Kamis, 29 November 2012

Berbuat Dosa Remeh

LARANGAN BERBUAT DOSA YANG DIANGGAP REMEH

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'id r.a, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Berhati-hatilah terhadap dosa yang dianggap remeh. Sebagaimana suatu kaum yang singgah di sebuah lembah, lalu datanglah seseorang membawa sebatang ranting kayu bakar dan datanglah seorang yang lain membawa sebatang ranting kayu bakar juga, hingga dengan kayu-kayu itu mereka bisa memasak roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa yang dianggap remeh itu jika pelakunya dihisab atas dosanya niscaya akan membinasakan," (Shahih, HR Ahmad [V/231]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi saw. beliau bersabda, "Sesungguhnya syaitan telah berputus asa untuk dapat disembah di bumi kalian ini. akan tetapi dia cukup gembira jika kalian melakukan dosa yang kalian anggap remeh," (Shahih, HR Ahmad [II/368]).
Kandungan Bab:
  1. Celaan menganggap remeh perbuatan dosa. Karena jika ia banyak akan menjadi dosa besar dan membinasakan seorang hamba.
  2. Bila hamba menganggap besar sebuah dosa niscaya dosa itu akan kecil dalam pandangan Allah. Karena sikap itu muncul dari kebencian hati terhadapnya dan rasa tidak suka kepadanya. Dan rasa benci itu akan mencegahnya dari pengaruh buruk dosa-dosa tersebut. Dan sikap menganggap remeh dosa muncul dari rasa senang kepadanya. Dan itu akan mempengaruhi hati. Hati yagn baik adalah hati yagn diterangi dengan ketaatan dan hati yang tidak baik adalah hati yang diselimuti oleh dosa.
    Abdullah bin Mas'ud berkata, "Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan tidak di bawah gungung hingga ia takut akan menimpanya. Seorang yang fajir melihat dosanya seperti lalat yang lewat depan hidungnya," (HR Bukhari [6308]).
  3. Menganggap remeh dan menganggap kecil dosa akan menyebabkan seorang hamba terhalang dari taubat. Dan akan menyegerakan perbuatan dosa besar ataupun dosa kecil.
  4. Menganggap remeh dosa merupakan tipu daya syaitan terhadap manusia hingga terkumpul padanya dosa dan tidak mampu melepaskan diri darinya. Maka jauhilah ia dalam tawanan syaitan dan menggiringnya ke neraka jahannam.
Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/393-395.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar