Jumat, 21 Juni 2013

Jujur


Manisnya Buah Kejujuran

Kejujuran bukanlah sesuatu yang bersifat kondisional. Ia adalah sesuatu yang menghunjam di dasar hati. Inti kejujuran adalah engkau berkata jujur di wilayah yang jika seseorang berkata jujur, ia tidak akan selamat kecuali berdusta. (al-Junayd bin Muhammad)
Hati para wanita yang ditinggal oleh para sahabat yang berangkat ke medan Tabuk harap-harap cemas. Sebab pasukan yang bisa jadi mereka hadapi kini adalah pasukan Bani Ashfar, salah satu dari dua kekuatan super power saat itu.
Hati Ka’ab bin Malik juga gelisah. Tetapi tidak seperti kegelisahan para wanita Madinah. Ketidakberangkatannya kali ini adalah yang pertama sejak dia tertinggal dalam perang Badar. Dia telah tergoda oleh hawa nafsunya. Saat para sahabat berkemas-kemas untuk berangkat ke medan Tabuk, dia mengunci diri di dalam rumahnya. Ini musim buah-buahan dan pepohonan rindang menenteramkan, pikirnya. Ketika semua pasukan telah berangkat, barulah Ka’ab keluar rumah. Tak ada lelaki yang dijumpainya selain orang-orang yang tampak jelas kemunafikannya dan orang-orang lemah yang tidak memiliki kemampuan untuk berperang. Hati Ka’ab semakin gelisah.

Berobat Pada yang bukan mahrom


Berobat pada DOKTER yang bukan mahrom

Pertanyaan.
Asaalamu’alykum wr,wb.
Ustadz,ana ingin bertanya tentang bagaimana hukum jika seseorang berobat pada dokter yang bukan mahromnya,saya adalah seorang akhwat yang punya penyakit dan dokter yang mengobati saya adalah dokter laki-laki.syukron atas jawabannya.jazaakumullah khoiron katsiron.
                                                                                                                                Ukhti risah,di bumi Allah
Jawab:
Wa’alaykumussalam wr,wb.
Alhamdulillah,kami ucapkan  terima kasih sebelumnya atas pertanyaan ukhti yang telah sampai ke meja redaksi.
Di zaman ini,Banyak memang wanita yang belum faham dengan islam dengan mudahnya memperlihatkan aurotnya pada seorang dokter laki-laki,sebagian beralasan karena kebutuhan pengobatan,sebagian lagi beralasan karena mayoritas dokter adalah laki-laki.
Islam sebagai dien yang sempurna,tentu sudah mengatur hal ini.islam sangat tegas bila sudah menetapkan suatu larangan,tapi juga akan memberikan rukhsoh(kemudahan) bila hal tersebut dalam kondisi darurat.Tentunya darurat menurut syari’at,bukan menurut hawa nafsu manusia.
Dengan tegas syari’at telah menetapkan bahwa seorang laki-laki dilarang melihat aurat  wanita  dan    wanita juga dilarang melihat aurat laki-laki.(QS.an-nuur:30).

Shaum tapi tdk sholat


Pertanyaan
 Ustadz saya mau Tanya, bagaimana jika ada orang melakukan shoum(puasa) tapi tidak sholat  wajib ? atas jawabannya saya ucapkan, jazaakumullah khoiron katsiron,semoga majalah fajar islam senantiasa bisa lebih baik lagi.
  
Jawab
Syukron atas pertanyaanya, sudah menjadi maklum bahwa setiap muslim wajib menunaikan yang diwajibkan oleh Allah SWT agar ia bisa mendapatkan ridho dan rahmat-NYA dan bisa menjadi Qurbah serta memperoleh pahala yang lebih baik lagi. tentunya kadar pahala orang yang melaksanakan  perintah Allah dengan menyeluruh dan kadar pahala orang yang melaksanakan perintah Allah tidak sempurna tentunya juga berbeda.dengan begitu ikatan dirinya dengan Allah semakin kuat. Hanya saja memang tidak  ada sangkut

Adab Seputar Shaum


ADAB-ADAB BERSHAUM
Bagi orang yang hendak bershaum maka hendaklah ia melakukan hal-hal berikut ini :
1.      SAHUR

عَن أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bersahurlah kalian, karena didalam sahur ada barakah". (Muttafaqun Alaih, Fathul Bari (1923), Muslim (7095))

Dalam riwayat yang lain disebutkan: “bersahurlah kalian meskipun hanya dengan seteguk air”

Marah


Jangan Marah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَوْصِنِي، فَقَالَ: «لاَ تَغْضَبْ» ثُمَّ رَدَّدَ مِرَارًا، فَقَالَ: «لاَ تَغْضَبْ»
 Dari Abu hurairah ra, ia berkata: “Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW, kemudian ia berkata: ‘Wahai Rasulullah SAW! Berilah wasiat kepada saya. “Rasulullah SAW bersabda : ”Jangan marah!” kemudian lelaki itu mengulang-ulang permintaannya.  Rasulullah SAW tetap menjawab: “Jangan marah!” (HR. Bukhori)

Lelaki ini mengira bahwa wasiat  “Jangan marah” adalah wasiat terhadap perkara juz’I (kecil). Sementara ia mengharap agar nabi Muhammad saw agar member wasiata yang kulliy (mencakup keseluruhan). Karena itu, ia mengulangi permintaannya. Ketika Nabi saw memberinya wasiat yang sama,dia menjadi mengerti bahwa wasiat “jangan marah” adalah ucapan yang jami’ (parkataan yang singkat,tapi maknanya luas) memang seperti itulah kenyataannya. Sebab sabda Nabi saw  “jangan marah” menandung dua perkara yang sangat besar.

Terus Bersemangat


SEMANGAT YANG TIADA HENTI

Dikisahkan dalam “Qashash Mumayyizah” oleh Syaikh Ibrahim Bubastit bahwasannya disebuah kampung sebelah barat kerajaan Saudi Arabia terjadi satu peristiwa yang unik dan menarik untuk dijadikan pelajaran dan penyemangat hidup. Beliau menuturkan,
“Kami memasuki kampung itu. Tak ada tanda-tanda sentuhan kemodernan. Sebuah kampung terpencil dengan pola bangunan yang sederhana. Kami menelusuri  tanjakan jalan menuju masjid di kampung itu. Hingga sampailah kami di masjid yang kami tuju. Sebuah masjid tempat dimulainya kisah ini.
Tatkala kami sampai di masjid, kami dapati di sisi depan pintu terdapat batu besar yang di ikat dengan sebuah tali. Tahukah anda, tali apakah itu? Satu ujungnya terikat dibatu sementara ujung tali yang lain memanjang dan tidak kelihatan ujungnya  karena jauh.
Kami mulai menyusuri tali tersebut untuk mencari tahu, samapai di mana ujung tali yang satunya. Cobalah Anda terka, dimanakah ujung tali ini berakhir? Tali itu terhampar memanjang di  atas tanah. Setelah kira-kira enam menit kami mengikuti arah tali tersebut dengan mobil, Subhanallah, kami temukan tempat di mana ujung tali itu berakhir.

Menipu Diri


MERUGI TIADA HENTI
AKIBAT MENIPU DIRI SENDIRI

بَلِ الْإِنسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ ﴿١٤﴾ وَلَوْ أَلْقَى مَعَاذِيرَهُ ﴿١٥﴾
“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,  meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.” (QS. Al Qiyamah : 14-15)
Tiadalah sesuatu yang paling berharga dalam diri seseorang melainkan hidayah yang telah Allah berikan kepadanya. Bila ia tetap mensyukurinya dengan amal shaleh niscaya bahagia dan selamatlah ia. Namun bila hidayah itu disia-siakan bahkan hilang dari dirinya disebabkan kesombongan niscaya hidup terasa hampa dan hina. Teringat satu kisah yang dinukil dari kitab Uyunul Atsar, Imam Az Zuhri mengisahkan, Abu Jahal, Abu Sufyan dan Akhnas bin Syariq secara sembunyi-sembunyi sering mendatangi rumah Nabi SAW di malam hari. Masing-masing mengambil posisi yang tidak diketahui satu sama lain untuk mendengarkan lantunan ayat-ayat al Qur’an yang dibaca Rasulullah SAW dalam shalatnya.  Hingga ketika Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka bertiga memergoki satu sama lainnya di jalan. Mereka bertiga saling mencela dan membuat kesepakatan untuk tidak kembali mendatangi rumah Rasulullah SAW.
Namun pada malam berikutnya, ternyata mereka tidak berdaya menahan gejolak jiwa untuk menikmati kembali lantunan ayat-ayat al Qur’an. Mereka bertiga kembali ke tempat yang sering mereka duduk untuk mendengarkan ayat-ayat al Qur’an, masing-masing mereka menyangka bahwa yang lain tidak akan datang ke rumah Rasulullah SAW lagi di sebabkan janji yang telah di ikrarkan. Namun, ketika Rasulullah SAW usai melaksanakan shalat, mereka pun selalu memergoki yang lainnya di jalan. Dan terjadilah saling cela sebagaimana terjadi pada malam-malam sebelumnya.
Kejadian ini terus berulang di setiap malamnya namun masing-masing tetap dalam kecongkakan dirinya.

Ramadhan Karim


RAMADHAN
BULAN IBADAH PENUH TARBIYAH

Tak terasa setahun sudah sejak berakhirnya senja Ramadhan 1433 H dan kini Ramadhan kembali menyapa kita. Banyak ragam sikap dan cara manusia saat menyambut kedatangannya. Ada yang bergembira, ada yang biasa-biasa saja dan ada juga yang sedih dengan kedatangannya.
Bagi generasi salaf, Ramadhan adalah kesempatan emas untuk mendulang sebanyak mungkin keutamaan-keutamaan yang terkandung didalamnya. Ini terlihat dari kesungguhan mereka mengisi Ramadhan. Mereka bercita-cita meraih target yang dicanangkan, yaitu takwa. Ini adalah modal utama memperoleh pertolongan Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Aisyah Ra bercerita bahwa Nabi SAW jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya serta bersungguh-sungguh dalam beramal (HR. Muslim).
Imam Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan tidak tidur demi untuk melaksanakan shalat dan ibadah lainnya. Ibnu Atsir Al Jazari dalam Nihayah Gharib Al Hadits  juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan malam adalah terjaga di malam hari untuk beribadah dan menyedikitkan tidur.
Ramadhan Para Salaf Shalih
Sebagai generasi terbaik yang amat dekat dengan Rasulullah SAW, mujahadah para salaf dalam beribadah tidaklah jauh dengan apa yang diamalkan oleh Rasulullah, apalagi dalam mengisi bulan suci Ramadhan.
Aswad bin Yazin An Nakha’i adalah tabiin ahli ibadah. Abu Nu’aim dalam Al Hilyah menyebutkan bahwa Ibrahim An Nakha’i telah berkata : “Aswad mengkhatamkan Al Qur’an di bulan Ramadhan dalam dua hari, dia hanya tidur antara maghrib dan Isya dan dia menghatamkan al Qur’an diluar Ramadhan dalam enam bulan.

Kamis, 16 Mei 2013

Bersama Orang yang dicinta


BERKUMPUL BERSAMA ORANG YANG DICINTA

عَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : ((أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحَبَّ))
Dari Abu musa Al-Asy’ari ra, ia berkata bahwa, Rasulullah saw bersabda: ”setiap hamba (akan  dikumpulkan) bersama orang yang dicintainya”. (HR.Muttafaq ‘Alaih).
Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk memperkuat cinta kepada para Rasul, mengikut mereka sesuai urutan masing-masing. Karena tatkala kita mencintai nabi dan para Rasul maka nantinya kita akan dikumpulkan bersama mereka. Barangsiapa mencintai seseorang karena Allah swt maka kecintaan itu menjadi penyebab terbesar yang mendekatkan dirinya kepada Allah swt.
Allah SWT adalah Robb yang Maha Penyayang. Allah Swt  selalu memberikan cinta kepada hamba yang dekat denganNya, Allah akan memberikan berlipat-lipat kebaikan kepada orang yang berlaku baik, dan diantara bentuk kebaikan yang Allah berikan yaitu Allah akan mengumpulkan hamba tersebut dengan orang yang dicintainya.
Allah berfirman  dalam  Qur’an An-Nisa 69
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً ﴿٦٩﴾
“Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Mendengar ayat ini maka Anas bin Malik ra berkata:
مَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ، فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ أَنَسٌ: «فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ»
“Kami tidak pernah merasa bahagia terhadap sesuatupun selain dengan ucapan Nabi saw yang berbunyi: ’Kamu bersama dengan orang yang kamu cintai’. Anas berkata: ’Sebab Aku mencintai Nabi SAW, Mencintai Abu Bakar  ash Shiddiq ra, Umar bin Khattab ra. Aku berharap akan dikumpulkan bersama

Adab Makan


ADAB MAKAN DAN MINUM

ADAB MAKAN
1.       Memilih makanan dan minuman yang baik,halal dan bersih dari noda-noda haram dan syubhat.sebagaimana firman Allah swt “...Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah kami rizqikan kepadamu..” (QS.Al-A’raf:160).
2.       Berniat dengan makan dan minumnya agar kuat untuk beribadah kepada Allah,dengan tujuan agar makanan dan minumannya mendapatkan pahala dari Allah swt.
3.       Hendaklah membersihkan kedua belah tangannya jika kotor atau tidak yaqin kebersihannya.
4.       Hendaklah duduk dengan sopan,yaitu dengan cara berlutut dan duduk diatas kedua telapak kakinya,atau duduk bersilah dengan kaki kanan ditegakkan sebagaimana duduknya Rasulullah saw.
5.       Hendaklah rela dengan makanan yang ada dan tidak boleh mencela makanan.Bila suka makanlah dan bila tidak suka maka tinggalkanlah. Dari abu hurairoh meriwayatkan hadits: “Rasulullah saw tidak pernah sekalipun mencela makanan.jika ia suka dimakannya dan jika ia tidak suka ia tinggalkan.” (HR.Abu Daud)
6.       Hendaklah makan bersama orang lain,baik tamu,keluarga,anak atu pembantu

Bertauhid


PENTINGNYA BERTAUHID SEBELUM BERAMAL

            Betapa bahagianya jika seorang muslim mengetahui betapa pentingnya tauhid (aqidah) yang harus dimiliki seorang muslim. Karena dengan bertauhid (yang benar) barulah amal ibadah yang dia lakukan memiliki nilai di sisi Allah. Jikalau tidak, maka amal ibadah yang dilakukan hanya akan sia-sia dan tidak berarti.
Tauhid terbagi menjadi dua yaitu :
  • Tauhid dalam pengenalan (ma’rifat) dan penetapan (itsbat), yakni bertauhid dalam rububiyah, asma dan sifat-sifat Allah.
  • Tauhid dalam tujuan (at tholab) dan kehendak (al qosd), yakni bertauhid dalam keilahian-Nya dan ibadah kepada-Nya.
Ibadah adalah hal yang mencakup segala perbuatan baik yang dzohir ataupun yang bathin yang dicintai dan diridloi Allah. Ibadah ini terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan seluruh anggota badan. Sedangkan hukum-hukum yang berkaitan dengan ubudiyah ada lima macam yaitu : wajib, mustahab, haram, makruh dan mubah. Maka suatu amalan baru dikatakan ibadah jika amalan itu adalah amalan yang dicintai dan diridhai oleh Allah. Karena sesuatu yang baik dan bagus di mata manusia, belum tentu baik di sisi Allah. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim, hendaknya kita beribadah sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah, bukan sekehendak nafsu dan keinginan kita.
Allah berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُواْ فِي الأَرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ ﴿٣٦﴾

Keledaipun tdk begitu


BAHKAN KELEDAI PUN TIDAK SEPERTI ITU

Sebuah pepatah mengatakan, “Keledaipun tidak akan masuk ke lubang yang  sama”.  Itulah gambaran bagi orang-orang yang selalu mengulangi  kesalahan-kesalahan pada kasus yang sama. Manshur bin Abbad Rahimahullah bercerita, “dulu saya memiliki teman yang sering berbuat dosa, kemudian dia bertaubat dan rajin beribadah. Suatu hari aku merasa kehilangan karena tak bertemu dengannya, ada yang bilang dia jatuh sakit. Akupun menjenguk ke rumahnya. Aku mendapatinya terbaring lemah di tempat tidurnya. Mukanya terlihat pucat, matanya  sembab, kedua bibirnya terlihat menebal. Aku berkata penuh khawatir, “Saudaraku perbanyaklah mengucap Laa ilaaha illallah.” Dia melihat kearahku, kemudian pingsan. Setiap kali aku mengulang kalimat syahadat, ia membuka matanya, melihat kearahku dan pingsan kembali. Hingga ia berkata kepadaku, “Aku seperti terhalang untuk mengucapkannya.” Aku bertanya, “Laa haula walaa quwwata illa

Muslim Sejati


MENJADI MUSLIM SEJATI

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣﴾
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Para sahabat adalah generasi terbaik yang pernah dimiliki oleh ummat Islam. Merekalah orang-orang hebat
yang mampu mengarahkan potensinya untuk tetap tegak berdiri dibarisan terdepan membela nabi Muhammad SAW disaat semua orang lari tunggang langgang meninggalkannya. Merekalah yang menyayangi Rasulullah dengan sepenuh kasih melebihi kasihnya pada dirinya sendiri disaat orang-orang mendustakannya. Bukan tanpa ujian dan rintangan  mereka melakukan semua itu, pastinya jalan yang mereka tempuh penuh dengan onak, duri bahkan banyak jurang yang sangat curam ketika melaluinya. Walaupun demikian, mereka sadar disinilah letak nikmatnya sebuah perjuangan.
Sebut saja Yasir dan istri tercintanya Sumayyah, yang merupakan budak kesayangan Umayyah bin Khalaf. Keduannya tercatat sebagai seorang syahid dan syahidah pertama dalam Islam. Apakah kesyahidan mereka didapat dengan santai-santai dan duduk-duduk

Isra' Mi'raj


WISATA TERDAHSYAT SEJAGAT RAYA

Langit Mekkah serasa mendung kelabu, seluruh mata memandang penuh kebencian dan kedengkian, serta pada saat itu keceriaan Rasulullah hilang beberapa saat. Ya ... itulah tahun kesedihan yang dialami Rasulullah dimulai. Dimana dua orang yang sangat dicintai dipanggil oleh Allah SWT. Abu Thalib paman beliau dan Khadijah ra Istri tercintanya, adalah dua orang yang sangat berperan dalam membantu dakwah Rasulullah. Keduanya adalah pilar kokoh yang Allah
sediakan bagi Rasulullah di fase awal kenabian. Dimana saat itu kondisi Rasulullah masih sangat lemah. Pengikut yang masih sedikit, kekuatan yang belum solid serta diplomasi yang belum terkait sama sekali dengan pihak-pihak lain. Abu Thalib sang pembela utama Rasulullah dibarisan terdepan di kota Mekkah serta Khadijah sang pendamping sejati, penghibur dikala duka dan lara serta donatur yang siap mengerahkan hartanya kapanpun diperlukan hadir seumpama oase di padang pasir. Merekalah dua orang yang sangat berarti bagi Rasulullah.
Namun betapapun besarnya cinta Rasulullah kepada dua orang tersebut hingga kehidupan mereka berdua sangat diharapkan, ternyata Allah ingin memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada Rasulullah. Yaitu mengingatkan Rasulullah bahwa sandaran yang hakiki adalah Allah, sehingga mental perjuangan diharapkan terus berpijar. Pasca wafatnya Abu Thalib dan Khadijah, intimidasi serta penyiksaan

Jabatan


Jabatan, Oh Jabatan
Suatu waktu Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz, ingin mengangkat Qadhi di Bashrah, yang akan menghukum  dengan hukum Allah SWT tanpa gentar dan gila pujian. Pilihannya jatuh pada dua calon yang sama-sama tangguh, hingga sulit dipastikan, mana yang lebih layak, Iyas bin Muawiyah ataukah al Qashim bin Rabi’ah. Khalifah mengamanahkan gubernur irak, Adi bin Arthah untuk memutuskannya.
Adi mempertemukan Iyas dan al Qashim untuk membicarakan siapa dari keduanya yang sanggup menjadi qadhi. Tapi keduanya sama-sama ingin menghindar. Iyas menganggap al Qasim lebih utama, sedangkan al Qasim memandang bahwa Iyas lebih utama darinya, masing-masing menyebutkan keutamaan, ilmu dan kefakihan rekannya.
Karena belum ada titik terang, Adi berkata, “Kalian tidak boleh keluar dari sini sebelum kalian memutuskannya.” Iyas berkata, “Wahai Amir, Anda bisa menanyakan tentang diriku dan al Qasim kepada dua fuqaha Irak ternama, yaitu Hasan al Bashri dan Muhammad bin Sirin, keduanyalah yang paling mampu membedakan antara kami berdua.”

Adab Penuntut Ilmu


Perhiasan Penuntut Ilmu

A

dab seorang penuntut ilmu terhadap guru
  •  Meluruskan niat dan membersihkan diri dari segala kotoran hati agar ilmu yang barokah bisa diamalkan dan bisa di hapal.
  •  Bersungguh-sungguh dalam belajar dan memanfaatkan waktu untuk mencari ilmu.
  • Seorang murid hendaknya ketika berhadapan dengan guru selalu menunjukkan sikap hormat dan beradab dengan menunjukkan wajah yang  tawadhu.
  • Seorang murid tidak boleh menyebarkan rahasia seorang guru,jika  seorang murid  menemukan kekurangan pada  gurunya maka jangan rendahkan martabatnya,dan janganlah membandingkan antara

Amal dikembalikan


Ketika Amal Dikembalikan Kepada Pemiliknya


يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَراً وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوَءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَداً بَعِيداً وَيُحَذِّرُكُمُ اللّهُ نَفْسَهُ وَاللّهُ رَؤُوفُ بِالْعِبَادِ ﴿٣٠﴾
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; Ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 30)

H
ari kiamat dan kejadian-kejadian yang akan terjadi setelah bumi dihancurkan adalah peristiwa yang sungguh besar dan menakutkan. Bulu kuduk serasa berdiri ketika merenungkan keadaan ketika itu. Saat itu Sang Pemilik alam semesta menunjukkan murka-Nya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hingga para nabi sekalipun tak berani berbuat apa-apa ketika sekelompok orang meminta
syafaat kepada mereka, disebabkan takut kepada Allah. Masa menanti perhitungan yang sangat lama dengan kondisi yang sungguh mencekam. Abdullah bin Amr bin Ash pernah berkata, Rasulullah membaca firman Allah “(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam. (QS. Al Muthaffifin 6). Lalu beliau bersabda, “Bagaimana nasib kalian saat Allah mengumpulkan kalian sebagaimana mengumpulkan anak panah di wadahnya selama 50.000 tahun, kemudian Allah tidak memperhatikan kalian (HR. Al Hakim, beliau mengatakan shahih, adz Dzahabi menyepakatinya begitupula dengan al Albani)

Nasehat Secarik Kertas


Nasihat Secarik Kertas
 Zainuddin

S
uatu hari ketika Imam Abu Hanifah sedang berjalan-jalan melalui sebuah rumah yang jendelanya masih terbuka, terdengar oleh beliau suara orang yang mengeluh dan menangis tersedu-sedu. Keluhannya berisikan kata-kata, "Aduhai, alangkah malangnya nasibku ini, agaknya tiada seorang pun yang lebih malang dari nasibku yang celaka ini. Sejak dari pagi lagi belum datang sesuap nasi atau makanan pun di
kerongkongku sehingga seluruh badanku menjadi lemah lunglai. Oh, manakah hati yang belas kasih yang sudi memberi curahan air walaupun setitik."
Mendengar keluhan itu, Abu Hanifah merasa kasihan lalu beliau pun balik ke rumahnya dan mengambil bungkusan hendak diberikan kepada orang itu. ketika dia sampai ke rumah orang itu, dia terus melemparkan bungkusan yang berisi uang kepada si malang tadi lalu meneruskan perjalanannya. Si malang terkejut setelah mendapati sebuah bungkusan yang tidak diketahui dari mana datangnya, lantas beliau tergesa-gesa membukanya. Setelah dibuka, terlihatlah bungkusan itu berisi uang dan secarik kertas yang bertuliskan, " Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh sedemikian itu, kamu tidak pernah atau perlu mengeluh atas nasibmu. Ingatlah kepada rahmat dan kasih sayang Allah dan mohonlah kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka berputus asa, hai kawan, tetapi berusahalah terus."
Pada keesokan harinya, Imam Abu Hanifah melalui lagi rumah itu dan suara keluhan itu kedengaran lagi, "Ya Allah Tuhan Yang Maha Belas Kasihan dan Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kemarin, sekadar untuk menyenangkan hidupku yang melarat ini. Sungguh jika Tuhan tidak beri, akan lebih sengsaralah hidupku, wahai untung nasibku."

Makna Syahadatain dll


Makna Syahadatain, Rukun, Syarat, dan Konsekuensinya

A
qidah yang benar adalah fundamen (pondasi) bagi bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal. Sebagaimana firman Allah :  "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada tuhannya". (Q.S. al-Kahfi : 110). Ayat ini menunjukkan bahwa  jika tidak bersih dari syirik  dan ini adalah inti dakwah para Rasul yaitu yang berhubungan dengan aqidah.
segala amal tidak diterima

·      Makna Syahadatain
Makna syahadat لا إله إلاّ الله adalah beri'tiqad (berkeyakinan) dan berikrar bahwasannya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah, mentaati hal tersebut dan mengamalkannya. Ada orang yang menafsiri kalimat لا إله إلاّ الله dengan penafsiran yang keliru, di antaranya adalah :
1.         Tidak ada sesembahan kecuali Allah. Ini adalah keliru, karena maknanya sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang haq maupun yang batil, itu adalah Allah.
2.         Tidak ada pencipta kecuali Allah, ini adalah sebagian dari makna tersebut, akan tetapi bukan ini yang dimaksud karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup.
3.         Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah. Ini juga sebagian dari makna kalimat  لا إله إلاّ الله, tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup.
Semua tafsiran di atas adalah keliru, dan yang benar adalah tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Sedangkan makna syahadat  محمّدا رسول الله mengakui secara lahir dan batin bahwa beliau adalah hamba dan Rasul Allah yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya, mentaati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan.

·      Rukun Syahadatain
Rukun لا إله إلاّ الله ada dua yaitu :
1.         An-Nafyu atau peniadaan لا إله   yaitu membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah kecuali Allah.
2.         Al-itsbat atau penetapan إلاّ الله yaitu menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.

Sunnah


Sunnah,
Jalan Kejayaan Dunia Akhirat

A
ktsaru iqtida’an lirasuulillah (sahabat yang  paling banyak meneladani Rasulullah) begitulah Abdullah bin Mas’ud  dikenal di kalangan para sahabat, pernah mendengar orang yang bersin sembari membaca, “Alhamdulillah, wash shalaatu wassalamu ‘ala rasulillah,”. Seketika itu, beliau menegurnya dan berkata, “Tidak demikian yang diajarkan oleh Rasulullah! Beliau hanya bersabda, “Barangsiapa yang bersin di antara kalian, maka hendaknya memuji Allah (membaca hamdalah),” beliau tidak mengatakan, “Dan hendaknya bershalawat atas Rasulullah!”
Begitulah para sahabat terdahulu, senantiasa berusaha meneladani sunnah Rasulullah kapanpun dan di manapun mereka berada. Karena mereka sadar hanya dengan sunnah Rasulullah, hidup seseorang ataupun masyarakat akan menjadi mulia. Sebaliknya, bila lawan dari sunnah yaitu bid’ah merajalela di setiap lapisan, maka kebinasaanlah akhirnya. Walaupun, bid’ah itu dianggap baik oleh seluruh manusia sehingga dengannya banyak orang yang tertipu, menganggap bahwa amalan itu akan mengantarkannya menuju Jannah.

·      Menelisik makna sunnah dan bid’ah
Rasa cinta atau benci adalah faktor yang menggerakkan hati untuk menerima atau menolak, diam atau bergerak. Namun rasa itu baru muncul ketika seseorang telah mengenali objek yang hendak dicinta atau dibenci. Tanpa mengenali, seseorang belum memiliki keberpihakan, sedangkan salah dalam mengenali, maka akibatnya lebih fatal lagi. Dia akan mencintai sesuatu yang mestinya dia benci dan membenci apa yang selayaknya dia cinta. Oleh karenanya, mengenali sunnah dan lawannya adalah sebuah kepastian yang harus dilakukan.

Tukang Cukur


Yang Tidak Ada Di Dunia Ini Adalah
“TUKANG CUKUR”
Zainuddin

Pernah terjadi di Rusia, sebuah negeri yang terkenal atheis, seorang pria pergi ke tukang cukur. Saat rambutnya dicukur, ia terserang kantuk. Kepalanya mulai mengangguk-angguk karena kantuk. Tukang cukur merasa kesal, namun untuk membangunkan pelanggannya, si tukang cukur mulai bicara:  ‘Pak, apakah Bapak termasuk orang yang percaya tentang adanya Tuhan?’  Pelanggan menjawab, ‘Ya, saya percaya adanya Tuhan!’
Agar pembicaraan tak terhenti, si tukang cukur menimpali, ‘Saya termasuk orang yang tidak percaya kepada Tuhan!’ ‘Apa alasanmu?’ pelanggan melempar tanya.
‘Kalau benar di dunia ini ada Tuhan, dan sifat-Nya adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, menurut saya tidak mungkin di dunia ada orang yang punya banyak masalah, terlilit hutang, terserang penyakit, kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Ini khan bukti  sederhana bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan!’ tukang cukur berbicara dengan cukup lantang.
Si pelanggan terdiam. Dalam hati, ia berpikir keras mencari jawaban. Namun sayang, sampai cukuran selesai pun ia tetap tidak menemukan jawaban. Maka pembicaraan pun terhenti. Sementara si tukang cukur tersenyum sinis, seolah ia telah memenangkan perdebatan.

Akhirnya, saat cukuran itu selesai, si pelanggan bangkit dari kursi dan ia berikan ongkos yang cukup atas jasa cukuran. Tak lupa, ia berterima kasih dan pamit untuk meninggalkan tempat. Namun dalam langkahnya, ia masih tetap mencari jawaban atas perdebatan kecil yang baru ia jalani.

Taubatnya Wanita


Taubatnya Wanita Penggoda

Di Makkah, hiduplah seorang wanita cantik yang sudah bersuami. Suatu ketika, ia memerhatikan wajahnya di cermin sembari terkagum-kagum terhadap kecantikannya sendiri. Ia berkata kepada suaminya : “Dengan kecantikan yang aku miliki hari ini, adakah seorang lelaki yang tiada tergoda ketika melihatnya? Suaminya menjawab, “Ya ada.” Iapun berkata ; “Siapa?” “Dialah Ubaid bin Umar,” Jawab suaminya. Ia berkata,Aku jadi penasaran, kalau begitu bolehkah aku mencoba menggodanya?” “Ya silahkan kalau kau mampu” jawab suaminya.
Beberapa saat kemudian, wanita itu mendatangi Ubaid bin Umar dengan berpura-pura sebagai orang yang ingin meminta fatwa. Ubaid berbicara padanya di pinggir ruangan Masjidil Haram. Tiba-tiba wanita itu menyingkap setengah penutup kain wajahnya yang rupawan laksana separuh bulan.
Ubaid : Wahai hamba Allah, tutuplah wajahmu!

Manisnya Dunia


Manisnya Dunia

وعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ - صلى الله عليه وسلم -، قَالَ: " إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا فِتْنَةَ الدُّنْيَا وَفِتْنَةَ النِّسَاءِ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِالنِّسَاءِ " ( رواه مسلم)
Dari Abu Said Al Khudriy RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya dunia itu manis  dan hijau. Dan sesungguhnya Allah SWT menjadikan kalian sebagai khalifah padanya, kemudian Dia melihat bagaimana kalian bertindak. Maka takutlah kepada dunia, dan takutlah kepada wanita. Sebab, fitnah pertama kali yang  terjadi pada bani Israil adalah karena wanita.” (HR. Muslim, Shahih)

Dalam hadits ini  Rasulullah SAW memberitahukan kepada kita tentang  keadaan dunia dan sifat-sifatnya yang membuat terpukau setiap orang yang memandang serta merasakannya. Kemudian beliau  memberitahukan bahwa Allah SWT menjadikan dunia juga sebagai ujian dan cobaan bagi para hamba. Beliau SAW juga menyuruh kita untuk mengerjakan sebab-sebab yang menghindarkan kita dari terjerumus ke dalam fitnah dunia.