Kekuatan Istighfar (Bagian I)
Mengapa Istighfar ?
Manusia yang hidup di dunia ini tidak bisa 
luput dari kesalahan. Dalam bahasa Arab manusia disebut ”An Nas” yang 
berarti makhluq yang pelupa. Berkata Ibnu Abbas: ”Nabi Adam AS lupa 
terhadap janji Allah, maka dinamakan manusia.”( [1] ). Salah satu cara 
menutupi kelupaan dan kesalahan tersebut adalah dengan istighfar 
(meminta ampun kepada Allah SWT). Oleh karenanya, Allah dalam banyak 
ayat memerintahkan kaum muslimin untuk beristighfar dan memohon ampun 
kepada-Nya atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat. Sebagaimana 
yang tersebut dalam hadist qudsi :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( قال الله
 تبارك وتعالى : ” يا عبادي إنكم تخطئون بالليل والنهار ، وأنا أغفر الذنوب
 جميعا فاستغفروني أغفر لكم )
Rasulullah saw bersabda: Allah berfirman: 
”Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kamu membuat kesalahan pada waktu 
malam dan siang, dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya, maka memohon 
ampunlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu." ( [2] )Orang yang merasa tidak pernah berbuat salah adalah orang yang menyalahi fitrah dan menyalahi hukum alam yang telah diletakkan Allah dalam kehidupan ini. Hal ini telah diterangkan oleh Rosulullah saw dalam suatu haditsnya :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( والذي نفسي بيده لو لم تذنبوا لذهب الله بكم ، ولجاء بقوم يذنبون فيستغفرون الله فيغفر لهم )
Rasulullah saw bersabda: ”Demi jiwaku yang 
ada di tangan-Nya, jika kamu tidak pernah berbuat dosa, maka Allah akan 
mematikan kamu dan menggantikannya dengan suatu kaum yang berbuat dosa 
kemudian mereka meminta ampun kepada-Nya, kemudian Allah akan mengampuni
 mereka.” ( [3] )
Maka, sebagai orang yang beriman hendaknya 
kita mengakui bahwa setiap dari kita pasti pernah melakukan kesalahan, 
kemudian selalu memohon ampun kepada Allah swt. Untuk menuju kearah itu,
 tentunya kita harus mengetahui seluk beluk istighfar itu sendiri, apa 
hakekatnya, apa saja keutamaannya, bagaimana cara beristighfar, kapan 
waktunya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan istighfar.
Arti Istighfar
Istighfar berarti meminta ampun kepada 
Allah, dengan harapan agar Allah menutupi dan memaafkan dosa-dosa yang 
pernah dilakukan-nya, serta tidak menghukumnya.( [4] )
Di sana ada pertanyaan: apa perbedaan antara istighfar dengan taubat?
Jawabannya : Istighfar kalau disebut dalam 
Al-Qur’an dan hadist secara sendiri maka berarti taubat juga. Akan 
tetapi kalau istighfar dan taubat disebut bersamaan dalam satu kalimat, 
maka perbedaan antara keduanya adalah bahwa istighfar: meminta ampun 
kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Sedang taubat 
adalah kembali kepada Allah supaya dijauhi dari dosa-dosa atau 
kesalahan-kesalahan yang akan datang. Jadi dosa itu ada dua, yang 
pertama adalah dosa yang telah berlalu, maka obatnya adalah istighfar, 
dan yang kedua adalah dosa yang akan datang, maka obatnya adalah taubat 
supaya tidak terjebak di dalamnya dikemudian hari. ( [5] )
Keutamaan atau kekuatan istighfar
Istighfar mempunyai beberapa faedah dan keutamaan, diantaranya adalah :
Pertama : Istighfar menyebabkan terhapusnya dosa-dosa dan kesalahan.
Rosulullah saw bersabda :
ما من رجل يذنب ذنبا ثم يقوم فيتطهر ثم يصلى 
ثم يستغفر الله إلا غفر له ، ثم قرأ هذه الآية ( وَالَّذِينَ إِذَا 
فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ 
فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ 
وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ )
Rosulullah saw bersabda : ” Tidak ada 
satupun seorang hamba yang berbuat suatu dosa, kemudian berdiri untuk 
mengambil air wudlu, kemudian melakukan sholat dan beristighfar untuk 
meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni dosanya. 
Kemudian Rosulullah saw membaca surat Ali Imran , ayat : 135, yang 
artinya: “ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan 
keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon 
ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni 
dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan 
kejinya itu, sedang mereka mengetahui. “ ( [6] )
Beberapa pelajaran dari hadist di atas :
Pertama: Orang yang bertaqwa bukanlah orang
 yang tidak pernah berbuat dosa sama sekali, akan tetapi orang yang 
bertaqwa sebagaimana yang tersebut dalam surat Ali Imran, ayat 135 
diatas, salah satu sifatnya adalah jika ia melakukan kesalahan segera 
beristighfar, mengakui kesalahannya serta memohon ampunan dari Allah 
swt.
Kedua: Salah satu cara untuk bertaubat dari
 dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah dengan berwudlu, kemudian 
melakukan sholat, boleh dua rakaat atau lebih, kemudian setelah sholat 
beristigfar memohon ampun kepada Allah SWT. Shalat tersebut oleh 
sebagian orang disebut ”Shalat Taubah ”. Kalau kita perhatikan dari 
bunyi hadist di atas, bahwa shalat taubat sangatlah mudah dan ringkas. 
Bacaan-bacaan di dalamnya sebagaimana shalat biasa, dan shalat taubat 
seperti ini adalah sholat taubat yang benar. Adapun sholat taubat yang 
dilakukan oleh sebagian orang dengan melakukan sholat 12 rekaat pada 
malam senin dengan didahului ritual mandi dan shalat witir, kemudian 
diharuskan membaca bacaan-bacaan tertentu didalamnya, adalah sholat 
bid’ah yang tidak mempunyai landasan kecuali hadist maudhu’ dan batil, 
yang tidak boleh diamalkan oleh setiap muslim. ( [7] )
Dosa dan maksiat yang ada dalam diri kita, 
bagaikan penyakit dalam tubuh manusia, dia akan memberatkan tubuh, 
mengganggu gerakannya, memperlambat kecepatannya, memandulkan 
kecakapannya, memusingkan kepalanya, membuat nyeri di perut, membuat 
pegal di badan, membuatnya tidak bernafsu untuk makan, tidak selera 
untuk minum dan tidak enak untuk tidur, tidak bisa konsentrasi dalam 
kerja. Makanya dengan istighfar penyakit dosa dan maksiat itu akan 
dihilangkan dan dihapus oleh Allah swt, sehingga hati ini menjadi lebih 
tenang dan wajah menjadi cerah, semangat menjadi tumbuh kembali, badan 
menjadi segar dan bugar.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( قال الله تبارك وتعالى : يا ابن آدم لو بلغت ذنوبك عنان السماء ثم استغفرتني غفرت لك ولا أبالي )
Rosulullah saw juga bersabda : Allah 
berfirman : ” Wahai anak adam, walaupun dosa kamu mencapai setinggi 
langit , kemudian kamu beristighfar memohon ampun kepada –Ku, maka 
niscaya Aku ampuni kamu, dan Aku tidak peduli. ” ( [8] )
Hadist di atas mengajak kepada siapa saja 
yang telah berbuat dosa dan maksiat walaupun sebanyak apapun juga, untuk
 tidak putus asa dari rahmat Allah…jangan sampai ia menganggap atau 
mengira bahwa Allah tidak akan mengampuni dosanya lagi. Dalam hadist 
qudsi diatas Allah berfirman ” Wala Ubali ” artinya Aku tidak peduli 
berapa banyak dosa-dosa yang pernah kamu kerjakan wahai anak Adam.
Beberapa bulan yang lalu, seseorang 
berkonsultasi kepada saya, dan bertanya apakah Allah mengampuni 
dosa-dosanya selama ini, karena dia telah banyak mabuk-mabukan dan minum
 mimuman keras, bahkan sampai berzina berkali-kali ?
Saya mengira orang yang bertanya demikian 
tidaklah sendiri, banyak dari umat Islam ini yang tidak mengetahui bahwa
 Allah swt Maha Pengampun, mengampuni segala dosa baik yang besar maupun
 yang kecil, kecuali dosa syirik.
Kejadian ini mirip dengan kisah seorang 
penjahat kelas kakap yang pernah membunuh 99 orang secara dhalim, karena
 merasa berdosa orang tersebut mendatangi seseorang yang terkenal dengan
 ahli ibadat, ketika ia bertanya apakah dirinya masih ada kesempatan 
untuk bertaubat ? Ahli ibadat tersebut menjawab : ” Tidak ada ” . Karena
 kecewa dengan jwaban tersebut, akhirnya ahli ibadat tersebut dibunuhnya
 juga, dengan demikian orang yang dibunuhnya lengkap menjadi 100 orang. 
Kemudian dia bertanya kepada seorang alim ( yang mengetahui ilmu syar’I 
), sang alim tersebut menjawab bahwa pintu taubat masih terbuka lebar 
baginya. Kemudian sang alim tersebut menyuruhnya pindah ke daerah yang 
lingkungan baik agar bisa melaksanakan ibadat dengan benar. ( [9] )
Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas :
Pertama : Allah telah menggerakkan hati 
orang yang bermaksiat , sehingga ada keinginan untuk bertaubat, atau 
dengan kata lain : Allah telah memeberikan taufik-Nya kepada orang 
tersebut untuk bertaubat. Tanpa taufik dari Allah, seseorang tidak akan 
mempunyai kemauan, bahkan tidak akan tergerak hatinya sedikitpun untuk 
bertaubat. Dari sini kita ketahui betapa pentingnya taufik dari Allah 
swt, maka hendaknya kita selalu memohon kepada Allah swt agar diberikan 
taufik untuk bisa berbuat baik,memeohon kekuatan untuk bisa menghindari 
hal-hal yang tidak baik , dan dijauhi dari bermaksiat kepada Allah swt.
Kedua: Ahli ibadat yang tidak punya ilmu, 
yang dalam hadist di atas disebut sebagai ” rahib ” ( seorang pendeta ) 
adalah orang yang rentan terjerumus dalam kesesatan dan akan menyesatkan
 orang lain. Ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh para ulama 
tafsir bahwa maksud kalimat ” wala ad-Dhollin ” dalam surat Al Fatihah 
adalah orang-orang Kristen, termasuk di dalamnya para pendetanya yang 
semangat beribadat, akan tetapi tidak mempunyai ilmu, sehingga dicap 
oleh Allah sebagai golongan yang sesat. Oleh karenanya kita diwajibkan 
untuk selalu membaca surat Al Fatihah dalam sholat lima waktu sebanyak 
17 kali, yang di dalamnya terdapat doa memohon kepada Allah agar 
dijauhkan dari jalannya orang-orang kristen yang sesat.
Pendeta di atas dikatakan sesat dan 
menyesatkan, karena dia tidak mengetahui bahwa Allah mengampuni segala 
dosa, kecuali dosa syirik, kemudian dia berfatwa kepada orang yang ingin
 bertaubat bahwa pintu taubat telah tertutup. Akibat kesesatannya itu 
akhirnya dia terbunuh secara tidak terhormat.
Ketiga : Seorang yang alim ( mempunyai ilmu
 syar’i) adalah sosok yang mampu memberikan penerangan dan pencerahan 
kepada manusia karena ilmu yang dimilikinya. Sehingga manusia menemukan 
kebahagiaan hidupnya baik di dunia maupun di akherat.
Keempat : Lingkungan sangat menentukan 
keberhasilan atau kegagalan seseorang. Orang yang membunuh 100 orang 
tadi adalah hanyalah salah satu korban dari lingkungannya sendiri.
Kelima : Pentingnya mencari ilmu syar’i. 
Seorang pembunuh 100 orang bisa menemukan kebahagian hidup karena 
berusaha mencari ilmu syar’I, sehingga dia bertemu dengan seorang alim 
yang menunjukkan padanya jalan yang benar.
Catatan :
Kisah pembunuh 100 orang di atas bukan 
berarti mengajak seseorang berbuat jahat seenaknya sendiri dengan dalih 
Allah akan mengampuni dosa-dosanya jika ia beristighfar. Hal itu 
dikarenakan dua hal :
Pertama : Seseorang yang telah berbuat 
jahat tidak mengetahui apakah dia akan hidup lama sehingga bisa 
beristighfar kepada Allah swt. Bagaimana ketika dia sedang berbuat jahat
 atau sedang bermaksiat kemudian tiba-tiba Allah mencabut nyawanya ? 
Bukankah dia akan merugi karena mati dalam keadaan bermaksiat dan suul 
khotimah.
Kedua : Anggap saja ia bisa hidup lama, 
akan tetapi apakah yakin dia akan bisa sadar dan tergerak untuk 
beristighfar kepada Allah swt ? Sebagaimana yang disebut di atas bahwa 
bertaubat itu adalah taufik dari Allah swt, tanpanya manusia tidak 
mungkin ada keinginan untuk bertaubat.
Kekuatan Kedua: Istighfar menyebabkan seseorang tinggi derajatnya di dunia dan di akherat.
Orang yang selalu istighfar, niscaya Allah 
akan meninggikan derajatnya di dunia dan di akherat. Tinggi derajatnya 
di dunia, karena orang yang selalu beristighfar akan selalu hati-hati 
dalam berbuat, seandainya ia terjatuh ke dalam suatu kesalahan ataupun 
dosa segera ia ingat Allah swt dan memohon ampun kepada-Nya.Orang 
seperti ini akan disenangi dan dihormati oleh masyarakat sehingga secara
 otomatis derajatnya akan menjadi tinggi di mata mereka.
Tinggi derajatnya di akherat, karena Rosulullah saw pernah bersabda :
إن الله عز وجل ليرفع الدرجة للعبد الصالح في الجنة ، فيقول : يا رب أني لى هذه ؟ فيقول : باستغفار ولدك لك
” Sesungguhnya Allah telah mengangkat 
derajat seorang hamba sholeh di syurga. Hamba tersebut bertanya kepada 
Allah : ” Wahai Rabb ! kenapa derajat saya jadi terangkat ? Allah 
berfirman : Itu, karena anakmu memohonkan ampun atas dosa-dosamu . ” ( 
[10] )
Derajat hamba tersebut menjadi tinggi di 
syurga karena anaknya selalu memintakan ampun atas dosa-dosanya , 
bagaimana kalau dia sendiri yang beristighfar dan memohon ampun kepada 
Allah atas segala dosanya, tentunya derajatnya akan naik lebih tinggi.
Hadits di atas, secara tidak langsung 
memerintahkan kepada umat Islam akan selalu mendoakan orang tuanya, 
memohonkan ampun atas dosa-dosanya, baik yang masih hidup maupun yang 
sudah meninggal dunia.
Berkata Ibnu Taimiyah : ” Istighfar bisa 
memindahkan seorang hamba dari perbuatan yang jelek kepada perbuatan 
yang terpuji, memindahkannya dari suatu amalan yang belum sempurna 
menjadi sebuah amalan yang sempurna, dan meninggikan seorang hamba dari 
posisi yang rendah menuju posisi yang lebih tinggi darinya bahkan lebih 
lengkap. ” ( [11] )
Kekuatan ketiga : Istighfar membuat hati menjadi bersih dan bening.
Seorang muslim yang selalu beristighfar dan
 memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang ia perbuat, tidak
 diragukan lagi hatinya akan menjadi bening dan bersih. Bagaimana tidak 
bening, kalau setiap saat ia selalu mengakui kesalahan yang ia lakukan, 
selalu menjaga dirinya agar tidak terpelosok dalam hal-hal yang akan 
mengotori hatinya. Orang yang hatinya bening biasanya tidak pendendam 
dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Dalam hal ini Rosulullah saw 
bersabda :
إن العبد إذا أخطأ خطيئة تكتت في قلبه نكتة 
سوداء ، فإذا هو نزع واستغفر وتاب سقل قلبه ، وإن عاد وزيد فيها حتى تعلو 
قلبه ، وهو الران الذي ذكر الله (كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم مَّا 
كَانُوا يَكْسِبُونَ)
”Sesungguhnya seorang hamba jika ia 
melakukan kesalahan, maka akan tercemari hatinya dengan satu bercak 
hitam. Jika ia menghentikan kesalahannya dan beristighfar (memohon 
ampun) serta bertaubat, maka hatinya menjadi bersih lagi. Jika ia 
melakukan kesalahan lagi, dan menambahnya maka hatinya lama-kelamaan 
akan menjadi hitam pekat. Inilah maksud dari ”al-Raan” (penutup hati) 
yang disebut Allah dalam firman-Nya: ”Sekali-kali tidak (demikian), 
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.(Qs 
Al Muthoffifin : 14 ) ” ( [12] )
Beberapa pelajaran dari hadist di atas :
Pertama: Seorang manusia pasti tidak pernah luput dari kesalahan.
Kedua: Kesalahan yang dilakukan manusia 
akan membekaskan warna hitam pada hatinya. Dan bekas itu tidak akan 
hilang kecuali kalau dia beristighfar kepada Allah swt. Oleh karenanya, 
kita tidak boleh meremehkan dosa walaupun kelihatan kecil. Karena yang 
kecil ini lama-kelamaan akan menjadi besar. Para ulama mengatakan :
لا تحقرن صغيرة إن الجبال من الحصي
”Janganlah engkau meremehkan dosa kecil …. Sesungguhnya gunung itu merupakan kumpulan dari kerikil.”
Pernyataan ini dikuatkan dengan suatu hadist bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
إياكم ومحقرات الذنوب فإنهن يجمعن على الرجل حتى يهلكنه
”Janganlah engkau meremehkan dosa, karena 
dosa-dosa itu kalau terkumpul pada diri seseorang, niscaya akan 
mencelakakannya.” ( [13] )
Ketiga: Salah satu sifat orang yang 
bertaqwa adalah jika ia melakukan dosa ataupun kesalahan baik yang kecil
 maupun yang besar, dia akan segera ingat kepada Allah dan memohon ampun
 atas dosa-dosa dan kesalahan yang diperbuatnya, sebagaimana yang pernah
 diterangkan di atas.
Keempat: Orang-orang yang sering meremehkan
 dosa-dosa kecil, apalagi yang besar dan tidak mau beristighfar, hatinya
 akan menjadi hitam dan keras, bahkan lebih keras dari batu. Sulit 
baginya untuk menerima nasehat dan peringatan. Hatinya tidak bergetar 
sedikitpun ketika dibacakan ayat-ayat Allah, tidak pernah menangis 
karena takut akan dosa-dosanya, dan tidak takut dengan adzab Allah. 
Orang seperti ini tidak pernah merasakan nikmatnya keimanan, tidak 
pernah merasakan lezatnya bermunajat dengan Allah swt, bersimpuh di 
depan-Nya mengharap rahmat-NYa dan takut dengan adzab dan siksaan-Nya. 
Orang seperti ini akan merasa berat jika diajak untuk melakukan ibadat, 
hidupnya tidak pernah tenang dan tentram, karena tidak pernah mengingat 
Allah swt, padahal Allah berfirman :
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
” (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
 mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan 
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” ( [14] )
Kekuatan Keempat : Istighfar menyebabkan turunnya rahmat dan kasih sayang dari Allah swt.
Kalau seorang anak yang berbuat salah dan 
melanggar perintah orang tuanya, kemudian tiba-tiba anak itu datang 
kepada orang tuanya seraya mengakui dosa dan kesalahan yang telah ia 
perbuat, serta memintanya maaf, maka biasanya orang tua yang baik dan 
perhatian terhadap perkembangan anak, dia akan memaafkan kesalahan yang 
diperbuat anaknya, bahkan dia semakin sayang kepadanya, karena ia 
berbuat jujur dan mau meminta maaf. Contoh ini hanyalah untuk 
memperjelas masalah sesungguhnya - dan Allah memiliki permitsalan yang 
lebih tinggi dan mulia- yaitu jika seorang hamba yang telah berbuat dosa
 dan melakukan kesalahan, kemudian secara sadar dia ingin bertaubat dan 
mengakui segala dosa-dosanya sambil bersimpuh di hadapan Allah swt 
seraya beristighfar memohon ampun atas segala kekhilafan dan dosa yang 
telah diperbuatnya, niscaya Allah akan mengampuninya, serta memberikan 
rahmat dan kasih sayang-NYa kepada hamba tersebut. Dalam hal ini Allah 
berfirman :
قَالَ يَا قَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dia berkata: “Hai kaumku mengapa kamu minta
 disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu 
meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” ( [15] )
Ayat di atas menerangkan bagaimana Nabi 
Shaleh melarang kaumnya untuk berdoa memohon disegerakan adzab, 
sebaliknya Nabi Shaleh menganjurkan mereka untuk selalu beristighfar 
memohon ampun kepada Allah atas segala dosa, agar rahmat Allah turun 
kepada mereka.
Orang-orang yang hidupnya susah, ataupun 
yang mempunyai banyak problematika yang tidak kunjung selesai, ataupun 
punya cita-cita yang belum kesampaian, atau takut terhadap sesuatu yang 
akan menimpanya, atau terhadap sesuatu yang mengancam dirinya, hendaknya
 mereka selalu beristighfar kepada Allah SWT, dengan harapan Allah akan 
memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya dan memudahkan segala urusan 
serta dijauhi dari segala marabahaya. Itu semua masuk dalam katagori 
rahmat dan kasih sayang Allah SWT. (bersambung).
Kairo, 11 Juli 2007
Dari Situs DR. Ahmad Zain An Najah, MA
* Makalah ini disampaikan dalam pengajian rutin di Radio Qomunity , Kairo, pada tanggal 14 Juli 2007 M
)[1]) Al Qurtubi, Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, ( Beirut, Dar Al Kutub Al Ilmiyah, 1996 ) juz I, hal : 135
)[2]) Hadist Shohih riwayat Muslim, no : 2577
)[3]) Hadist Shohih riwayat Muslim, no : 2749
)[4]) Ibnu Qayyim, Madarik Salikin : Juz I , hal . 20
)[5]) Ibid , hal .307
)[6]) Hadist Hasan Riwayat Tirmidzi no : 3009, Abu Daud, no ; 1521
)[7]) Lihat secara lebih lengkap tentang 
sholat bid’ah yang dasarnya hadist batil ini dalam : Abu Umar Abdullah 
bin Muhammad al Hamadi. Al Asinah Al Musyri’ah fi at Tahdzir mi as 
Sholwat Al Mubtada’h,( As Syariqah, Maktabah As Shohabah, 2002 ) , hal :
 169-170.
)[8]) Hadist Shohih Riwayat Tirmidi no : 2540 dan Ahmad : 5/ 172
)[9]) Hadist Shohih Riwayat Muslim
)[10]) Hadist Hasan Riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya ( 3/509 )
)[11]) Ibnu Taimiyah, Risalah Istighfar, ( Manshurah, Dar Al Dakwah, 2006 ) hal : 72
)[12]) Hadist Hasan riwayat Tirmidzi ( no : 3334 ) dan Imam Ahmad dalam Musnadnya ( 2/ 297 )
)[13]) Hadist riwayat Ibnu Majah dan Ahmad
)[14]) Qs Ar Ra’du , ayat : 28
)[15]) Qs An Naml, ayat : 46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar