Jumat, 21 Juni 2013

Terus Bersemangat


SEMANGAT YANG TIADA HENTI

Dikisahkan dalam “Qashash Mumayyizah” oleh Syaikh Ibrahim Bubastit bahwasannya disebuah kampung sebelah barat kerajaan Saudi Arabia terjadi satu peristiwa yang unik dan menarik untuk dijadikan pelajaran dan penyemangat hidup. Beliau menuturkan,
“Kami memasuki kampung itu. Tak ada tanda-tanda sentuhan kemodernan. Sebuah kampung terpencil dengan pola bangunan yang sederhana. Kami menelusuri  tanjakan jalan menuju masjid di kampung itu. Hingga sampailah kami di masjid yang kami tuju. Sebuah masjid tempat dimulainya kisah ini.
Tatkala kami sampai di masjid, kami dapati di sisi depan pintu terdapat batu besar yang di ikat dengan sebuah tali. Tahukah anda, tali apakah itu? Satu ujungnya terikat dibatu sementara ujung tali yang lain memanjang dan tidak kelihatan ujungnya  karena jauh.
Kami mulai menyusuri tali tersebut untuk mencari tahu, samapai di mana ujung tali yang satunya. Cobalah Anda terka, dimanakah ujung tali ini berakhir? Tali itu terhampar memanjang di  atas tanah. Setelah kira-kira enam menit kami mengikuti arah tali tersebut dengan mobil, Subhanallah, kami temukan tempat di mana ujung tali itu berakhir.
Ternyata, tali panjang itu berujung di sebuah rumah tua yang hanya terdiri dari satu kamar dan tempat air. Dirumah itu kami bertemu dengan pemiliknya, yakni seorang  kakek tua yang  kedua matanya tak lagi bisa melihat. Umurnya kira-kira 85 tahun. Dia adalah seorang kakek buta yang rajin beribadah.
Tatkala kami bertanya, “Wahai kakek, beritahu kami, apa rahasia dari tali yang memanjang dari masjid hingga rumah kakek ini?” maka dengarkanlah jawaban yang  membekas di hati setiap mukmin ini. Kakek itu menjawab, “Wahai anakku, ini adalah tali yang menunjukkan jalanku untuk shalat lima waktu. Ketika masuk waktu shalat, aku pegang tali ini, lalu saya keluar rumah ini menuju masjid dengan memegangi tali ini, begitu pula tatkala aku pulang dari masjid, karena tidak ada yang menuntunku untuk ke masjid.” Allahu Akbar! Kami pun melihat bekas yang sangat ketara pada tapak tangannya yang secara rutin bergesekan dengan tali yang dipegangnya.”
Lantas bagaimanakah keadaan kaum laki-laki muslim hari ini? Dimanakah orang-orang yang kuat fisiknya? Yang sehat kedua matanya, kokoh kedua kakinya serta memiliki kendaraan yang bisa hilir mudik kemana pun ia suka, tetapi tatkala panggilan tertinggi dari Allah berkumandang sangat sedikit yang segera menghadirinya. Masjid kecilpun terasa besar dan luas disebabkan sunyinya orang yang menyambut panggilan itu. Terkadang lebih banyak jumlah tiang masjid dibanding dengan orang yang shalat lima waktu di dalamnya. Adakah alasan bagi mereka untuk meninggalkan shalat jamaah dimasjid? Nas’alullahal ‘aafiyah.

                                                                                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar