Kekuatan Istighfar (Bagian II)
Kekuatan  Kelima : Istighfar  mendatangkan rizki dan anak
Masalah rizki, uang dan anak merupakan 
masalah yang menjadi perhatian  seluruh manusia yang hidup di dunia ini.
 Berapa banyak manusia yang stress, bahkan tidak sedikit dari mereka 
yang bunuh diri akibat memikirkan harta dan keluarga. Berapa banyak 
rakyat  kecil yang hidupnya susah, karena sulitnya mencari uang. Berapa 
banyak pasangan suami istri di dunia ini yang mengorbankan uang dan 
tenaga yang tidak sedikit demi untuk mendapatkan seorang anak. Dan 
berapa banyak orang melakukan kejahatan dan pembunuhan hanya ingin 
mendapatkan harta dengan cara cepat. Bukankah dunia ini rusak dan kacau 
akibat ulah manusia yang berlomba-lomba mengumpulkan harta 
sebanyak-banyaknya tanpa mengindahkan hak-hak orang lain ? 
Kenapa mereka semua itu tidak kembali kepada ajaran-ajaran Al Qur’an yang telah menjelaskan cara-cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan ? Dalam surat Nuh, Allah telah menjanjikan
kepada siapa saja yang mau 
beristighfar dan memohon ampun kepada Allah swt dengan diturunkannya 
rizki yang melimpah dan diberikannnya keturunan yang membawa barakah. 
Allah berfirman :Kenapa mereka semua itu tidak kembali kepada ajaran-ajaran Al Qur’an yang telah menjelaskan cara-cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan ? Dalam surat Nuh, Allah telah menjanjikan
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ 
كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًاوَيُمْدِدْكُمْ 
بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ 
أَنْهَارًا
” maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah
 ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya
 Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan 
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan
 (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. ” ( Qs Nuh : 10-12 )
Hujan lebat pada ayat di atas maksudnya 
adalah  rizki yang banyak, karena hujan akan membuat tanah subur dan 
menumbuhkan banyak tumbuh-tumbuhan sehingga manusia dan hewan bisa makan
 darinya, negara menjadi makmur, kekeringan bisa terhindar, air minum 
yang bersih bisa terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dari hujan 
yang lebat tersebut, kebun-kebun menjadi hijau dan sungai-sungaipun 
mengalir sebagaimana yang disebutkan pada akhir ayat di atas.
Oleh karena itu, ketika kota Madinah 
mengalami kekeringan pada masa Umar bin Khattab, beliau keluar 
bersama-sama penduduk Madinah untuk memohon kepada Allah agar diturunkan
 hujan. Umar waktu itu tidak banyak berdo’a kecuali dengan memperbanyak 
istighfar saja, ketika pulang, beliau ditegur oleh beberapa sahabatnya 
:” Kenapa anda tadi tidak banyak berdo’a mohon kepada Allah agar turun 
hujan ? “. Mendengar teguran tersebut Umar menjawab : “  Saya meminta 
hujan dengan bintang-bintang langit yang dengannya hujan akan turun ( 
maksudnya adalah istighfar ) kemudian beliau membaca surat Nuh,ayat : 
10-12  di atas . ( [1] )
Ayat di atas juga mengajak siapa saja yang 
sudah menikah dan belum dikarunia anak, agar memperbanyak istighfar. 
Begitu juga bagi yang sulit mencari pekerjaan agar selalu banyak 
istighfar agar Allah memberikannya rizki yang meimpah. Dalam hal ini 
Imam Hasan Basri pernah didatangi oleh beberapa orang yang mengeluh 
karena kehidupannya sulit dan sawahnya kering, maka beliau menjawab : ” 
Kamu harus banyak beristighfar ” . Kemudian ada lagi yang datang meminta
 doa agar segera dikarunia anak, maka beliau menjawab : ” Kamu harus 
banyak istighfar “.  Sebagian orang merasa aneh dengan jawaban  
tersebut, kemudian bertanya kepada Hasan Basri, kenapa dia menjawab 
seperti itu ? Mendengar pertanyaan tersebut, beliau membacakan firman 
Allah dalam surat Nuh di atas. ( [2] )
Ayat di atas bukan berarti menyuruh kita 
untuk duduk di rumah atau di pojok-pojok masjid sambil berdzikir dan 
mengucapkan astagfirullah 1000 kali atau 2000 kali, kemudian harta dan 
anak itu akan datang dengan sendirinya. Akan tetapi maksudnya adalah 
bahwa kita sebagai orang muslim hendaknya tetap berusaha dengan 
sungguh-sungguh untuk bekerja mencari rizki atau melakukan terapi 
sehingga memudahkan seseorang untuk mendapatkan anak…itu semuanya harus 
terus dibarengi dengan selalu beristighfar dengan mulut dan hati 
mengakui segala kesalahan dan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan, dari 
situ insya Allah, Allah akan membukakan pintu-pintu rizki dan memberikan
 kepada kita anak.
Selain itu, yang harus kita ketahui juga, 
bahwa rizki dengan berbagai bentuk akan tersendat dan tertutup dari 
kita, manakala kita sering melakukan maksiat kepada Allah swt. Jadi 
maksiat adalah penghalang turunnya rizki, sebaliknya beristighfar dan 
amal sholeh akan membukakan pintu-pintu rizki. Hal ini dikuatkan dengan 
firman Allah swt :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ 
وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ 
وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri 
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka 
berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) 
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.  ( Qs Al A’raf : 96
 )
Dari ayat di atas, kita mengetahui dan 
menyakini bahwa salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi dan belum 
tercapainya keadilan sosial di negara kita yang tercinta Indonesia 
adalah karena banyaknya dosa yang dilakukan oleh bangsa ini.
Ini dikuatkan dengan firman Allah swt dalam surat Hud  :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
” dan hendaklah kamu meminta ampun kepada 
Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian),
 niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu 
sampai kepada waktu yang telah ditentukan  . ” ( Qs Hud : 3 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa kenikmatan 
hidup di dunia ini akan kita dapatkan secara terus menerus, manakala 
kita melakukan istighfar dan taubat kepada Allah swt. Tentunya 
kenikmatan tersebut meliputi kenikmatan rizki yang barakah . Berkata 
Syekh Amin Syenkity penulis tafsir ‘ Adwaul Bayan ” : ” Yang dimaksud 
dengan ” Mata’an Hasanan ‘ pada ayat di atas adalah rizki yang melimpah,
 kenikmatan hidup, dan kesehatan badan ” . ( [3] )
Kekuatan Keenam : Istighfar bisa menolak bala’ dan bencana.
Alangkah banyaknya bencana yang menimpa 
negara kita, dari banjir tsunami, gempa bumi, tanah longsor, lumpur 
Lapindo, jatuhnya pesawat, tenggelamnya kapal dan lain-lainnya. 
Bencana-bencana tersebut membuat kehidupan sebagian besar dari rakyat 
Indonesia menjadi tidak tenang. Banyak para ahli memberikan sumbangan 
pemikiran, tenaga dan ilmu mereka untuk mengatasi bencana-bencana 
tersebut. Akan tetapi yang  sangat disayangkan, mereka lupa bahwa 
Allah-lah yang menetapkan bencana-bencana tersebut kepada bangsa 
Indonesia yang merupakan negara muslim terbesar di dunia, karena bangsa 
ini telah melupakan Allah dan ajaran-ajaran-Nya. Makanya, semestinya 
para pemegang tampuk kekuasaan di Indonesia untuk melakukan intropeksi 
ke dalam dan bersama-sama rakyat untuk kembali kepada Allah swt, 
beristighfar memohon ampun atas segala dosa-dosa, niscaya Allah akan 
mengabulkan istighfar mereka dan menyetop bala’ dan bencana tersebut. 
Hal ini sesuai dengan firman Allah :
وَمَا كَانَ اللّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab 
mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah 
akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun ( Qs Al Anfal : 33 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa tertolaknya 
bala’ karena dua sebab : yang pertama keberadaan nabi Muhmmad saw di 
sisi kita, sedang yang kedua adalah : dengan istighfar. Karena 
Rosulullah saw sudahmeninggal dunia, maka tidak ada cara lain kecuali 
dengan istihgfar.
Maka sangat dianjurkan siapa saja yang 
mendapatkan bencana atau cobaan dari Allah swt, seperti sakit, atau 
tersesat di jalan atau terjebak dalam gua, atau diculik orang atau 
terkena semburan lumpur, atau tergenang banjir, atau tertimpa bangunan 
karena gempa dan lain-lainnya, agar segera bisitighfar kepada Allah 
mengakui dosa-dosanya dan memohon ampun Allah swt. Nabi Yunus as, telah 
memberikan contoh kepada kita, ketika beliau terjebak dalam perut ikan 
paus, segera beristighfar dan memohon ampun atas dosa-dosanya, bahkan 
sebelumnya didahului dengan memperharui tauhid dan keimanan, sebagaimana
 firman Allah swt :
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا 
فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا 
إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), 
ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak 
akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan 
yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci 
Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”  ( Qs 
Al Anbiya’ : 87 )
Nabi Yunus as telah melakukan kesalahan 
yaitu meninggalkan tugas dakwah, sehingga Allah swt memperingatkan-nya 
dengan dimasukkan dalam perut ikan paus…dari situ nabi Yunus as sadar, 
bahwa bencana dan cobaan yang menimpanya, karena dia meninggalkan 
perintah Allah swt dalam berdakwah kepada kaumnya, segeralah beliau 
memperbaharui keimanan dan mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah 
dilakukannya, akhirnya Allah swt menyelamatkannya dan bisa keluar dari 
perut ikan paus. Tanpa istighfar, tidak mungkin nabi Yunus as bisa 
keluar dari perut ikan paus hingga hari kiamat, Allah berfirman swt :
فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنْ الْمُسَبِّحِين َلَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk 
orang-orang yang banyak mengingat Allah , niscaya ia akan tetap tinggal 
di perut ikan itu sampai hari berbangkit. ( Qs As Shoffat : 143-144 )
Kenapa masing-masing dari kita, ketika 
mendapatkan musibah selalu menyalahkan orang lain, dan tidak pernah 
intropeksi ke dalam diri kita sendiri dan mengatakan : ” Barangkali 
musibah yang menimpa kita ini akibat dosa dan maksiat yang penah kita 
kerjakan, maka jalan keluarnya adalah kita harus bertaubat dan 
beristighfar kepada Allah swt dengan sungguh-sungguh. ” .
Kenapa para tokoh bangsa kita, para pejabat
 yang memegang tampuk kekuasaan bangsa ini, ketika bangsa ini 
mendapatkan musibah bertubi-tubi, justru malah menyalahkan alam sekitar 
atau menyalahkan pihak-pihak tertentu, dan mengatakan : “  Bencana ini 
akibat letak negara kita yang rentan dengan gempa dan tsunami . “  atau 
mengatakan : ” Ini akibat kesalahan tehnis, atau kurang ada alat 
pendektesi, atau tidak ada biaya untuk mendatangkan alat yang canggih ” 
dan lain-lain.
Kenapa mereka tidak meniru nabi Yunus as, 
untuk mengintropeksi pada diri mereka, bahwa bencana-bencana dan 
musibah-musibah yang menimpa bangsa ini, akibat penduduknya  yang jauh 
dari ajaran Islam, atau akibat para pejabatnya yang rusak, sebagaimana 
firman Allah swt :
وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً 
أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ 
فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu 
negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di 
negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan 
dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan 
(ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu 
sehancur-hancurnya.(  Qs Al Isra’ : 16 )
Ayat di atas, secara gamblang menjelaskan 
bahwa salah satu penyebab hancur atau mundurnya atau morat-maritnya atau
 krisisnya sebuah bangsa dan negara adalah akibat ulah sebagian orang, 
khususnya yang memegang tampuk kekuasaan atau orang-orang yang hidupnya 
mewah.
Kalau kita perhatikan perpolitikan di dunia
 ini secara umum, dan di Indonesia secara khusus, memang yang sering 
berkuasa adalah orang-orang yang berduit , orang-orang yang hidupnya 
mewah, karena dengan uang yang dimilikinya, mereka bisa membeli 
kekuasaan, sungguh sangat tepat apa yang diungkapkan Allah dalam surat 
Al Isra’ di atas. Makanya, kalau kelompok manusia ini tidak mau 
bertaubat dan istighfar, maka sangat sulit bangsa Indonesia ini akan 
menjadi baik.
Kekuatan Ketujuh : Istighfar penyebab kemenangan dalam perang.
Betapa banyak peperangan yang sedang 
berlangsung antara kaum muslimin dengan kaum kuffar pada saat ini. Baik 
yang berupa perang urat syaraf, perang informasi, perang peradaban, 
perang pemikiran, maupun yang berupa perang militer sebagaimana yang 
terjadi di Palestina, Libanon, Iraq, Afghanistan, Cethnya, Somalia, 
Sudan  dan lain-lainnya. Para tentara Islam sangat memerlukan istighfar 
agar diberikan kekuatan oleh Allah dan dikuatkan kedudukan mereka. Allah
 berfiman :
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ 
رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُواْ لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللّهِ
 وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا اسْتَكَانُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَوَمَا
 كَانَ قَوْلَهُمْ إِلاَّ أَن قَالُواْ ربَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا 
وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وانصُرْنَا عَلَى 
الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang 
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. 
Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan 
Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah 
menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: “Ya
 Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang 
berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan 
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” ( Qs Ali Imran : 146-147 )
Dari sini, kita mengetahui bahwa 
kekalahan-kekalahan yang diderita kaum muslimin dalam segala bidang, 
termasuk dalam bidang militer dan ketika berperang karena banyaknya dosa
 yang mereka kerjakan.
Sebagaimana firman Allah swt ketika menerangkan sebab kekalahan yang diderita kaum muslimin dalam perang Uhud :
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللّهُ وَعْدَهُ إِذْ 
تَحُسُّونَهُم بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي 
الأَمْرِ وَعَصَيْتُم مِّن بَعْدِ مَا أَرَاكُم مَّا تُحِبُّونَ مِنكُم 
مَّن يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ الآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ
 عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنكُمْ وَاللّهُ ذُو فَضْلٍ 
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi 
janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya 
sampai pada sa’at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan 
mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa 
yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan 
diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah 
memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesungguhnya Allah 
telah mema’afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) 
atas orang orang yang beriman  ( Qs Ali Imran : 152 )
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْاْ مِنكُمْ يَوْمَ 
الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا 
كَسَبُواْ وَلَقَدْ عَفَا اللّهُ عَنْهُمْ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
” Sesungguhnya orang-orang yang berpaling 
di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka 
digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah 
mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi 
ma’af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha 
Penyantun.” ( Qs Ali Imran : 155)
Dua ayat dari surat Ali Imran di atas, 
menerangkan kepada kita bahwa sebab utama kekalahan yang diderita kaum 
muslimin pada perang Uhud karena sebagian dari pasukan panah tidak taat 
kepada perintah Rosulullah saw untuk tetap berada di atas bukit. Dan 
kalau diselidiki lebih jauh lagi, ternyata yang mendorong mereka 
menyelisihi perintah Rosulullah adalah keinginan mereka untuk ikut 
mengumpulkan harta rampasan perang. Allah mengungkapkannya dengan 
kalimat : ” minkum man yuridu dunya “  (sebagian dari kamu menginginkan 
dunia ).
Kemudian pada ayat 155 dari surat Ali Imran
 di atas, Allah menyebutkan bahwa orang-orang yang lari terbirit-birit 
pada perang uhud penyebabnya adalah dosa-dosa yang pernah mereka 
kerjakan pada masa lalu ( [4] ) , setelah itu Allah memafkan dosa-dosa 
mereka. Dari sini,kita bisa mengambil kesimpulan bahwa istighfar dan 
usaha untuk selalu membersihkan diri dari dosa adalah tonggak utama 
kekuatan untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.
Hal ini dikuatkan dengan firman Allah :
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ
 تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ
 قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah 
ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan
 hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan 
kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”  (
 Qs Hud : 52 )
Ayat di atas menjelaskan bahwa istighfar 
mampu menambah kekuatan kaum muslimin. Kekuatan di sini mencakup seluruh
 kekuatan yang dibutuhkan kaum muslimin untuk menegakkan agama 
mereka….bersambung
Kairo 21 Juli 2007 M
* Makalah ini disampaikan dalam pengajian rutin di Radio Qomunity , Kairo, pada tanggal 21 Juli 2007 M
)[1])  Sholahuddin Sa’id, Asbab Rizq, Kairo, Maktab Ats Tsaqafi, 2005 , hal. 21
)[2]) Ahmad Jalal., Risalah Istighfar, hal. 16
)[3]) Syekh Amin Syenkity, Adwaul Bayan , hal : 365
[4] Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, Juz : I , hal : 555

Tidak ada komentar:
Posting Komentar