Kamis, 16 Mei 2013

Jabatan


Jabatan, Oh Jabatan
Suatu waktu Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz, ingin mengangkat Qadhi di Bashrah, yang akan menghukum  dengan hukum Allah SWT tanpa gentar dan gila pujian. Pilihannya jatuh pada dua calon yang sama-sama tangguh, hingga sulit dipastikan, mana yang lebih layak, Iyas bin Muawiyah ataukah al Qashim bin Rabi’ah. Khalifah mengamanahkan gubernur irak, Adi bin Arthah untuk memutuskannya.
Adi mempertemukan Iyas dan al Qashim untuk membicarakan siapa dari keduanya yang sanggup menjadi qadhi. Tapi keduanya sama-sama ingin menghindar. Iyas menganggap al Qasim lebih utama, sedangkan al Qasim memandang bahwa Iyas lebih utama darinya, masing-masing menyebutkan keutamaan, ilmu dan kefakihan rekannya.
Karena belum ada titik terang, Adi berkata, “Kalian tidak boleh keluar dari sini sebelum kalian memutuskannya.” Iyas berkata, “Wahai Amir, Anda bisa menanyakan tentang diriku dan al Qasim kepada dua fuqaha Irak ternama, yaitu Hasan al Bashri dan Muhammad bin Sirin, keduanyalah yang paling mampu membedakan antara kami berdua.”
Iyas mengatakan seperti itu karena al Qasim adalah murid dari kedua ulama tersebut, sedangkan Iyas sendriri tidak punya hubungan apa-apa dengan mereka. Al Qasim juga memahami siasat Iyas, kalau pemimpin Irak itu bermusyawah dengan kedua ulama tersebut, tentulah mereka akan memilih dia dan bukan Iyas. Maka dengan segera al Qasim menoleh kepada Adi dan berkata, “Wahai Amir, janganlah Anda menanyakan perihalku kepada siapapun. Demi Allah yang tiada ilah selain Dia, Iyas lebih mengerti tentang agama Allah dari pada aku, dan ia lebih mampu untuk menjadi hakim. Bila aku berbohong dalam sumpahku ini, maka tidak patut Anda memilihku karena itu berarti memberikan jabatan kepada orang yang cacat. Bila aku jujur, Anda tidak boleh mengutamakan orang yang lebih rendah, sedangkan di sini ada yang lebih utama.”
Iyas berpaling kepada Amir dan berkata, “Wahai Amir, Anda memanggil orang untuk dijadikan hakim. Ibaratnya Anda letakkan ia di tepi jurang Jahannam, lalu orang itu hendak menyelamatkan dirinya dengan sumpah palsu, yang dia bisa menebus sumpah itu, dan selamatlah ia dari apa yang ditakutinya.”
Maka Adi berkata kepada Iyas, “Orang yang berpandangan seperti dirimu inilah yang layak untuk menjadi hakim.” Lalu diangkatlah Iyas sebagai qadhi di Bashrah. Subhanallah, bagaimanakah dengan kondisi Ummat hari ini? Sungguh sangat menyedihkan disaat para pendahulu kita berusaha menghindar dari jabatan malah kebanyakan manusia hari ini berebut jatah jabatan dengan menggunakan jalan yang terkadang melanggar batas-batas yang dibolehkan. Naudzubillah.
(Abu hafizh Al-Bukhori)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar