DARI PERKAWINAN SAMPAI MASA KERASULAN
DENGAN
duapuluh ekor unta muda sebagai mas kawin Muhammad melangsungkan
perkawinannya itu dengan Khadijah. Ia pindah ke rumah Khadijah dalam
memulai hidup barunya itu, hidup suami-isteri dan ibu-bapa, saling
mencintai cinta sebagai pemuda berumur duapuluh lima tahun.
Ia tidak mengenal nafsu muda yang tak terkendalikan, juga ia tidak
mengenal cinta buta yang dimulai seolah nyala api yang melonjak-lonjak
untuk kemudian padam kembali. Dari perkawinannya itu ia beroleh beberapa
orang anak, laki-laki dan perempuan. Kematian kedua anaknya, al-Qasim
dan Abdullah at-Tahir at-Tayyib1 telah menimbulkan rasa duka yang dalam
sekali. Anak-anak yang masih hidup semua perempuan. Bijaksana sekali ia
terhadap anak-anaknya dan sangat lemah-lembut. Merekapun sangat setia
dan hormat kepadanya.
Paras
mukanya manis dan indah, Perawakannya sedang, tidak terlampau tinggi,
juga tidak pendek, dengan bentuk kepala yang besar, berambut hitam
sekali antara keriting dan lurus. Dahinya lebar dan rata di atas
sepasang alis yang lengkung lebat dan bertaut, sepasang matanya lebar
dan hitam, di tepi-tepi putih matanya agak ke merah-merahan, tampak
lebih menarik dan kuat: pandangan matanya tajam, dengan bulu-mata yang
hitam-pekat. Hidungnya halus dan merata dengan barisan gigi yang
bercelah-celah. Cambangnya lebar sekali, berleher panjang dan indah.
Dadanya lebar dengan kedua bahu yang bidang. Warna kulitnya terang dan
jernih dengan kedua telapak tangan dan kakinya yang tebal.
Bila
berjalan badannya agak condong kedepan, melangkah cepat-cepat dan
pasti. Air mukanya membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan
matanya menunjukkan kewibawaan, membuat orang patuh kepadanya.
Dengan
sifatnya yang demikian itu tidak heran bila Khadijah cinta dan patuh
kepadanya, dan tidak pula mengherankan bila Muhammad dibebaskan mengurus
hartanya dan dia sendiri yang memegangnya seperti keadaannya semula dan
membiarkannya menggunakan waktu untuk berpikir dan berenung.