
Khawarij dan menerapkannya dalam kenyataan kekinian secara serampangan.
Akibatnya mereka menganggap pembelaannya kepada aliansi kafir Barat
sebagai “ibadah jihad” dan menganggap abnaa' ash-shahwah
al-Islamiyah sebagai Khawarij dan kilaab an-naar
(anjing-anjing neraka), walah!!
Memahami Irodah
Termasuk
persoalan penting yang kurang dipahami dan didudukkan secara
proporsional adalah masalah irodah kauniyah qodariy Allah SWT
dan irodah syar'iyyah-Nya. Yang pertama adalah kehendak Allah
secara umum terhadap makhluk-Nya yang pasti akan berlaku. Dan supaya
kehendak umum itu berlaku, Allah menciptakan sebabnya. Adapun yang kedua
adalah kehendak Allah agar hamba-Nya melakukan suatu perbuatan atau
meninggalkannya. Keinginan yang kedua ini terwujud dalam perintah dan
larangan yang termaktub di dalam apa yang dibawa oleh para nabi utusan-Nya.
Bersesuaian
dengan irodah kauniyah-Nya tidak memiliki implikasi mendapat mahabbah
(kecintaan), ma'iyyah khoshshoh, nushroh (pertolongan),
keridloan, ajr (pahala) dan jannah-Nya, bahkan kadang
bisa mendapatkan sukht (kemurkaan), wizr (dosa) dan
neraka-Nya. Sedang memenuhi irodah syar'iyyah-Nya ber-implikasi
mendapatkan mahabbah (kecintaan), ma'iyyah khoshshoh,
nushroh (pertolongan), keridloan, ajr (pahala) dan
jannah-Nya.
Perpecahan di tengah umat Islam
merupakan irodah kauniyah Allah yang pasti terjadi, dan Alloh
menciptakan kebodohan, taqlid buta dan kultus kepada pemimpin sebagai
sebab terjadinya. Tetapi yang menjadi irodah syar'iyyah-Nya
adalah berpegang kepada tali Allah dan tidak berpecah-belah. Karena itu
orang yang bodoh terhadap dien-Nya, taqlid buta kepada pemimpin
dan mengkultuskannya tetap dicela, dimurkai dan diancam dengan neraka,
padahal tiga hal itu menjadi jalan terjadinya irodah kauniyah-Nya.
Karena itu abnaa'
ash-shohawah al-Islamiyah yang matang dan dewasa sama sekali tidak
merasa kecil hati dan miris terhadap kesempitan yang
diancamkan oleh musuh dan keberhasilan mereka menangguk dukungan dari
kelompok umat Islam yang dapat digalang. Adapun kepada mereka yang
tergalang, ketahuilah bahwa kalian hanya menjadi sebab terpenuhinya nubuwah
Nabi SAW:
لَا يَزَالُ مِنْ أُمَّتِيْ أُمَّةٌ قَائِمَةً
بِأَمْرِ اللهِ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ،
حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
“Akan selalu ada di kalangan umatku segolongan
umat yang menegakkan perintah Allah, tidak akan(mampu) mendatangkan
madharatt kepada mereka orang-orang yang menghinakan dan menyalisihi
mereka, sehingga datang keputusan Allah sedangkan mereka tetap dalam
keadaan itu". (HR. Al-Bukhari).
Yang
menjadikan kecil hati abnaa' ash-shahwah al-Islamiyah adalah
ketika keyakinan, pikiran dan langkah yang ditempuhnya belum bersesuaian
dengan irodah syar'iyyah-Nya, bukan yang lain. *(Wawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar