PERMATA INDAH
ANUGERAH ALLAH
Abu Hafizh Al Bukhari
Anugerah terindah yang dinanti
setiap pasangan suami istri adalah lahirnya seorang anak. Anak, memang suatu
cahaya yang dapat menghidupkan kembali prahara rumah tangga yang kian meredup,
bahtera yang pudar dengan keceriaan dapat bergairah kembali dengan lahirnya
seorang anak. Itulah kebahagiaan yang dialirkan Allah lewat seorang makhluk
bernama anak.
Anak adalah amanah Allah bagi
kedua orang tuanya. Hatinya masih suci ibarat selembar kertas putih yang belum
tersentuh goresan pena kehidupan, mutiara suci yang masih polos dan belum
terwarna. Kertas putih itu, siap di isi dengan berbagai seni tinta dan ukiran,
sehingga apapun yang nantinya tergores tergantung kepada siapa dan apa yang
mempengaruhinya. Ketika kebiasaan berkarakter baik senantiasa disuguhkan dan
ditampilkan dalam keseharian, insya Allah ia akan tumbuh menjadi sosok yang
utuh serta tangguh
berbalut keimananan dan akhlaq yang mulia.
Hasilnya kebahagiaan dunia dan akhiratlah yang didapat bagi orang-orang yang
mendampinginya. Tetapi manakala tayangan buruk kerap kali dipertontonkan dan
disuguhkan dihadapan anak layaknya makanan harian, yakin dan tunggulah
kesedihan dan penyesalan yang tiada berkesudahan bagi kedua orang tuanya.
Baitii Jannatii. “Rumahku adalah Syurgaku”. Sebuah ungkapan indah
tentang keberadaan surga yang hadir dirumah-rumah. Tutur kata lembut, senyuman,
kasih sayang, saling menghargai yang
senantiasa bertabur disetiap tempat dan waktu di seisi rumah menjadikan para
penghuninya betah berlama-lama didalamnya. Tetapi ketika suana rumah penuh
dengan kedengkian, hujatan, hardikan dan segudang keburukan lainnya, bait indah
diatas akan berubah menjadi “Baitii Naarii” Rumahku adalah nerakaku.
Yah ... Rumah adalah junnah (perisai) bagi jiwa – jiwa
yang terlahir suci dan fitri. Benteng kokoh yang mampu mengayomi dan
melindungi dari serangan musuh yang menyerang, sehingga keberadaan dan
keberlangsungannya harus terus dirawat disetiap masa. Sebab bila tidak, musuh
akan masuk dan merusak segala hal yang dilindungi didalamnya. Orang tua serta
elemen penting yng terkaitlah sebagai penjaganya. Penjaga pijar perjuangan masa
depan yaitu anak-anak kita.
Rekaman awal yang akan menjadi
memori abadi diotak Neocortex nya
adalah hal-hal yang ia alami dirumah dan lingkungannya. Sensor perekamnya
begitu sensitif dan mampu merekam dengan cepat dan jelas kejadian – kejadian
yang menyapanya. Karena ketika itu, jiwa mereka bersih dan potensi mereka
begitu kuat dan jernih. Maka lingkungan pertamanyalah yang akan menjadi sekolah awal bagi jiwanya. Dan rumah serta
kedua orang tua adalah lingkungan pertamanya. Guru pertama yang akan
mendampingi menjalani hari-harinya. Mengenai hal ini jauh-jauh hari rasulullah
Saw pernah bersabda
كُلُّ مَوْلُودٍ
يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang
tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau
Majusi {HR. Bukhori 1835}
Inilah Golden Age. Masa-masa gemilang dari kehidupan
sang anak yang tak boleh tersia-siakan. Oleh karena itu,
pendidikan yang terbaik adalah hak anak yang harus diterimanya sekaligus
kewajiban bagi orang tuanya.
Kepada siapa kita serahkan mereka?
Pendidikan bukanlah pemberian cuma-cuma yang turun dari langit. Tetapi
pola yang mesti diusahakan dengan strategi jitu dan ikhtiar yang optimal agar diperoleh hasil yang terbaik.
Ditangan orang tualah segala sesuatunya bermula. Karena itu, orang tua mesti
sadar ternyata bukan hanya sekedar memperbanyak anak karena Uppss (mohon maaf) kambingpun juga
banyak melahirkan anak. Tetapi banyak anak yang disertai dengan kualitas
pendidikan terbaik yang nantinya dibanggakan oleh sang nabi.
Sungguh besar kecintaan Allah
terhadap hamba-hambaNya sehingga 14 abad yang lalu Allah mengirimkan surat
cintaNya kepada kita dalam surah At Tahrim ayat 6 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
Subhanallah ayat yang
menggetarkan jiwa. Ayat yang memperingatkan setiap diri agar berhati-hati dalam
meniti hidup menuju ke kehidupan
abadi. Ayat yang memerintahkan orang mukmin untuk menjaga hak diri dan
keluarganya dari panasnya api neraka yang tiada pernah padam dengan para
penjaganya yang tiada sedikitpun berlemah lembut kepada para penghuninya.
Sehingga diharapkan setiap mukmin memperhatikan pola kehidupan yang telah,
sedang dan akan dilakukan untuk diri dan keluarga.
Berkenaan dengan ayat ini Ali bin
Abi Thalib ra. telah
berkata “Yakni ajarilah dirimu dan keluargamu nilai-nilai kebaikan”. Oleh
karena itu, ikhwah fillah ... sesungguhnya diri,keluarga serta anak adalah
amanah Allah. Dan pasti setiap amanah akan dimintai tanggung jawab. Sebagaimana
Rasulullah bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ
وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ
فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا
رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ
رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ فَسَمِعْتُ هَؤُلَاءِ مِنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْسِبُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ وَالرَّجُلُ فِي مَالِ أَبِيهِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas
yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala Negara) adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas orang yang dipimpinnya.
Seorang isteri di dalam rumah tangga suaminya adalah pemimpin dia akan diminta
pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya. Seorang pembantu dalam urusan
harta tuannya adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya.
Dia berkata; "Aku mendengar semuanya ini dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan aku menduga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:
"Dan seseorang dalam urusan harta ayahnya adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban atasnya. Maka setiap kalian adalah pemimipin dan setiap
kalian akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya ". (HR. Muttafaqun Alaih)
Tiada pernah tertukar setiap
pertanggungjawaban dihadapan Allah karena masing-masing akan ditanya tentang
apa yang telah diperbuat di dunia
sebagaimana firman allah dalam surah
وَلاَ تَقْفُ مَا
لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ
كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً ﴿٣٦﴾
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.( Al Isra’ : 36)
Ketika kita sadar akan besarnya
amanah yang kita pikul dan bersungguh-sungguh dengan segenap daya dan upaya
untuk menunaikan haknya, Insya allah, allah akan berikan balasan yang setimpal
dengan hasil karya yang kita lakukan. Al
Jaza’u min jinsil amal. Balasan
sesuai dengan jenis amalnya. Yaitu dengan balasan surga Firdaus dan akan kekal di dalamnya.
Sebagaimana yang digambarkan Allah dalam :
أُوْلَئِكَ هُمُ
الْوَارِثُونَ ﴿١٠﴾ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
﴿١١﴾
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya`ni) yang akan
mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. Al mukminun :
10-11)
Allahu Akbar. Semoga kita menjadi pewaris dari
Firdaus yang indah dan mulia. Tetapi perlu di ingat dan di sadari, ternyata
menuju puncak kesuksesan akan senantiasa melalui jalan panjang dan penuh
rintangan. Jalan para pemenang dan pejuang sejati dengan komitmen kuat untuk
menapaki setiap onak dan duri. Walau
apapun menyapa langkah kaki. Walau badai menghadang dan ombak menerjang tidak
sedikitpun bergeming dan bergeser dari perjuangan. Karena pada hakikatnya kita
semua tidak akan berurusan dengan badai dan ombak tetapi kita hanya akan
berurusan dengan yang menciptakan keduanya. Inilah yang digambarkan Allah dalam
QS. Al Ankabut : 2-3. Karena sesungguhnya ujian dan cobaan akan terus
digulirkan guna menyeleksi siapa yang benar dalam komitmennya dan siapa yang
berdusta.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ ﴿٣﴾
Apakah manusia itu
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS. Al Ankabut : 2-3)
Ujian dan rintangan akan muncul silih berganti.
Rasa letih dan bosan kadang datang bertubi-tubi. Sementara ketika kita tidak
punya persiapan yang matang, disinilah
setan memanfaatkan peluang untuk masuk menusuk jantung pertahanan kita
yang kian melemah. Dengan berbagai makar yang telah didisain secanggih mungkin. Patah
semangat, mudah menyerah, berputus asa dan seabrek sifat mazmumah lainnya akan muncul sebagai buah dari serangan setan.
Ditambah lagi tabiat manusia yang suka berkeluh kesah. Sebagaimana difirmankan
Allah :
إِنَّ الْإِنسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً ﴿١٩﴾
Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (QS. Al Ma’arij : 19)
Inilah salah satu sifat perusak cita seluruh
anak Adam. Ketika tidak dicegah dan diarahkan niscaya pupuslah harapan yang
ingin dicapainya. Ingat, keluh kesah hanya membawa kepada kerugian. Sebab,
tiada pekerjaan seringan apapun itu, niscaya akan menjadi berat jika dibarengi
dengan sifat keluh kesah, yang biasanya sifat ini akan berketurunan kepada
sifat marah dan tidak ikhlash terhadap hal yang ia dapati. Nah kalau sudah
demikian, kronis sudah keadaan yang dihadapi. Bila tidak segera disadari dan
diperbaiki maka penderitaanlah yang akan diperoleh di dunia terlebih diakhirat
kelak. Naudzubillah.
Namun lawan dari semua itu, ketika setiap amanah
dan tanggung jawab diselesaikan dengan jiwa yang lapang, pikiran yang tenang,
sedikit keluh kesah dan penuh keikhlasan. Insya Allah apapun usaha yang
dilakukan akan membawa kepada kebaikan di dunia dan akhirat kelak. Termasuk
amanah menjaga anak. Karena ia adalah asset yang akan terus mengalirkan
kebaikan bagi orang tuanya ketika anak tersebut menjadi anak yang shaleh.
Semoga kita bisa. J Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar