Nasihat Secarik Kertas
Zainuddin
S
|
uatu hari ketika Imam Abu Hanifah sedang berjalan-jalan melalui sebuah
rumah yang jendelanya masih terbuka, terdengar oleh beliau suara orang yang
mengeluh dan menangis tersedu-sedu. Keluhannya berisikan kata-kata,
"Aduhai, alangkah malangnya nasibku ini, agaknya tiada seorang pun yang
lebih malang dari nasibku yang celaka ini. Sejak dari pagi lagi belum datang
sesuap nasi atau makanan pun di
kerongkongku sehingga seluruh badanku menjadi
lemah lunglai. Oh, manakah hati yang belas kasih yang sudi memberi curahan air
walaupun setitik."
Mendengar keluhan itu, Abu Hanifah merasa kasihan
lalu beliau pun balik ke rumahnya dan mengambil bungkusan hendak diberikan
kepada orang itu. ketika dia sampai ke rumah orang itu, dia terus melemparkan
bungkusan yang berisi uang kepada si malang tadi lalu meneruskan perjalanannya.
Si malang terkejut setelah mendapati sebuah bungkusan yang tidak diketahui dari
mana datangnya, lantas beliau tergesa-gesa membukanya. Setelah dibuka,
terlihatlah bungkusan itu berisi uang dan secarik kertas yang bertuliskan,
" Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh sedemikian itu, kamu
tidak pernah atau perlu mengeluh atas nasibmu. Ingatlah kepada rahmat dan kasih
sayang Allah dan mohonlah kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka
berputus asa, hai kawan, tetapi berusahalah terus."
Pada keesokan harinya, Imam Abu Hanifah melalui lagi
rumah itu dan suara keluhan itu kedengaran lagi, "Ya Allah Tuhan Yang Maha
Belas Kasihan dan Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kemarin,
sekadar untuk menyenangkan hidupku yang melarat ini. Sungguh jika Tuhan tidak
beri, akan lebih sengsaralah hidupku, wahai untung nasibku."
Seperti yang kemarin juga, di dalam bungkusan itu
ada secarik kertas lalu dibacanya, "Hai kawan, bukan begitu cara bermohon,
bukan demikian cara berikhtiar dan berusaha. Perbuatan demikian 'malas'
namanya. Putus asa kepada kebenaran dan kekuasaan Allah. Sungguh tidak ridho
Tuhan melihat orang pemalas dan putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan
dirinya. Jangan….jangan berbuat demikian. Kalau ingin senang harus mau bekerja
dan berusaha karena kesenangan itu tidak mungkin datang sendiri tanpa dicari
atau diusahakan. Orang hidup tidak boleh hanya duduk diam tetapi harus bekerja
dan berusaha. Allah tidak akan perkenankan permohonan orang yang malas bekerja.
Allah tidak akan mengkabulkan doa orang yang berputus asa. Sebab itu, carilah
pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu. Berikhtiarlah sedapat mungkin
dengan pertolongan Allah. Insya Allah, akan dapat juga pekerjaan itu selama
kamu tidak berputus asa. Nah…carilah segera pekerjaan, saya doakan lekas
mendapat hasil."
Setelah dia selesai membaca surat itu, dia
termenung, dia insaf dan sadar akan kemalasannya. Pada keesokan harinya, dia
pun keluar dari rumahnya untuk mencari pekerjaan. Sejak hari itu, sikapnya pun
berubah mengikut aturan Allah dan tidak melupakan nasehat yang diberikan
kepadanya dalam secarik kertas itu.
Dan janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah melainkan kaum yang kafir (QS. Yusuf : 87)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar