BEKAL KESUKSESAN BAGI
ORANG TUA
Siapapun orangnya, saya, anda dan
kita semua pasti punya harapan yang sama. Satu frekuensi dan gelombang untuk
memilih saluran yang sama akan sebuah keinginan untuk memiliki anak yang
sholih. Termasuk seorang penjahat, pencuri, pezina dan lain sebagainya. Ketika
ditanya hal ini, dari hati
kecil yang terdalam mereka akan berkata “ kami tidak ingin punya keturunan/anak
yang bertingkah seperti kami”. Yah … itulah fitrah. Fitrah ilahiyah yang allah
titipkan pada tiap jiwa manusia. Kecenderungan untuk menapaki kebaikan. Namun
terkadang seiring berjalannya waktu, kesucian tersebut terwarnai dengan
noda-noda hitam yang akhirnya menghijabi diri untuk tetap lurus pada kebenaran.
Sebagaimana Roin yang digambarkan Allah Swt:
إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ
آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ ﴿١٣﴾ كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِم
مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴿١٤﴾
Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami,
ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu".
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutup hati mereka. (QS. Al Muthaffifiin : 13 – 14)
Fitrah untuk memiliki anak-anak yang mampu berbakti kepada
kedua orang tua. Terlebih lagi disaat hari-hari tua telah menyapa, dimana kasih
sayang seorang anak yang shalehlah yang
sangat diharapkan oleh kedua orang tuanya.
Namun sadarkah kita?
Memiliki anak yang shaleh
ternyata membutuhkan bekal
yang harus dimiliki oleh kedua orang tua. Ketakwaan dan keshalehan akan mutlak
menjadi bekal utama untuk
memperolehnya. Sungguh sangat riskan, bila berharap buah hati yang dicintai
tumbuh menjadi sosok yang shalih dan bertaqwa, sementara kedua orang tuanya
masih gemar dan asyik didalam kemaksiatan dan kelalaian. Naudzubillah.
Dari sinilah awal pijakan yang kokoh
menapaki langkah demi langkah yang berduri nan terjal dalam mewujudkan impian dimulai. Ternyata
keshalihan dan kebersihan jiwa orang tua akan berpengaruh besar pada
pembentukan karakter keshalihan anak. Terngiang dalam ingatan tentang kisah
Nabi Ibrahim sang Khalilullah, kekasih Allah yang sungguh shalih dan menawan.
Dimana setiap waktu dia bermunajat kepada Allah akan lahirnya anak cucu yang
shaleh yang nantinya diharapkan menjadi pemimpin-pemimpin umat, sehingga mampu
membawa keberkahan kepada pribadi, keluarga, masyarakat dan seluruh negeri
disebabkan keshalehan dan ketaqwaannya.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـذَا الْبَلَدَ آمِناً وَاجْنُبْنِي
وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ ﴿٣٥﴾
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya
Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS. Ibrahim : 35)
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي
جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
﴿١٢٤﴾
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya
dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari
keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai
orang-orang yang zalim". (QS. Al Baqarah : 124)
Demikianlah keshalihan seorang
hamba akan mendatangkan Rahmat dan barokah Allah bagi seluruh alam terkhusus
bagi orang-orang disekitarnya termasuk anak keturunannya. Oleh karena itulah,
Allah mewanti-wanti kepada segenap orang tua untuk mengkhawatirkan masa depan
anak-anaknya agar beriman, bertaqwa, beramal shaleh, beramar ma’ruf nahi
munkar, menetapi ketaatan baik lapang maupun sempit serta menjaga agar tidak
tumbuh menjadi generasi-generasi yang lemah disetiap lini kehidupan.
Sebagaimana difirmankan Allah.
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ
عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً ﴿٩﴾
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
(QS. An Nisaa’ : 9)
Membaca ayat ini, teringat
perkataan seorang ulama tabi’in yang bergelar Sayyidut Tabi’in Syaikh Sa’id bin
Musayyib beliau berkata ‘Sesungguhnya
ketika aku shalat lalu teringat anakku, maka aku menambah shalatku’
Ya… menambah shalat untuk mendo’akan yang terbaik bagi buah hatinya.
Subhanallah gambaran unik dan menarik akan besarnya cinta beliau kepada sang
anak. Lalu bagaimana dengan kita ??
Taatlah … Insya Allah selamat!
Orang tua yang senatiasa taat
kepada Allah akan berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi buah hati mereka.
Selain memenuhi kebutuhan fisik dengan makanan yang sehat dan bergizi, mereka
juga berusaha menyeimbangkan kebutuhan ruhiah anak dengan memberikan
pengajaran-pengajaran yang baik pula menurut syariat. Karena pada hakikatnya
kebutuhan ruhani sama pentingnya dengan kebutuhan fisik.
Orang tua merupakam murobbi,
pendidik, guru teladan pertama yang akan menjadi panutan bagi mereka. Inilah
salah satu hikmah mengapa Allah dan RasulNya sangat menitikberatkan persoalan
diin dalam memilih pasangan hidup. Karena pasangan hidup adalah calon-calon
pendidik bagi generasi penerus yang akan lahir dari pernikahan mereka.
Allah berfirman :
وَلاَ تَنكِحُواْ
الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ
أَعْجَبَتْكُمْ وَلاَ تُنكِحُواْ الْمُشِرِكِينَ حَتَّى يُؤْمِنُواْ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ
خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُوْلَـئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللّهُ
يَدْعُوَ إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ ﴿٢٢١﴾
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan
orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (QS.
Al Baqarah : 221)
Rasulullah juga bersabda :
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ
لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ
الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena
hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka
pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung (HR. Muttafaqun Alaih)
“Buah itu tidak akan jatuh
jauh dari pohonnya” begitulah sebuah pepatah mengatakan. Artinya watak dan
karakter ayah dan bunda akan sangat mempengaruhi perkembangan jati diri anak.
Ketika seorang anak dibesarkan dengan cacian dan makian ia akan tumbuh menjadi
anak yang minder, keras hati dan tidak akan menghargai apapun. Ketika seorang
anak dibesarkan dengan tipuan dan dustaan, ia akan belajar menjadi sosok
pembohong. Dan ketika ia dibesarkan dengan kasih sayang, belaian mesra berbalut
iman, ia akan belajar menjadi sosok yang penyanyang lagi shaleh. Begitulah
anak, ia belajar sesuatu dari yang terdekat dengannya. Oleh karena itu sebagai
orang tua, bukan hanya sekedar menyuapkan makanan-makanan bergizi kemulut sang
anak tetapi juga ‘menyuapkan’ asupan nilai keimanan ke dalam hatinya.
‘Menimangnya’ dengan ayat-ayat al Quran disegala kondisi. Membelainya dengan
penuh kasih di iringi dengan zikir kepada Allah dan shalawat kepada Rasulullah
sehingga tertanamlah di alam bawah sadarnya nilai-nilai keislaman mulai sedari
kecil hingga ia menutup mata menjumpai Allah dengan senyuman penuh kebahagiaan
dan kemenangan.
Allah berfirman :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي
فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al Fajr : 27 – 30)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar