Kamis, 16 Mei 2013

Sabar dan Shalat


SABAR DAN SHALAT
MEMBUAT HIDUP SEMAKIN HIDUP

وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ ﴿٤٥﴾
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (QS. Al Baqarah : 42)
Hidup adalah tantangan. Akan ada problematika yang akan dihadapi.  Susah dan senang akan saling menyapa setiap ayunan langkah kehidupan. Sehingga terkadang tanpa disadari tidak sedikit persoalan yang datang bertubi-tubi mengikis keimanan dalam hati. Walau tak sedikit pula orang-orang yang menghadapi kesulitan mendapatkan maqam yang tinggi dihadapan Allah  Robbul Izzati.
Mampu bertahannya seseorang dari derasnya arus persoalan hidup yang mendera kehidupan salah satunya adalah dengan sabar dan shalat. Bukanlah hal yang mudah untuk menggunakan keduanya sebagai salah satu softwere  dalam diri yang mampu mengendalikan hidup untuk tetap memandang baik setiap hal yang hadir menyapa kita. Satu persatu orang-orang yang tak sabar berguguran. Berbagai  cara ditempuh untuk mengurai setiap persoalan yang dihadapi. Mulai dari cara yang syubhat sampai cara yang banyak mengandung maksiat.
Alih-alih menyelesaikan masalah, malah orang seperti  ini  terjerembab jauh dalam kubangan masalah, disebabkan
ketidakmampuan diri menangkap substansi masalah yang Allah hadirkan. Ketika hal itu tidak disadari dan berlanjut hingga ajal menjemput maka jadilah ia orang yang gagal dalam hidup. Karena sejatinya, kegagalan hidup adalah ketika sakaratul maut menjemput, hidup berakhir dalam kemurkaan Allah. Naudzubillahi min dzalik.
Ingin selamat ? SABAR dan SHALATLAH !
Sebesar apapun deraan hidup, sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Lembut dan Maha Tahu setiap kekurangan dan kelemahan diri kita. Allah memberikan dua kata kunci untuk menyelesaikan setiap kali menemui persoalan yaitu sabar dan shalat. Sabar yang berarti al habsu yang maknanya menahan diri. Yaitu menahan diri dalam sesuatu yang dicintai Allah SWT agar terus melakukannya dan menahan diri dari sesuatu yang dibenci Allah SWT agar terus menjauhinya. Sehingga setiap langkah hidup yang diambil tetap positif, kreatif dan inovatif. Tidak grusah-grusuh, berkeluh kesah, apalagi buruk sangka dengan takdir Allah SWT dan bermacam-macam sifat mazmumah lainnya.
Sedangkan shalat bermakna hubungan atau komunikasi yang dibangun kepada Allah SWT. Disinilah Allah mendidik hamba-hambaNya ketika kita menemui persoalan dalam hidup yang membuat hati kita gundah gulana. Datang dan menghadaplah kepada Allah SWT dengan penuh ketundukan dan kekhusyu’an. Memohonlah kepadaNya niscaya apapun yang kita hajatkan pasti didengar dan Insya Allah dikabulkan oleh Allah SWT :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ ﴿١٨٦﴾
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah : 186)
Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya : “Allah memerintahkan para hambaNya untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong dalam mencapai kebaikan dunia dan akhirat”. Artinya dengan keduanya segala hal menjadi mudah dan terasa indah. Sahabat Rasulullah SAW yang mulia Ali bin Abi Thalib RA juga menjelaskan :
اعْلَمُوْا أَنَّ مَنْزِلَةَ الصَّبْرِ مِنَ اْلِإيْمَانِ كَمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ اْلجَسَدِ فَإِذَا ذَهَبَ الرَّأْسُ ذَهَبَ اْلجَسَدُ وَإِذَا ذَهَبَ الصَّبْرُ ذَهَبَ اْلِإيْمَانُ
“Ketahuilah bahwasannya kedudukan sabar bagi iman seperti kedudukan kepala bagi jasad. Maka apabila hilang kepala maka lenyaplah jasad dan apabila hilang sabar maka lenyap pula iman.” (Mukhtashar Tarikh Dimasyq)
Kesabaran pula yang membuat seseorang memperoleh pahala tanpa batas (bighoiri hisab) sehingga mampu menempatkan para Ahli sabar di taman-taman surga penuh sa’adah (kebahagiaan). Dengan berbagai macam kenikmatan yang tiada pernah terbayangkan serta ditambah para malaikat yang  senantiasa menyapa disetiap waktu dengan sapaan khas bagi orang-orang sabar. Salamun alaikum bima shabartum (keselamatanlah atas kalian dengan apa yang kalian dengannya bersabar) QS. Ar Ra’d : 24.
Teringat kisah dari seorang tabi’in yang bernama Syuraih Al Qadhi, ketika dia dilanda suatu masalah (musibah) ia langsung beristirja’ dan bertahmid 4 kali. Ketika ditanya oleh seorang sahabatnya, bukankah engkau ditimpa musibah ya syaikh kenapa engkau bertahmid 4 kali ? Syuraih menjawab : “Tahmid yang pertama aku ucapkan  karena aku bersyukur pada Allah SWT yang telah menjadikan aku orang yang mampu mengucapkan istirja’ ketika musibah itu datang. Karena tidak banyak orang yang melakukannya. Tahmid kedua, aku ucapkan karena Allah SWT menjadikan aku orang yang  bersabar ketika menghadapi musibah ini. Karena betapa banyak orang yang dicabut kesabarannya oleh Allah SWT ketika datang musibah sehingga terkadang dia tidak rela dengan ketentuan Allah SWT. Tahmid ketiga, aku ucapkan karena Allah SWT memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang bersabar ketika ujian datang. Disinilah banyak orang yang tertipu dengan tergesah-gesah menuju solusi yang dituju tanpa melihat sisi indah hakikat kesabaran dalam ujian. Hadits nabi SAW :
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمُ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه
“Tidak ada sesuatu pun yang menimpa seorang muslim, baik berupa kelelahan, kesakitan, kecemasan, kesedihan, gangguan, penyakit, kesusahan hingga duri yang menusuknya, kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya dengannya” (Muttafaqun Alaih)
Tahmid keempat, aku ucapkan karena Allah tidak memberikan ujian yang lebih besar dan berat dari hal ini. Subhanallah, sungguh indah potret kehidupan orang-orang terbaik dalam Islam ketika menyikapi kehidupan. Tetap berbaik sangka pada Allah SWT dan tetap optimis dalam menapaki jalan kehidupan.
Dilain masa, dikisahkan dari Zaid bin Ali bahwasannya ketika Ibnu Abbas RA dalam perjalanan dikabarkan bahwasannya salah seorang anaknya telah meninggal. Beliaupun turun dari kendaraannya, lalu shalat dua rakaat kemudian membaca Istirja’ ( Innalillaahi wa innailaihi raajiun). Kemudian beliau berkata “Kami melakukan ini sebagaimana yang Allah perintahkan melalui nabinya, jadikanlah sabar dan shalat menjadi penolong.”
Ya ... dengan shalatlah seseorang itu mampu teguh dalam ketaatan. Karena Rasulullah senantiasa menggunakan shalat sebagai sarana komunikasi kepada Allah dalam menghadapi sesuatu apapun. Shalat pula merupakan tolok ukur kualitas diri seseorang. Citra diri seseorang dapat dilihat dari shalatnya. Umar bin Khattab pernah berkata : “Man Dhayya ‘ash shalah fahuwa lima siwaaha adhya’ yang artinya siapa yang meremehkan shalat, pasti untuk urusan lainnya akan lebih meremehkan lagi. Mafhum mukhalafahnya, siapa yang bersungguh-sungguh dalam shalatnya pasti orang tersebut akan disiplin pula dalam urusan yang lainnya.

Kenapa shalat dihubungkan dengan kesuksesan urusan yang lain?

Abu Al Aliyah menjelaskan sesungguhnya pada shalat itu terkandung tiga unsur maka setiap shalat yang tidak mengandung tiga unsur ini, maka itu bukan shalat namanya. Ketiga unsur itu adalah ikhlash, khassyah (rasa takut) dan dzikrullah.
Ikhlash merupakan pendorong kuat dalam seseorang beramal hanya untuk, karena dan mengharap ridha dari Allah SWT semata. Ramai maupun sunyi tidak menjadikannya patah semangat dalam beramal. Ketika spirit ini terus terpancar diluar shalat pasti untuk urusan yang lain otomatis mewarnai kinerjanya. Khasysyah merupakan alarm pencegah dari perbuatan mungkar. Ketika semangat ini terus berpijar diluar shalat maka orang tersebut akan sekuat tenaga menghindari akhlaq mazmumah.
Dan yang terakhir adalah dzikrullah sebagai kompas yang akan membimbing kita menuju Allah SWT. Jika corak ini terus terpancar diluar shalat, pasti orang tersebut menjadi orang yang optimis dalam melakukan kebaikan. Karena disetiap waktu dan tempat dia yakin ada Allah yang melindungi dan menaungi aktifitasnya. Allahlah sebagai walinya sehingga tiada duka dan lara yang menyapanya. Sebagaimana firman Allah SWT :
اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿٢٥٧﴾
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah : 257)
وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٣٩﴾
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran : 139)

Semoga kita bisa berbuat yang demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar