Kamis, 16 Mei 2013

Amal dikembalikan


Ketika Amal Dikembalikan Kepada Pemiliknya


يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَراً وَمَا عَمِلَتْ مِن سُوَءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَداً بَعِيداً وَيُحَذِّرُكُمُ اللّهُ نَفْسَهُ وَاللّهُ رَؤُوفُ بِالْعِبَادِ ﴿٣٠﴾
Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; Ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa) Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran : 30)

H
ari kiamat dan kejadian-kejadian yang akan terjadi setelah bumi dihancurkan adalah peristiwa yang sungguh besar dan menakutkan. Bulu kuduk serasa berdiri ketika merenungkan keadaan ketika itu. Saat itu Sang Pemilik alam semesta menunjukkan murka-Nya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hingga para nabi sekalipun tak berani berbuat apa-apa ketika sekelompok orang meminta
syafaat kepada mereka, disebabkan takut kepada Allah. Masa menanti perhitungan yang sangat lama dengan kondisi yang sungguh mencekam. Abdullah bin Amr bin Ash pernah berkata, Rasulullah membaca firman Allah “(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam. (QS. Al Muthaffifin 6). Lalu beliau bersabda, “Bagaimana nasib kalian saat Allah mengumpulkan kalian sebagaimana mengumpulkan anak panah di wadahnya selama 50.000 tahun, kemudian Allah tidak memperhatikan kalian (HR. Al Hakim, beliau mengatakan shahih, adz Dzahabi menyepakatinya begitupula dengan al Albani)
Betapa beratnya masa itu, tak terkira gerahnya penghuni makhsyar kala itu. Banyak wajah tertunduk, banyak hati gentar dan ketakutan, sedangkan jasad merasakan kelelahan. Karena mereka terus berdiri di hadapan Allah menanti giliran sementara matahari didekatkan di atas kepala dengan jarak satu mil. Rasulullah SAW bersabda,
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ
“Matahari didekatkan kepada manusia pad hari kiamat hingga jaraknya dari mereka hanya satu mil” (HR. Muslim)
Sulaim bin Amir yang meriwayatkan hadits ini  mengatakan, “Demi Allah aku tidak tahu maksud satu mil. Apakah yang dimaksud mil adalah satuan jarak ataukah ‘mil’ yang biasa dipakai manusia untuk bercelak mata. Masya Allah, betapa panasnya kala itu. Bayangkan saja matahari yang jaraknya lebih kurang 150 juta km kini hanya berjarak satu mil. Sehingga manusia akan tenggelam dengan keringatnya masing-masing sesuai dengan kadar amalnya masing-masing.
Sungguh aneh, bila ada seseorang yang dengan mudah dan tenangnya berbuat maksiat sementara peristiwa-peristiwa besar dan menakutkan akan dihadapinya kelak. Jiwa yang terpancari oleh cahaya iman akan tahu, apa yang harus dilakukan saat hati mengidap gejala sakit atau membatu yang ketika itu senantiasa ingin berbuat maksiat. Khalifah Abdul Malik bin Marwan, saat mendeteksi adanya bibit penyakit dalam hati berkata kepada Al Manshur, “Bacakanlah kepadaku suatu ayat dari kitabullah, karena hal itu bisa menjadi obat bagi penyakit di dada, dan karena al Qur’an adalah penyembuh dan cahaya.”
 Dari ribuan ayat al Qur’an, Al Manshur memilih untuk membacakan firman-Nya, “Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya.” (QS. Ali Imran : 30). Tampaknya, ayat yang dibacakan oleh Al Mashur tersebut begitu hebat menancap di ulu hati sang khalifah, hingga menyebabkan beliau pingsan seketika. Diantara yang beliau ucapkan setelah siuman dari pingsannya adalah, “Sungguh, barangsiapa yang memikirkan ayat ini, lalu dia tetap nyaman dalam kemaksiatan maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”

Kaleidoskop Akbar  pun dimulai
Hari itu, jejak rekam peristiwa yang telah dilakukan oleh setiap bani Adam akan diperlihatkan di hadapannya. Tiada satupun yang disembunyikan dan terlewatkan, tentang secuil ketaatan, dan serentetan dosa yang telah dibuatpun terpampang di depan mata. Hingga orang-orang yang dzalim pun terbelalak kaget dan berkata : "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun". (QS. Al Kahfi : 49) Dengan kata lain semua yang tersembunyi akan terlihat jelas. Itulah hari dibukanya topeng kemunafikan, ditelanjanginya segala bentuk kedustaan, disingkapnya segala makar kejahatan.
“Dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.” (QS. Al Buruj : 3), perjalanan bani Adam pun akan semakin berat ketika para saksi dihadapkan satu persatu dihadapannya. Bumi akan bercerita tentang apa yang terjadi di atasnya dahulu (QS.  Az Zalzalah ; 4). Para malaikat pencatat pun turut hadir memberikan komentarnya terhadap kita. Allah juga menjadi saksi atas segala perbuatan kita. Tangan, kaki dan semua jasad juga menjadi saksi kunci yang teramat kuat. Sementara lisan terkunci rapat, tak kuasa membantah meski hanya sepatah kata pun.
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. “ (QS. Yaasin : 65)
Anas bin Malik menceritakan, “Suatu kali kami bersama Nabi SAW dan tiba-tiba beliau tertawa dan berkata, “Tahukah kalian, apa yang membuat aku tertawa?” Kami menjawab, “Allah dan RasulNya lebih tahu.” Lalu beliau bersabda,
مِنْ مُخَاطَبَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ، يَقُولُ يَا رَبِّ أَلَمْ تُجِرْنِي مِنَ الظُّلْمِ قَالَ: يَقُولُ بَلَى فَيَقُولُ فَإِنِّي لَا أُجِيزُ عَلَى نَفْسِي إِلَّا شَاهِدًا مِنِّي قَالَ فَيَقُولُ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ شَهِيدًا وَبِالْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ شُهُودًا قَالَ فَيَخْتِمُ عَلَى فِيهِ فَيُقَالُ لِأَرْكَانِهِ انْطِقِي
“Karena perbincangan seorang hamba dengan Rabbnya. Hamba itu berkata, “Wahai Rabbi, bukankah Engkau bebaskan hamba dari kezhaliman?” Allah berfirman, “Ya.” Hamba itupun berkata, “Kalau begitu, hamba tidak mau menerima saksi lain kecuali saksi dari diriku sendiri.” Lalu Allah berfirman, “Cukuplah dirimu sendiri yang menjadi saksi pada hari ini dan al Kiraamul kaatibun menjadi saksi!” lalu lisanpun dikunci, kemudian dikatakan kepada seluruh anggota badan, “Berbicaralah!.” (HR. Muslim)

Kalau demikian, masihkah hati tergiur untuk mencicipi ‘manisnya’ dosa? Adakah nafsu tergoda untuk melakukan tindakann durjana?

·      Maha Kasih Allah kepada hamba-Nya
Setiap mukmin pasti berharap terselamatkan dari adzab Allah yang sangat besar ketika itu. Mereka menyadari bahwa sekuat apapun menjaga diri, pasti pada suatu masa pernah terjerumus melakukan maksiat walau kecil bentuknya. Betapa malunya ketika itu, bila kemaksiatan dibukakan di hadapan Allah dan seluruh manusia hingga siapapun bisa melihatnya. Rasa takut dan harap pun bercampur aduk menjadi satu. Berharap semoga Allah menutupi dosa-dosa yang telah diperbuat.
Dari keterangan yang diberikan nabi, ternyata ada secercah harapan agar kelak di akhirat Allah tidak memperlihatkan dosa-dosa yang telah dilakukan. Dengan taubat nasuha, berhenti, menyesal, bertekad untuk tidak mengulanginya dan memohon ampunan Allah. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Dzar bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya aku tahu orang terakhir yang masuk jannah, dan yang terakhir keluar dari neraka. Ada seseorang  didatangkan pada hari kiamat, lalu dikatakan, “Perlihatkan kepadanya dosa-dosa kecilnya!” Lalu dikatakan kepada orang itu, “Kamu telah melakukan ini, ini  dan itu pada hari anu. Dan kamu juga berbuat ini, ini dan itu pada hari anu.” Orang itu berkata benar, “Benar,” ia tidak kuasa untuk mengelak, sedangkan ia masih mengkhawatirkan ditampakkannya dosa besar yang pernah dilakukannya. Lalu dikatakan kepadanya, “Bagimu, setiap keburukan (dihapus dan) diganti dengan kebaikan.” Lalu hamba itu berkata, “Wahai Rabbi, saya melakukan suatu dosa yang tidak saya lihat disini?” Sungguh aku (Abu Dzar) melihat nabi tertawa hingga kelihatan gerahamnya.” (HR. Muslim)
Allahu Akbar betapa Allah begitu kasih kepada para hamba-Nya yang bertaubat dan mengganti keburukan dengan kebaikan. “kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan : 70) Ya Allah, tutuplah aurat kami dan amankanlah rasa takut kami. Aamiin.
(Abu Hafizh Al Bukhari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar