SABAR DAN SHALAT
MEMBUAT HIDUP SEMAKIN HIDUP
وَاسْتَعِينُواْ
بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ ﴿٤٥﴾
Dan mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (QS. Al Baqarah : 42)
Hidup adalah tantangan. Akan ada problematika yang akan
dihadapi. Susah dan senang akan saling
menyapa setiap ayunan langkah kehidupan. Sehingga terkadang tanpa disadari
tidak sedikit persoalan yang datang bertubi-tubi mengikis keimanan dalam hati.
Walau tak sedikit pula orang-orang yang menghadapi kesulitan mendapatkan maqam
yang tinggi dihadapan Allah Robbul
Izzati.
Mampu bertahannya seseorang dari derasnya arus persoalan
hidup yang mendera kehidupan salah satunya adalah dengan sabar dan shalat.
Bukanlah hal yang mudah untuk menggunakan keduanya sebagai salah satu softwere
dalam diri yang mampu mengendalikan
hidup untuk tetap memandang baik setiap hal yang hadir menyapa kita. Satu
persatu orang-orang yang tak sabar berguguran. Berbagai cara ditempuh untuk mengurai setiap persoalan
yang dihadapi. Mulai dari cara yang syubhat sampai cara yang banyak
mengandung maksiat.
Alih-alih menyelesaikan masalah, malah orang seperti ini
terjerembab jauh dalam kubangan masalah, disebabkan
ketidakmampuan diri
menangkap substansi masalah yang Allah hadirkan. Ketika hal itu tidak disadari
dan berlanjut hingga ajal menjemput maka jadilah ia orang yang gagal dalam
hidup. Karena sejatinya, kegagalan hidup adalah ketika sakaratul maut
menjemput, hidup berakhir dalam kemurkaan Allah. Naudzubillahi min dzalik.
Ingin selamat ? SABAR dan SHALATLAH !
Sebesar apapun deraan hidup, sesungguhnya Allah Maha Pengasih
dan Penyayang, Maha Lembut dan Maha Tahu setiap kekurangan dan kelemahan diri
kita. Allah memberikan dua kata kunci untuk menyelesaikan setiap kali menemui
persoalan yaitu sabar dan shalat. Sabar yang berarti al habsu yang
maknanya menahan diri. Yaitu menahan diri dalam sesuatu yang dicintai Allah SWT
agar terus melakukannya dan menahan diri dari sesuatu yang dibenci Allah SWT
agar terus menjauhinya. Sehingga setiap langkah hidup yang diambil tetap
positif, kreatif dan inovatif. Tidak grusah-grusuh, berkeluh kesah,
apalagi buruk sangka dengan takdir Allah SWT dan bermacam-macam sifat mazmumah
lainnya.
Sedangkan shalat bermakna hubungan atau komunikasi yang
dibangun kepada Allah SWT. Disinilah Allah mendidik hamba-hambaNya ketika kita
menemui persoalan dalam hidup yang membuat hati kita gundah gulana. Datang dan
menghadaplah kepada Allah SWT dengan penuh ketundukan dan kekhusyu’an.
Memohonlah kepadaNya niscaya apapun yang kita hajatkan pasti didengar dan Insya
Allah dikabulkan oleh Allah SWT :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ
دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦﴾
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah : 186)
Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya : “Allah
memerintahkan para hambaNya untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong
dalam mencapai kebaikan dunia dan akhirat”. Artinya dengan keduanya segala hal
menjadi mudah dan terasa indah. Sahabat Rasulullah SAW yang mulia Ali bin Abi
Thalib RA juga menjelaskan :
اعْلَمُوْا أَنَّ مَنْزِلَةَ الصَّبْرِ مِنَ اْلِإيْمَانِ كَمَنْزِلَةِ
الرَّأْسِ مِنَ اْلجَسَدِ فَإِذَا ذَهَبَ الرَّأْسُ ذَهَبَ اْلجَسَدُ وَإِذَا ذَهَبَ
الصَّبْرُ ذَهَبَ اْلِإيْمَانُ
“Ketahuilah bahwasannya
kedudukan sabar bagi iman seperti kedudukan kepala bagi jasad. Maka apabila
hilang kepala maka lenyaplah jasad dan apabila hilang sabar maka lenyap pula
iman.” (Mukhtashar Tarikh Dimasyq)
Kesabaran
pula yang membuat seseorang memperoleh pahala tanpa batas (bighoiri hisab)
sehingga mampu menempatkan para Ahli sabar di taman-taman surga penuh sa’adah
(kebahagiaan). Dengan berbagai macam kenikmatan yang tiada pernah terbayangkan
serta ditambah para malaikat yang senantiasa
menyapa disetiap waktu dengan sapaan khas bagi orang-orang sabar. Salamun
alaikum bima shabartum (keselamatanlah atas kalian dengan apa yang kalian
dengannya bersabar) QS. Ar Ra’d : 24.
Teringat
kisah dari seorang tabi’in yang bernama Syuraih Al Qadhi, ketika dia dilanda
suatu masalah (musibah) ia langsung beristirja’ dan bertahmid 4 kali.
Ketika ditanya oleh seorang sahabatnya, bukankah engkau ditimpa musibah ya
syaikh kenapa engkau bertahmid 4 kali ? Syuraih menjawab : “Tahmid yang pertama
aku ucapkan karena aku bersyukur pada
Allah SWT yang telah menjadikan aku orang yang mampu mengucapkan istirja’
ketika musibah itu datang. Karena tidak banyak orang yang melakukannya. Tahmid
kedua, aku ucapkan karena Allah SWT menjadikan aku orang yang bersabar ketika menghadapi musibah ini.
Karena betapa banyak orang yang dicabut kesabarannya oleh Allah SWT ketika
datang musibah sehingga terkadang dia tidak rela dengan ketentuan Allah SWT.
Tahmid ketiga, aku ucapkan karena Allah SWT memberikan pahala yang besar kepada
orang-orang yang bersabar ketika ujian datang. Disinilah banyak orang yang
tertipu dengan tergesah-gesah menuju solusi yang dituju tanpa melihat sisi
indah hakikat kesabaran dalam ujian. Hadits nabi SAW :
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمُ مِنْ
نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى
الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه
“Tidak ada
sesuatu pun yang menimpa seorang muslim, baik berupa kelelahan, kesakitan,
kecemasan, kesedihan, gangguan, penyakit, kesusahan hingga duri yang
menusuknya, kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya dengannya” (Muttafaqun Alaih)
Tahmid keempat, aku ucapkan karena Allah tidak
memberikan ujian yang lebih besar dan berat dari hal ini. Subhanallah, sungguh
indah potret kehidupan orang-orang terbaik dalam Islam ketika menyikapi
kehidupan. Tetap berbaik sangka pada Allah SWT dan tetap optimis dalam menapaki
jalan kehidupan.
Dilain masa, dikisahkan dari Zaid bin Ali
bahwasannya ketika Ibnu Abbas RA dalam perjalanan dikabarkan bahwasannya salah
seorang anaknya telah meninggal. Beliaupun turun dari kendaraannya, lalu shalat
dua rakaat kemudian membaca Istirja’ ( Innalillaahi wa innailaihi raajiun).
Kemudian beliau berkata “Kami melakukan ini sebagaimana yang Allah perintahkan
melalui nabinya, jadikanlah sabar dan shalat menjadi penolong.”
Ya ... dengan shalatlah seseorang itu mampu
teguh dalam ketaatan. Karena Rasulullah senantiasa menggunakan shalat sebagai
sarana komunikasi kepada Allah dalam menghadapi sesuatu apapun. Shalat pula merupakan
tolok ukur kualitas diri seseorang. Citra diri seseorang dapat dilihat dari
shalatnya. Umar bin Khattab pernah berkata : “Man Dhayya ‘ash shalah fahuwa
lima siwaaha adhya’ yang artinya siapa yang meremehkan shalat, pasti untuk
urusan lainnya akan lebih meremehkan lagi. Mafhum mukhalafahnya, siapa
yang bersungguh-sungguh dalam shalatnya pasti orang tersebut akan disiplin pula
dalam urusan yang lainnya.
Kenapa shalat dihubungkan dengan kesuksesan
urusan yang lain?
Abu Al Aliyah menjelaskan sesungguhnya pada
shalat itu terkandung tiga unsur maka setiap shalat yang tidak mengandung tiga
unsur ini, maka itu bukan shalat namanya. Ketiga unsur itu adalah ikhlash, khassyah
(rasa takut) dan dzikrullah.
Ikhlash merupakan pendorong kuat dalam
seseorang beramal hanya untuk, karena dan mengharap ridha dari Allah SWT
semata. Ramai maupun sunyi tidak menjadikannya patah semangat dalam beramal.
Ketika spirit ini terus terpancar diluar shalat pasti untuk urusan yang lain
otomatis mewarnai kinerjanya. Khasysyah merupakan alarm pencegah dari
perbuatan mungkar. Ketika semangat ini terus berpijar diluar shalat maka orang
tersebut akan sekuat tenaga menghindari akhlaq mazmumah.
Dan yang terakhir adalah dzikrullah
sebagai kompas yang akan membimbing kita menuju Allah SWT. Jika corak ini terus
terpancar diluar shalat, pasti orang tersebut menjadi orang yang optimis dalam
melakukan kebaikan. Karena disetiap waktu dan tempat dia yakin ada Allah yang
melindungi dan menaungi aktifitasnya. Allahlah sebagai walinya sehingga tiada
duka dan lara yang menyapanya. Sebagaimana firman Allah SWT :
اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ
آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ
أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ
أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿٢٥٧﴾
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan
mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah : 257)
وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا
وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٣٩﴾
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah
(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran : 139)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar