Kamis, 07 Juni 2012

Permata Indah


PERMATA INDAH ANUGERAH ALLAH
 Abu Hafizh Al Bukhari


Anugerah terindah yang dinanti setiap pasangan suami istri adalah lahirnya seorang anak. Anak, memang suatu cahaya yang dapat menghidupkan kembali prahara rumah tangga yang kian meredup, bahtera yang pudar dengan keceriaan dapat bergairah kembali dengan lahirnya seorang anak. Itulah kebahagiaan yang dialirkan Allah lewat seorang makhluk bernama anak.

Anak adalah amanah Allah bagi kedua orang tuanya. Hatinya masih suci ibarat selembar kertas putih yang belum tersentuh goresan pena kehidupan, mutiara suci yang masih polos dan belum terwarna. Kertas putih itu, siap di isi dengan berbagai seni tinta dan ukiran, sehingga apapun yang nantinya tergores tergantung kepada siapa dan apa yang mempengaruhinya. Ketika kebiasaan berkarakter baik senantiasa disuguhkan dan ditampilkan dalam keseharian, insya Allah ia akan tumbuh menjadi sosok yang utuh serta tangguh berbalut keimananan dan  akhlaq yang mulia. Hasilnya kebahagiaan dunia dan akhiratlah yang didapat bagi orang-orang yang mendampinginya. Tetapi manakala tayangan buruk kerap kali dipertontonkan dan disuguhkan dihadapan anak layaknya makanan harian, yakin dan tunggulah kesedihan dan penyesalan yang tiada berkesudahan bagi kedua orang tuanya.


Baitii Jannatii.  “Rumahku adalah Syurgaku.  Sebuah ungkapan indah tentang keberadaan surga yang hadir dirumah-rumah. Tutur kata lembut, senyuman, kasih sayang, saling menghargai  yang senantiasa bertabur disetiap tempat dan waktu di seisi rumah menjadikan para penghuninya betah berlama-lama didalamnya. Tetapi ketika suana rumah penuh dengan kedengkian, hujatan, hardikan dan segudang keburukan lainnya, bait indah diatas akan berubah menjadi  “Baitii Naarii”  Rumahku adalah nerakaku. Yah ... Rumah adalah junnah (perisai) bagi  jiwa – jiwa  yang terlahir suci dan fitri. Benteng kokoh yang mampu mengayomi dan melindungi dari serangan musuh yang menyerang, sehingga keberadaan dan keberlangsungannya harus terus dirawat disetiap masa. Sebab bila tidak, musuh akan masuk dan merusak segala hal yang dilindungi didalamnya. Orang tua serta elemen penting yng terkaitlah sebagai penjaganya. Penjaga pijar perjuangan masa depan yaitu anak-anak kita.

Rekaman awal yang akan menjadi memori abadi diotak Neocortex nya adalah hal-hal yang ia alami dirumah dan lingkungannya. Sensor perekamnya begitu sensitif dan mampu merekam dengan cepat dan jelas kejadian – kejadian yang menyapanya. Karena ketika itu, jiwa mereka bersih dan potensi mereka begitu kuat dan jernih. Maka lingkungan pertamanyalah yang akan menjadi  sekolah awal bagi jiwanya. Dan rumah serta kedua orang tua adalah lingkungan pertamanya. Guru pertama yang akan mendampingi menjalani hari-harinya. Mengenai hal ini jauh-jauh hari rasulullah Saw pernah bersabda

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi  {HR. Bukhori 1835}

Inilah Golden Age. Masa-masa gemilang dari kehidupan sang anak yang tak boleh tersia-siakan. Oleh karena itu, pendidikan yang terbaik adalah hak anak yang harus diterimanya sekaligus kewajiban bagi orang tuanya.

Kepada siapa kita serahkan mereka?

Pendidikan bukanlah pemberian cuma-cuma yang turun dari langit. Tetapi pola yang mesti diusahakan dengan strategi jitu dan ikhtiar yang optimal agar diperoleh hasil yang terbaik. Ditangan orang tualah segala sesuatunya bermula. Karena itu, orang tua mesti sadar ternyata bukan hanya sekedar memperbanyak anak karena Uppss (mohon maaf) kambingpun juga banyak melahirkan anak. Tetapi banyak anak yang disertai dengan kualitas pendidikan terbaik yang nantinya dibanggakan oleh sang nabi.

Sungguh besar kecintaan Allah terhadap hamba-hambaNya sehingga 14 abad yang lalu Allah mengirimkan surat cintaNya kepada kita dalam surah At Tahrim ayat 6 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Subhanallah ayat yang menggetarkan jiwa. Ayat yang memperingatkan setiap diri agar berhati-hati dalam meniti hidup menuju ke kehidupan abadi. Ayat yang memerintahkan orang mukmin untuk menjaga hak diri dan keluarganya dari panasnya api neraka yang tiada pernah padam dengan para penjaganya yang tiada sedikitpun berlemah lembut kepada para penghuninya. Sehingga diharapkan setiap mukmin memperhatikan pola kehidupan yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk diri dan keluarga.

Berkenaan dengan ayat ini Ali bin Abi Thalib ra. telah berkata “Yakni ajarilah dirimu dan keluargamu nilai-nilai kebaikan”. Oleh karena itu, ikhwah fillah ... sesungguhnya diri,keluarga serta anak adalah amanah Allah. Dan pasti setiap amanah akan dimintai tanggung jawab. Sebagaimana Rasulullah bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ فَسَمِعْتُ هَؤُلَاءِ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْسِبُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالرَّجُلُ فِي مَالِ أَبِيهِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala Negara) adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas orang yang dipimpinnya. Seorang isteri di dalam rumah tangga suaminya adalah pemimpin dia akan diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya. Seorang pembantu dalam urusan harta tuannya adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Dia berkata; "Aku mendengar semuanya ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku menduga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda: "Dan seseorang dalam urusan harta ayahnya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Maka setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya ". (HR. Muttafaqun Alaih)

Tiada pernah tertukar setiap pertanggungjawaban dihadapan Allah karena masing-masing akan ditanya tentang apa yang telah diperbuat di dunia sebagaimana firman allah dalam surah 

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً ﴿٣٦﴾
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.( Al Isra’ : 36)

Ketika kita sadar akan besarnya amanah yang kita pikul dan bersungguh-sungguh dengan segenap daya dan upaya untuk menunaikan haknya, Insya allah, allah akan berikan balasan yang setimpal dengan hasil karya yang kita lakukan. Al Jaza’u min jinsil amal.  Balasan sesuai dengan jenis amalnya. Yaitu dengan balasan surga Firdaus dan akan kekal di dalamnya. Sebagaimana yang digambarkan Allah dalam :

أُوْلَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ ﴿١٠﴾ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿١١﴾

Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya`ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al mukminun : 10-11)

Allahu Akbar. Semoga kita menjadi pewaris dari Firdaus yang indah dan mulia. Tetapi perlu di ingat dan di sadari, ternyata menuju puncak kesuksesan akan senantiasa melalui jalan panjang dan penuh rintangan. Jalan para pemenang dan pejuang sejati dengan komitmen kuat untuk menapaki  setiap onak dan duri. Walau apapun menyapa langkah kaki. Walau badai menghadang dan ombak menerjang tidak sedikitpun bergeming dan bergeser dari perjuangan. Karena pada hakikatnya kita semua tidak akan berurusan dengan badai dan ombak tetapi kita hanya akan berurusan dengan yang menciptakan keduanya. Inilah yang digambarkan Allah dalam QS. Al Ankabut : 2-3. Karena sesungguhnya ujian dan cobaan akan terus digulirkan guna menyeleksi siapa yang benar dalam komitmennya dan siapa yang berdusta.

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣﴾

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al Ankabut : 2-3)

Ujian dan rintangan akan muncul silih berganti. Rasa letih dan bosan kadang datang bertubi-tubi. Sementara ketika kita tidak punya persiapan yang matang, disinilah  setan memanfaatkan peluang untuk masuk menusuk jantung pertahanan kita yang kian melemah. Dengan berbagai makar yang telah didisain secanggih mungkin. Patah semangat, mudah menyerah, berputus asa dan seabrek sifat mazmumah lainnya akan muncul sebagai buah dari serangan setan. Ditambah lagi tabiat manusia yang suka berkeluh kesah. Sebagaimana difirmankan Allah : 

إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً ﴿١٩﴾
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (QS. Al Ma’arij : 19)

Inilah salah satu sifat perusak cita seluruh anak Adam. Ketika tidak dicegah dan diarahkan niscaya pupuslah harapan yang ingin dicapainya. Ingat, keluh kesah hanya membawa kepada kerugian. Sebab, tiada pekerjaan seringan apapun itu, niscaya akan menjadi berat jika dibarengi dengan sifat keluh kesah, yang biasanya sifat ini akan berketurunan kepada sifat marah dan tidak ikhlash terhadap hal yang ia dapati. Nah kalau sudah demikian, kronis sudah keadaan yang dihadapi. Bila tidak segera disadari dan diperbaiki maka penderitaanlah yang akan diperoleh di dunia terlebih diakhirat kelak. Naudzubillah.

Namun lawan dari semua itu, ketika setiap amanah dan tanggung jawab diselesaikan dengan jiwa yang lapang, pikiran yang tenang, sedikit keluh kesah dan penuh keikhlasan. Insya Allah apapun usaha yang dilakukan akan membawa kepada kebaikan di dunia dan akhirat kelak. Termasuk amanah menjaga anak. Karena ia adalah asset yang akan terus mengalirkan kebaikan bagi orang tuanya ketika anak tersebut menjadi anak yang shaleh.
Semoga kita bisa. J Aamiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar