Jabatan, Oh
Jabatan
Suatu waktu Amirul Mukminin, Umar bin Abdul Aziz, ingin mengangkat Qadhi
di Bashrah, yang akan menghukum dengan
hukum Allah SWT tanpa gentar dan gila pujian. Pilihannya jatuh pada dua calon
yang sama-sama tangguh, hingga sulit dipastikan, mana yang lebih layak, Iyas
bin Muawiyah ataukah al Qashim bin Rabi’ah. Khalifah mengamanahkan gubernur
irak, Adi bin Arthah untuk memutuskannya.
Adi mempertemukan Iyas dan al Qashim untuk
membicarakan siapa dari keduanya yang sanggup menjadi qadhi. Tapi keduanya
sama-sama ingin menghindar. Iyas menganggap al Qasim lebih utama, sedangkan al
Qasim memandang bahwa Iyas lebih utama darinya, masing-masing menyebutkan
keutamaan, ilmu dan kefakihan rekannya.
Karena belum ada titik terang, Adi berkata, “Kalian
tidak boleh keluar dari sini sebelum kalian memutuskannya.” Iyas berkata,
“Wahai Amir, Anda bisa menanyakan tentang diriku dan al Qasim kepada dua fuqaha
Irak ternama, yaitu Hasan al Bashri dan Muhammad bin Sirin, keduanyalah yang
paling mampu membedakan antara kami berdua.”
Iyas berpaling kepada Amir dan berkata, “Wahai Amir,
Anda memanggil orang untuk dijadikan hakim. Ibaratnya Anda letakkan ia di tepi
jurang Jahannam, lalu orang itu hendak menyelamatkan dirinya dengan sumpah
palsu, yang dia bisa menebus sumpah itu, dan selamatlah ia dari apa yang
ditakutinya.”
Maka Adi berkata kepada Iyas, “Orang yang
berpandangan seperti dirimu inilah yang layak untuk menjadi hakim.” Lalu
diangkatlah Iyas sebagai qadhi di Bashrah. Subhanallah,
bagaimanakah dengan kondisi Ummat hari ini? Sungguh sangat menyedihkan disaat
para pendahulu kita berusaha menghindar dari jabatan malah kebanyakan manusia
hari ini berebut jatah jabatan dengan menggunakan jalan yang terkadang
melanggar batas-batas yang dibolehkan. Naudzubillah.
(Abu
hafizh Al-Bukhori)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar