JANGAN TINGGALKAN GELANGGANG
Dominasi
barat menggenggam dan mengarahkan dunia telah berlangsung lama,
setidaknya sejak berakhirnya perang dunia ke-II. Berbeda dengan
penguasaan bangsa atas bangsa pada periode sebelumnya, dominasi kali
ini didukung oleh teknologi tinggi yang mampu mengeksploitasi dan
menguras sumber daya alam negara yang dikuasai.
Pada
era ini banyak negara dikuasai negara lain bukan dengan represi
militer, penguasaan dengan kekuatan kapital (investasi modal) telah
menjadi alat efektif. Bahkan tak jarang kekuatan keamanan domestik
menjadi 'herder' kepentingan ekonomi asing lantaran menikmati
'cipratan' keuntungan dari aktivitas menguras sumber daya domestik itu.
Kebangkitan Islam dalam Kacamata Barat
Masyarakat
barat yang telah tersekulerkan sempurna, menikmati kemakmuran setelah
berhasil mengeruk kekayaan alam dunia ketiga yang kaya sumber alam
tetapi tidak menguasai teknologi. Posisi terakhir dunia ketiga adalah
sebagai penyedia sumber daya alam yang dieksploitasi
perusahaan-perusahaan raksasa barat, kemudian menjadi pasar eksotis
produk-produk fabrikasi mereka yang padat modal dan efisiensi tinggi.
Meski
sekularisme sendiri merupakan satu ideologi, tetapi masyarakat barat
pada umumnya tidak terlalu memikirkan substansi ideologi sekular
sebagai sebuah gagasan yang mendasari pola berpikir dan berperilaku.
Mereka cenderung pragmatis demi dan dalam mengejar kenyamanan hidup
daripada memikirkan gagasan, apakah itu sekularisme atau ideologi yang
lain.
Karena itu mereka kaget dan heran ketika dikejutkan oleh beberapa serangan yang menimpa simbol-simbol peradaban mereka ; serangan terhadap menara kembar WTC, serangan London, jaringan komputer di Spanyol dll. Setelah tersadar dan tahu bahwa yang menyerang mereka adalah sekelompok manusia yang memperjuangkan suatu tatanan hidup yang didasari keyakinan tertentu (mereka mengenalnya sebagai ideologi), masyarakat barat heran. Jika dibahasakan barangkali, "hari gini kok masih ada orang memperjuangkan ideologi!"
Andrej Zwitter dalam The Anatomy of Ideology : An Analysis of the Structure of Ideology and the Mobilisation of Terrorists
menyebutnya sebagai fenomena 'anacronistic' yang diartikan sebagai
penempatan sesuatu pada waktu yang salah. Masyarakat barat menganggap
sebagai sebuah paradoks, pada saat neo Stalinisme atau Christian Evangelism telah berguguran kehilangan perannya, ada ideologi baru fundamentalisme Islam yang hendak muncul menggantikan perannya.
Lebih
terkejut lagi ternyata ideologi (baca : keyakinan) kelompok
fundamentalis Islam itu menyediakan semua yang mereka perlukan untuk
mewujudkan cita-citanya. Kodifikasi Ideologi itu menyediakan motivasi
yang terus memberikan dorongan mereka untuk melakukan tindakan dan
memberinya janji kemenangan dan kebahagiaan hidup sesudah mati.
Menyediakan pembenaran tindakan yang diambil, baik untuk menggali dan
mendapatkan dukungan dari komunitas umat Islam yang memiliki empati dan
solidaritas. Atau pembenaran untuk menyerang pihak kedua yang dianggap
menghalangi upaya untuk merealisasikan ideologinya.
Kelompok ini memiliki frame work (kerangka
kerja) yang memungkinkan untuk membaca realitas, merumuskan tindakan
yang sesuai dengan kenyataan yang dihadapi dan membangun organisasi
yang sesuai dengan tindakan yang diambil. Kelompok dengan ideologi
seperti ini, dalam tubuh umat Islam sekarang dipersonifikasikan oleh
Al-Qaidah dan Jama'ah Islamiyah (JI).
Kekhususan
itu yang menyebabkan organisasi dan pemikiran Al-Qaidah dan JI dianggap
sebagai bahaya besar dan permanen bagi barat saat ini. Para intelektual
barat fokus pada kajian tentang ideologi kedua komunitas itu ;
data-data dan analisis tentang kedua kelompok tersebut terus dikompliti
dan dikembangkan untuk melakukan prediksi dan memberi rekomendasi.
Sasaran Kebangkitan Islam
Pemurnian
Islam dari pengaruh barat, pelaksanaan syari'at Islam dan penegakan
kekhilafahan serta pembebasan tempat suci umat Islam merupakan tujuan
pertama gerakan fundamentalisme Islam. Sedangkan penegakan jihad untuk
perubahan seluruh dunia menjadi Islam, adalah tujuan kedua.
Jadi,
persoalan yang menjadikan barat memusuhi Islam itu jelas. Tujuan yang
digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya untuk dilaksanakan. Tak ada
argumentasi yang lebih jelas untuk mengembalikan kemuliaan Islam dan
umat Islam melebihi 3 (tiga) persoalan mendasar tersebut ; penegakan syari'at Islam, pendirian khilafah dan pembebasan tempat suci umat Islam.
Jadi
mereka tidak dimusuhi barat karena melaksanakan sholat, atau rajin
bershodaqoh, melaksanakan puasa atau setiap tahun berangkat haji.
Mereka dimusuhi barat lantaran sholat mereka mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar serta memotivasi mereka untuk mencegah orang lain
berbuat keji dan mungkar. Ini membahayakan industri kemaksiyatan barat
dan mengganggu kesenangan dan gaya hidup mereka. Bukan karena rajin
shodaqoh, tetapi karena shodaqoh mereka diperuntukkan bagi mendanai
kelompok-kelompok yang ingin menegakkan Islam dan berjihad memerangi
barat. Bukan karena puasa romadlon semata, tetapi karena puasa mereka
membuahkan empati dan solidaritas kepada masyarakat Islam yang
di-invasi barat kristen dan zionis. Rajin haji juga bukan sebab mereka
diperangi, tetapi ketika hajinya menjadikan mereka membangun komunikasi
dunia Islam dan membangkitkan solidaritas untuk tiga tujuan pokok
pertama tadi maka mereka menjadi sasaran dimusuhi.
Pengingkaran Pemimpin Umat Atas Realitas
Kenyataan
ini bukan sesuatu yang tersembunyi. Di alam keterbukaan informasi
sekarang, berita keadaan umat Islam yang menjadi obyek penderita
kebiadaban koalisi kekuatan kufur dunia di negerinya sendiri,
perampasan sumber-sumber alam dan pemasungan hak kebebasan untuk
menjalankan agamanya, merupakan perkara yang dengan mudah diperoleh.
Hanya dengan mengakses internet semua didapat, informasi dari umat
Islam sendiri maupun dari musuhnya.
Bahkan
institusi-institusi yang dijadikan alat untuk menghadapi umat Islam
sendiri (lembaga-lembaga anti teror) secara eksplisit mengakui hal itu.
Rand Corporation, International Crisis Group (ICG), International Centre for Political Violence and Terrorism Research, the Institute of Defense and Strategic in Singapore,
BNPT dan lain-lain, mengakui bahwa sumber penyebab perlawanan umat
Islam adalah penuntutan hak yang dirampas, ketidakadilan dan
ketimpangan tatanan akibat berkuasanya barat, tanpa kecuali. Bukan
kejahatan umat Islam terhadap barat.
Meskipun
begitu, tetap saja ada pemimpin umat Islam yang perkataan, sikap dan
tindakannya diikuti banyak orang, lebih suka menjadi pelayan barat,
membenarkan dan membela musuh-musuh Islam seraya menutup mata terhadap
kejahatan barat terhadap Islam dan umat Islam. Jika aparat keamanan
bertindak sebagai pemukul dan alat represi secara fisik, kelompok umat
yang ini menjadi satuan penggembos ideologi perlawanan Islam dengan
mengeksploitasi wajah kelembutan Islam secara tidak proporsional untuk
mengabdi kepentingan barat, dengan menyembunyikan wajah ketegaran Islam
menghadap kedhaliman, ketidakadilan dan perampasan.
Persoalan Keberpihakan
Bagi
umat Islam kebanyakan yang mayoritas berada dalam ketidaktahuan,
persoalannya karena taqlid dan meletakkan kepercayaan kepada pemimpin
yang salah. Tetapi bagi para pemimpin, persoalannya adalah
keberpihakan. Ini adalah pilihan bebas sebagai orang merdeka yang
mengetahui akibat dari pilihan yang diambil; dunia maupun akherat. Jika
mereka memilih untuk berpihak kepada para abna' ash-shohwah al-Islamiyah
maka di dunia dia akan tercatat dengan tinta emas bahkan sekian waktu
setelah ketiadaannya dan di akherat akan menuai buah pilihan
kebaikannya.
Tetapi jika memilih untuk menjadi pelayan barat, mereka tidak mungkin dapat menghentikan kehendak kauniyah Allah untuk memenangkan dien-Nya. Mereka memilih untuk mendapatkan ismu adz-dzamm (celaan), ghodlob (kemurkaan) dan neraka Allah sambil mencampakkan ismu al-mad-hu (pujian), keridloan dan jannah-Nya. Duhai, famaa ashbarohum 'alan-nar? (betapa sabarnya mereka menghadang neraka).
Apa yang Harus Dilakukan oleh Para Da'i?
Abna' ash-shohwah al-Islamiyah dimusuhi
karena ajakan dan seruannya untuk meng-implementasikan syari'at Islam,
menegakkan kekhilafahan dan melawan perampasan tanah suci umat Islam,
serta menyerukan kemuliaan Islam. Ini berarti jelaslah agenda umat
Islam baik tashowwur maupun misinya secara berjenjang. Sebagaimana jelas pula agenda barat untuk menghalangi Islam dan kemajuan umatnya.
Jika
masih tersisa simpati dan keberpihakan, maka pilihan yang berpijak
kepada argumentasi syari'at, ber-visi kedepan meraih pujian, keridloan
dan jannah-Nya hanya berpihak kepada abna' ash-shohwah al-Islamiyah dengan segala konsekuensi dunianya. Serulah umat untuk komitment kepada dien dan syari'at-Nya, ajak umat untuk memberikan dukungan kepada mereka yang memiliki komitment untuk menegakkan dien Allah dan syari'at-Nya dengan bertawakkal kepada-Nya.
Jika
dengan ajakan itu para du'at harus mengalami bermacam tekanan,
pemboikotan, pengusiran, pemenjaraan bahkan menghadapi pembunuhan, maka
hal itu merupakan ujian bagi mereka di jalan-Nya, alamat keridloan
masih berpihak kepada dirinya. Dan itu harganya, tak boleh ditawar.
Ini garis tsugur yang mesti dijaga oleh setiap da'i muslim. Ibnu al-Qoyyim menempatkannya pada martabat ke-5 dan 6 dari 13 maratib al-jihad ; daf'u asy-syubuhat wa daf'u asy-syahawat.
Jika garis ini ditinggalkan oleh penjaganya, pasti musuh akan menerobos
masuk mengobrak-abrik pertahanan umat Islam melalui pos penjagaan yang
kosong tersebut, wal'iyadzu bilLah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar