Kamis, 19 Juli 2012

Bukan ROkib Bukan Atid

BUKAN RAQIB BUKAN ATID




وَنُؤْمِنُ بِالْكِرَامِ الْكَاتِبِيْنَ فَإِنَّ اللهَ قَدْ جَعَلَهُمْ عَلَيْنَا حَافِظِيْنَ
(84) Kami beriman kepada para (malaikat) mulia pencatat amal. Sesungguhnya Allah menjadikan mereka sebagai penjaga kita.
Lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi Allah sudah mengetahui dan mencatat dalam Lauh Mahfuzh: berapa banyak manusia yang akan dilahirkan dan hidup di muka bumi. Allah juga mengetahui siapa saja di antara mereka yang kelak menjadi penghuni surga dan siapa yang menjadi penghuni neraka. Allah mengetahui semua perbuatan mereka—yang baik dan yang buruk—sebelum mereka mengerjakannya, bahwa mereka akan mengerjakannya.
Dengan hikmah-Nya yang hanya diketahui oleh-Nya, Allah menciptakan malaikat dari cahaya dan memerintahkan mereka untuk mengerjakan berbagai tugas khusus. Ada yang menyampaikan wahyu, ada yang mengatur rezki, ada yang mencabut nyawa, ada yang menjaga surga, ada yang menjaga neraka dan lain sebagainya. Para malaikat ini diciptakan oleh Allah dengan tabiat: melaksanakan semua yang diperintahkan-Nya dan sama sekali tidak bermaksiat kepada-Nya.
Pencatat Amal dan Penjaga Manusia
Di antara malaikat yang diciptakan oleh Allah adalah para malaikat pencatat amal yang disebut dalam al-Qur`an sebagai al-Kiram al-Katibin (yang mulia yang mencatat). Mereka disifati oleh Allah dengan sifat raqib (yang awas) dan ‘atid (yang selalu hadir). Jadi, bukannya nama mereka Raqib dan ‘Atid. Al-Qur`an tidak memberitahukan nama mereka. Rasulullah saw pun tidak memberitahukannya. Dalam hal ini, kewajiban kita adalah mengimani keberadaan mereka sebatas yang dikabarkan di dalam al-Qur`an dan hadits-hadits yang shahih. Jika ada yang mengklaim bahwa dua nama itu adalah nama mereka, ia harus mendatangkan dalil dari al-Qur`an atau hadits yang shahih.
Setiap orang dibersamai oleh empat malaikat. Di sebelah kanan, pencatat amal kebaikan; di sebelah diri pencatat amal keburukan; dan di depan dan di belakang penjaga. Dua malaikat penjaga dan dua malaikat pencatat amal. Ibnu ‘Abbas berkata, “Para malaikat ini menjaga seseorang atas perintah Allah dari sesuatu yang ada di hadapannya. Jika takdir Allah datang, mereka pun menyingkir.”
Mujahid berkata, “Setiap hamba dijaga oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk menjaganya pada waktu tidur maupun terjaga dari gangguan manusia, jin, dan binatang buas. Setiap ada sesuatu yang datang kepada si hamba, malaikat akan berseru, ‘Pergilah kamu.’ Hanya, jika sesuatu sudah dikehendaki oleh Allah, maka hal itu akan terjadi.”
Para malaikat pencatat amal ini mencatat perkataan dan perbuatan, termasuk niat. Niat adalah amal hati. Para malaikat mengetahui semua yang dilakukan oleh seorang hamba. Allah berfirman, “Mereka mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (al-Infithar: 12)
Hal ini diperkuat dengan hadits qudsi yang berbunyi,
إِذَا هَمَّ عَبْدِيْ بِسَيِّئَةٍ فَلاَ تَكْتُبُوْهَا عَلَيْهِ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا عَلَيْهِ سَيِّئَةً، وَإِذَا هَمَّ عَبْدِيْ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوْهَا لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا عَشْراً
“Jika hamba-Ku berhasrat untuk melakukan suatu keburukan, janganlah kalian menulisnya. Jika ia melakukannya, kalian tulislah satu keburukan atasnya. Jika hamba-Ku berhasrat untuk melakukan kebaikan namun tidak melakukannya, tulislah satu kebaikan baginya. Jika dia melakukannya, tulislah sepuluh kebaikan (untuknya).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dalil dari al-Qur`an
Di antara ayat-ayat yang menyebut tentang malaikat pencatat amal adalah:
“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 80)
“Padahal sesungguhnya ada (malaikat-malaikat) yang menjaga kalian. Yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Infithar: 10-12)
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (Ar-Ra’ad: 11)
“(Yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 17-18)
Tentang ayat di atas, Mujahid berkata, “Ada beberapa malaikat bersama setiap orang. Malaikat yang berada di kanannya yang mencatat kebaikan, dan malaikat yang ada di kirinya yang mencatat keburukan.”
Ibnu Juraij berkata, “Jika seorang hamba duduk, maka salah satu dari malaikat tersebut berada di sebelah kanannya, dan yang lainnya di sebelah kiri. Jika hamba tersebut berjalan, maka salah satu malaikat berada di depannya, yang lain di belakangnya. Jika hamba tersebut tidur, maka salah satu malaikat di atas kepalanya, dan yang lainnya di kakinya.”
Dalil dari al-Hadits
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurayrah ra bahwa Nabi saw bersabda,
يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ

“Malaikat malam dan siang bergiliran terhadap kalian. Mereka bertemu saat shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar. Maka para malaikat yang membersamai kalian di malam hari naik menghadap Allah. Allah menanyai mereka—padahal Allah Mahatahu tentang mereka, ‘Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku saat kalian meninggalkan mereka?’ Mereka menjawab, ‘Kami mendatangi mereka saat mereka mengerjakan shalat, dan kami meninggalkan mereka pun saat mereka mengerjakannya.’.”
Mengenai hadits ini, Ibnu Abdul Barr berkata, “Yang dimaksud dengan ta’aqub adalah pergantian antara seseorang, atau sekelompok dengan kelompok lainnya, sebagaimana tentara yang yang diutus oleh pemimpin diizinkan untuk pulang setelah datang kelompok tentara lainnya yang menggantikan posisinya.”
Sedangkan mengenai malaikat yang turun dan naik bergantian tersebut, para ulama berbeda pendapat, apakah itu malaikat penjaga atau bukan. Pendapat yang mengatakan bahwa mereka adalah malaikat penjaga dikutip dari al-Qadhi ‘Iyadh dan jumhur ulama. Sedangkan al-Qurthubi berkata, “Yang lebih kuat menurutku adalah mereka bukan malaikat penjaga.”
Imam Muslim dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنْ الْجِنِّ قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِيَّايَ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
“Setiap orang dari kalian telah dibagi qarinnya dari kalangan jin dan qarinnya dari kalangan malaikat.” Para sahabat bertanya, “Termasuk dirimu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawa, “Termasuk diriku. Hanya, Allah telah membantuku untuk menundukkannya sehingga dia pun tunduk (kepadaku) dan tidak memerintahkanku kecuali kepada kebaikan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ رَبِّ ذَاكَ عَبْدُكَ يُرِيدُ أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً وَهُوَ أَبْصَرُ بِهِ فَقَالَ ارْقُبُوهُ فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِمِثْلِهَا وَإِنْ تَرَكَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً إِنَّمَا تَرَكَهَا مِنْ جَرَّايَ
“Malaikat berkata, ‘Duhai Rabb-ku, itu ada hamba-Mu yang ingin berbuat maksiat. Allah Mahatahu akan hal itu. Allah berfirman, “Awasilah dia! Jika dia melakukannya, tulislah apa adanya. Namun jika dia meninggalkannya, tulislah satu kebaikan untuknya. Sesungguhnya ia meninggalkannya karena takut kepada-Ku.” (HR. Ahmad)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dan beliau nyatakan sebagai hadits dha’if, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Hindarilah bertelanjang bulat! Sesungguhnya bersama kalian ada (malaikat) yang tidak pernah meninggalkan kalian kecuali pada waktu buang air besar dan berjimak. Maka, malulah kepada mereka dan muliakanlah mereka.”
Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar