Jumat, 21 Juni 2013

Marah


Jangan Marah

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، جَاءَ رَجُلٌ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ ، أَوْصِنِي، فَقَالَ: «لاَ تَغْضَبْ» ثُمَّ رَدَّدَ مِرَارًا، فَقَالَ: «لاَ تَغْضَبْ»
 Dari Abu hurairah ra, ia berkata: “Seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW, kemudian ia berkata: ‘Wahai Rasulullah SAW! Berilah wasiat kepada saya. “Rasulullah SAW bersabda : ”Jangan marah!” kemudian lelaki itu mengulang-ulang permintaannya.  Rasulullah SAW tetap menjawab: “Jangan marah!” (HR. Bukhori)

Lelaki ini mengira bahwa wasiat  “Jangan marah” adalah wasiat terhadap perkara juz’I (kecil). Sementara ia mengharap agar nabi Muhammad saw agar member wasiata yang kulliy (mencakup keseluruhan). Karena itu, ia mengulangi permintaannya. Ketika Nabi saw memberinya wasiat yang sama,dia menjadi mengerti bahwa wasiat “jangan marah” adalah ucapan yang jami’ (parkataan yang singkat,tapi maknanya luas) memang seperti itulah kenyataannya. Sebab sabda Nabi saw  “jangan marah” menandung dua perkara yang sangat besar.
Pertama.
Perintah untuk mengerjakan sebab(usaha). Juga perintah agar melatih berakhlaq mulia, bermurah hati, bersabar, dan menyiapkan diri dalam menghadapi segala prilaku manusia, baik berupa gangguan lewat ucapan maupun perbuatan. Jika seorang hamba diberi taufiq untuk melaksanakan hal ini, kemudian ada sebab-sebab yang yang mendorongnya untuk marah maka ia akan menghilangkan sikap marahnya itu dengan kemuliaan akhlaqnya, Karena ia menghadapinya dengan kemurahan hatinya, kesabaran, dan pengetahuannya terhadap akibat baik yang akan ia peroleh nantinya.
Kedua.
Perintah agar tidak melampiaskan kemarahan,terhadap perkara-perkara yang tidak ia sukai.sebab kebanyakan manusia banyak yang tidak bisa menahan amarah, namun orang-orang yag berakhlaq mulia mereka bisa menahan amarah.ketika seseorang bisa menahan amarah maka pada hakikatnya ia tidak marah,dengan demikai, seorang hamba akan ,menjadi sempurna kekuatan akal dan kekuatan hatinya,hal ini sesuai sabda Nabi Saw:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Bukanlah orang kuat yang hebat dalam bergulat. Tetapi, orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya pada saat marah.” (HR Bukhori).
Jadi, kesempurnaan kekuatan seorang hamba adalah jika dia bias menundukkan kekuatan syahwat kekuatan amarahnya, sehingga tidak berpengaruh buruk terhadap dirinya, ia tidak larut dalam kemarahan,maka sebaik-baik manusia adalah yang syahwat dan hawa nafsunya selalu mengikuti apa yang dibawakan oleh Rasulullah SAW, sedangkan kemaran dan kekuatan selalu digunakan untuk memenangkan yang haq. Sedangkan seburuk-buruk manusia adalah manusia yang terlarut dalam kemarahan dan syahwatnya. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar