Senin, 11 Juni 2012

Setitis Ikhtiar Berharap HIdayah



SETETES IKHTIAR BERHARAP HIDAYAH
 ABU HAFIZH AL BUKHARI

Firman Allah :
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَناً فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي مَن يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ ﴿٨﴾
Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. Faathir : 8)
لَّيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَلأنفُسِكُمْ وَمَا تُنفِقُونَ إِلاَّ ابْتِغَاء وَجْهِ اللّهِ وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنتُمْ لاَ تُظْلَمُونَ ﴿٢٧٢﴾
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS. AL Baqarah : 272)
Sebagai seorang hamba tugas kita hanyalah berdo’a dan berikhtiar optimal hingga akhirnya berujung tawakal dan sabar dalam mengusahakan sesuatu. Terkadang segala daya dan upaya telah dilakukan namun hasil yang diharapkan jauh dari apa yang telah dicanangkan. Kenapa hal itu bisa terjadi? Banyak hal yang bisa dipetik dan dievaluasi dari setiap aktivitas yang kita lalui. Yang pasti ada hikmah yang bisa diperoleh dan dinikmati. Karenanya tidak perlu kecewa dan berputus asa. Hanyalah orang-orang kafirlah yang berputus asa dari rahmat Allah. Bisa jadi sesuatu yang kita harapkan belum tentu yang terbaik menurut kalkulasi Allah. Dan boleh jadi sesuatu yang kita benci ternyata berasa manis  dikemudian hari. Sebagaimana firman Allah :
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ ﴿٢١٦﴾
Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqarah : 216)
Yah … Allah yang Maha Tahu sedangkan kita tidak tahu menahu akan hal-hal yang belum terjadi. Dan karena sesungguhnya Allah memberikan sesuatu yang kita butuhkan dan bukan keinginan kita yang terkadang kita minta tanpa mengetahui ilmunya. Yang terpenting adalah bagaimana kita menyesuaikan keinginan kita agar sesuai dengan keinginan Allah yang telah digariskan dalam aturannnya.
Begitu pula halnya dalam mendidik anak. Kita harus sadar bahwasanya hidayah Allah bukanlah hak mutlak kita. Dia adalah karunia dan pemberian Allah semata. Allah menunjuki siapa saja yang dikehendaki dan menyesatkan siapa yang dikehendakiNya.
Jikalau Rasulullah sebagai hamba pilihan yang paling bertaqwa tak mampu memberi hidayah kepada paman beliau tercinta lalu bagaimana pula kita? Allah berfirman kepada Nabi-Nya :
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ﴿٥٦﴾
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al Qashash : 56)
Sehingga karena sayangnya beliau dengan pamannya yang meninggal dalam kemusyrikan, Rasulullah bermohon ampunan untuknya kepada Allah dan Allah pun menegurnya dengan keras. Sebagaimana yang telah difirmankan :
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ ﴿١١٣﴾
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. At Taubah : 113)
Teringat pula kisah-kisah nabi-nabi terdahulu terhadap orang-orang terdekatnya seperti ayah, Istri ataupun anak-anak mereka yang tidak mengindahkan seruan mereka. Seperti nabi Nuh AS dengan istri dan anaknya. Begitu pula Nabi Luth As yang tak jauh beda episodenya dengan nabi Nuh As. Khalilullah nabi Ibrahim As dengan ayahnya sang pembuat patung. Karena begitu besarnya cinta mereka kepada keluarganya, para nabi Allah masih mendoakan kebaikan dan keselamatan kepada keluarga mereka disaat azab meluluh lantakkan mereka karena keingkaran mereka terhadap seruan Allah. Sebagaimana yang dilakukan nabi Nuh As. Hingga Allah menegurnya dengan teguran yang keras. Sebagaimana hal ini di abadikan apik oleh Allah dalam Al Quran :
وَنَادَى نُوحٌ رَّبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابُنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ ﴿٤٥﴾ قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلاَ تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ ﴿٤٦﴾
Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (QS. Huud : 45-46)
Setelah teguran yang keras itu disampaikan, kemudian nabi Nuh As tertunduk meminta ampun kepada Allah atas ketidaktahuannya sembari berkata :
قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلاَّ تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُن مِّنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٤٧﴾

Tidak ada komentar:

Posting Komentar