Jumat, 24 Agustus 2012

Kekuatan Istighfar 2

Kekuatan Istighfar (Bagian II)


Kekuatan  Kelima : Istighfar  mendatangkan rizki dan anak

Masalah rizki, uang dan anak merupakan masalah yang menjadi perhatian  seluruh manusia yang hidup di dunia ini. Berapa banyak manusia yang stress, bahkan tidak sedikit dari mereka yang bunuh diri akibat memikirkan harta dan keluarga. Berapa banyak rakyat  kecil yang hidupnya susah, karena sulitnya mencari uang. Berapa banyak pasangan suami istri di dunia ini yang mengorbankan uang dan tenaga yang tidak sedikit demi untuk mendapatkan seorang anak. Dan berapa banyak orang melakukan kejahatan dan pembunuhan hanya ingin mendapatkan harta dengan cara cepat. Bukankah dunia ini rusak dan kacau akibat ulah manusia yang berlomba-lomba mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa mengindahkan hak-hak orang lain ?
Kenapa mereka semua itu tidak kembali kepada ajaran-ajaran Al Qur’an yang telah menjelaskan cara-cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan ?  Dalam surat Nuh, Allah telah menjanjikan
kepada siapa saja yang mau beristighfar dan memohon ampun kepada Allah swt dengan diturunkannya rizki yang melimpah dan diberikannnya keturunan yang membawa barakah. Allah berfirman :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًاوَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا
” maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. ” ( Qs Nuh : 10-12 )
Hujan lebat pada ayat di atas maksudnya adalah  rizki yang banyak, karena hujan akan membuat tanah subur dan menumbuhkan banyak tumbuh-tumbuhan sehingga manusia dan hewan bisa makan darinya, negara menjadi makmur, kekeringan bisa terhindar, air minum yang bersih bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dari hujan yang lebat tersebut, kebun-kebun menjadi hijau dan sungai-sungaipun mengalir sebagaimana yang disebutkan pada akhir ayat di atas.
Oleh karena itu, ketika kota Madinah mengalami kekeringan pada masa Umar bin Khattab, beliau keluar bersama-sama penduduk Madinah untuk memohon kepada Allah agar diturunkan hujan. Umar waktu itu tidak banyak berdo’a kecuali dengan memperbanyak istighfar saja, ketika pulang, beliau ditegur oleh beberapa sahabatnya :” Kenapa anda tadi tidak banyak berdo’a mohon kepada Allah agar turun hujan ? “. Mendengar teguran tersebut Umar menjawab : “  Saya meminta hujan dengan bintang-bintang langit yang dengannya hujan akan turun ( maksudnya adalah istighfar ) kemudian beliau membaca surat Nuh,ayat : 10-12  di atas . ( [1] )
Ayat di atas juga mengajak siapa saja yang sudah menikah dan belum dikarunia anak, agar memperbanyak istighfar. Begitu juga bagi yang sulit mencari pekerjaan agar selalu banyak istighfar agar Allah memberikannya rizki yang meimpah. Dalam hal ini Imam Hasan Basri pernah didatangi oleh beberapa orang yang mengeluh karena kehidupannya sulit dan sawahnya kering, maka beliau menjawab : ” Kamu harus banyak beristighfar ” . Kemudian ada lagi yang datang meminta doa agar segera dikarunia anak, maka beliau menjawab : ” Kamu harus banyak istighfar “.  Sebagian orang merasa aneh dengan jawaban  tersebut, kemudian bertanya kepada Hasan Basri, kenapa dia menjawab seperti itu ? Mendengar pertanyaan tersebut, beliau membacakan firman Allah dalam surat Nuh di atas. ( [2] )
Ayat di atas bukan berarti menyuruh kita untuk duduk di rumah atau di pojok-pojok masjid sambil berdzikir dan mengucapkan astagfirullah 1000 kali atau 2000 kali, kemudian harta dan anak itu akan datang dengan sendirinya. Akan tetapi maksudnya adalah bahwa kita sebagai orang muslim hendaknya tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bekerja mencari rizki atau melakukan terapi sehingga memudahkan seseorang untuk mendapatkan anak…itu semuanya harus terus dibarengi dengan selalu beristighfar dengan mulut dan hati mengakui segala kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan, dari situ insya Allah, Allah akan membukakan pintu-pintu rizki dan memberikan kepada kita anak.
Selain itu, yang harus kita ketahui juga, bahwa rizki dengan berbagai bentuk akan tersendat dan tertutup dari kita, manakala kita sering melakukan maksiat kepada Allah swt. Jadi maksiat adalah penghalang turunnya rizki, sebaliknya beristighfar dan amal sholeh akan membukakan pintu-pintu rizki. Hal ini dikuatkan dengan firman Allah swt :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.  ( Qs Al A’raf : 96 )
Dari ayat di atas, kita mengetahui dan menyakini bahwa salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi dan belum tercapainya keadilan sosial di negara kita yang tercinta Indonesia adalah karena banyaknya dosa yang dilakukan oleh bangsa ini.
Ini dikuatkan dengan firman Allah swt dalam surat Hud  :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
” dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan  . ” ( Qs Hud : 3 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa kenikmatan hidup di dunia ini akan kita dapatkan secara terus menerus, manakala kita melakukan istighfar dan taubat kepada Allah swt. Tentunya kenikmatan tersebut meliputi kenikmatan rizki yang barakah . Berkata Syekh Amin Syenkity penulis tafsir ‘ Adwaul Bayan ” : ” Yang dimaksud dengan ” Mata’an Hasanan ‘ pada ayat di atas adalah rizki yang melimpah, kenikmatan hidup, dan kesehatan badan ” . ( [3] )
Kekuatan Keenam : Istighfar bisa menolak bala’ dan bencana.
Alangkah banyaknya bencana yang menimpa negara kita, dari banjir tsunami, gempa bumi, tanah longsor, lumpur Lapindo, jatuhnya pesawat, tenggelamnya kapal dan lain-lainnya. Bencana-bencana tersebut membuat kehidupan sebagian besar dari rakyat Indonesia menjadi tidak tenang. Banyak para ahli memberikan sumbangan pemikiran, tenaga dan ilmu mereka untuk mengatasi bencana-bencana tersebut. Akan tetapi yang  sangat disayangkan, mereka lupa bahwa Allah-lah yang menetapkan bencana-bencana tersebut kepada bangsa Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia, karena bangsa ini telah melupakan Allah dan ajaran-ajaran-Nya. Makanya, semestinya para pemegang tampuk kekuasaan di Indonesia untuk melakukan intropeksi ke dalam dan bersama-sama rakyat untuk kembali kepada Allah swt, beristighfar memohon ampun atas segala dosa-dosa, niscaya Allah akan mengabulkan istighfar mereka dan menyetop bala’ dan bencana tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun ( Qs Al Anfal : 33 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa tertolaknya bala’ karena dua sebab : yang pertama keberadaan nabi Muhmmad saw di sisi kita, sedang yang kedua adalah : dengan istighfar. Karena Rosulullah saw sudahmeninggal dunia, maka tidak ada cara lain kecuali dengan istihgfar.
Maka sangat dianjurkan siapa saja yang mendapatkan bencana atau cobaan dari Allah swt, seperti sakit, atau tersesat di jalan atau terjebak dalam gua, atau diculik orang atau terkena semburan lumpur, atau tergenang banjir, atau tertimpa bangunan karena gempa dan lain-lainnya, agar segera bisitighfar kepada Allah mengakui dosa-dosanya dan memohon ampun Allah swt. Nabi Yunus as, telah memberikan contoh kepada kita, ketika beliau terjebak dalam perut ikan paus, segera beristighfar dan memohon ampun atas dosa-dosanya, bahkan sebelumnya didahului dengan memperharui tauhid dan keimanan, sebagaimana firman Allah swt :
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”  ( Qs Al Anbiya’ : 87 )
Nabi Yunus as telah melakukan kesalahan yaitu meninggalkan tugas dakwah, sehingga Allah swt memperingatkan-nya dengan dimasukkan dalam perut ikan paus…dari situ nabi Yunus as sadar, bahwa bencana dan cobaan yang menimpanya, karena dia meninggalkan perintah Allah swt dalam berdakwah kepada kaumnya, segeralah beliau memperbaharui keimanan dan mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya, akhirnya Allah swt menyelamatkannya dan bisa keluar dari perut ikan paus. Tanpa istighfar, tidak mungkin nabi Yunus as bisa keluar dari perut ikan paus hingga hari kiamat, Allah berfirman swt :
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنْ الْمُسَبِّحِين َلَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah , niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. ( Qs As Shoffat : 143-144 )
Kenapa masing-masing dari kita, ketika mendapatkan musibah selalu menyalahkan orang lain, dan tidak pernah intropeksi ke dalam diri kita sendiri dan mengatakan : ” Barangkali musibah yang menimpa kita ini akibat dosa dan maksiat yang penah kita kerjakan, maka jalan keluarnya adalah kita harus bertaubat dan beristighfar kepada Allah swt dengan sungguh-sungguh. ” .
Kenapa para tokoh bangsa kita, para pejabat yang memegang tampuk kekuasaan bangsa ini, ketika bangsa ini mendapatkan musibah bertubi-tubi, justru malah menyalahkan alam sekitar atau menyalahkan pihak-pihak tertentu, dan mengatakan : “  Bencana ini akibat letak negara kita yang rentan dengan gempa dan tsunami . “  atau mengatakan : ” Ini akibat kesalahan tehnis, atau kurang ada alat pendektesi, atau tidak ada biaya untuk mendatangkan alat yang canggih ” dan lain-lain.
Kenapa mereka tidak meniru nabi Yunus as, untuk mengintropeksi pada diri mereka, bahwa bencana-bencana dan musibah-musibah yang menimpa bangsa ini, akibat penduduknya  yang jauh dari ajaran Islam, atau akibat para pejabatnya yang rusak, sebagaimana firman Allah swt :
وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.(  Qs Al Isra’ : 16 )
Ayat di atas, secara gamblang menjelaskan bahwa salah satu penyebab hancur atau mundurnya atau morat-maritnya atau krisisnya sebuah bangsa dan negara adalah akibat ulah sebagian orang, khususnya yang memegang tampuk kekuasaan atau orang-orang yang hidupnya mewah.
Kalau kita perhatikan perpolitikan di dunia ini secara umum, dan di Indonesia secara khusus, memang yang sering berkuasa adalah orang-orang yang berduit , orang-orang yang hidupnya mewah, karena dengan uang yang dimilikinya, mereka bisa membeli kekuasaan, sungguh sangat tepat apa yang diungkapkan Allah dalam surat Al Isra’ di atas. Makanya, kalau kelompok manusia ini tidak mau bertaubat dan istighfar, maka sangat sulit bangsa Indonesia ini akan menjadi baik.
Kekuatan Ketujuh : Istighfar penyebab kemenangan dalam perang.
Betapa banyak peperangan yang sedang berlangsung antara kaum muslimin dengan kaum kuffar pada saat ini. Baik yang berupa perang urat syaraf, perang informasi, perang peradaban, perang pemikiran, maupun yang berupa perang militer sebagaimana yang terjadi di Palestina, Libanon, Iraq, Afghanistan, Cethnya, Somalia, Sudan  dan lain-lainnya. Para tentara Islam sangat memerlukan istighfar agar diberikan kekuatan oleh Allah dan dikuatkan kedudukan mereka. Allah berfiman :
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُواْ لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا اسْتَكَانُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَوَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَن قَالُواْ ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” ( Qs Ali Imran : 146-147 )
Dari sini, kita mengetahui bahwa kekalahan-kekalahan yang diderita kaum muslimin dalam segala bidang, termasuk dalam bidang militer dan ketika berperang karena banyaknya dosa yang mereka kerjakan.
Sebagaimana firman Allah swt ketika menerangkan sebab kekalahan yang diderita kaum muslimin dalam perang Uhud :
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ مِنكُم مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman  ( Qs Ali Imran : 152 )
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْاْ مِنكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُواْ وَلَقَدْ عَفَا اللّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
” Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi ma’af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” ( Qs Ali Imran : 155)
Dua ayat dari surat Ali Imran di atas, menerangkan kepada kita bahwa sebab utama kekalahan yang diderita kaum muslimin pada perang Uhud karena sebagian dari pasukan panah tidak taat kepada perintah Rosulullah saw untuk tetap berada di atas bukit. Dan kalau diselidiki lebih jauh lagi, ternyata yang mendorong mereka menyelisihi perintah Rosulullah adalah keinginan mereka untuk ikut mengumpulkan harta rampasan perang. Allah mengungkapkannya dengan kalimat : ” minkum man yuridu dunya “  (sebagian dari kamu menginginkan dunia ).
Kemudian pada ayat 155 dari surat Ali Imran di atas, Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang lari terbirit-birit pada perang uhud penyebabnya adalah dosa-dosa yang pernah mereka kerjakan pada masa lalu ( [4] ) , setelah itu Allah memafkan dosa-dosa mereka. Dari sini,kita bisa mengambil kesimpulan bahwa istighfar dan usaha untuk selalu membersihkan diri dari dosa adalah tonggak utama kekuatan untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.
Hal ini dikuatkan dengan firman Allah :
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”  ( Qs Hud : 52 )
Ayat di atas menjelaskan bahwa istighfar mampu menambah kekuatan kaum muslimin. Kekuatan di sini mencakup seluruh kekuatan yang dibutuhkan kaum muslimin untuk menegakkan agama mereka….bersambung
Kairo 21 Juli 2007 M

*  Makalah ini disampaikan dalam pengajian rutin di Radio Qomunity , Kairo, pada tanggal 21 Juli 2007 M
)[1])  Sholahuddin Sa’id, Asbab Rizq, Kairo, Maktab Ats Tsaqafi, 2005 , hal. 21
)[2]) Ahmad Jalal., Risalah Istighfar, hal. 16
)[3]) Syekh Amin Syenkity, Adwaul Bayan , hal : 365
[4] Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, Juz : I , hal : 555

Tidak ada komentar:

Posting Komentar