DOSA DAN PELEBURNYA
Setelah Allah I menciptakan Adam u dan
istrinya Hawa, Allah I memberi ultimatum kepada mereka
untuk tidak mendekati pohon larangan. Awal mula mereka sangat ta’at dengan
perintah ini tapi ketika mereka mendapat godaan dari musuh nomor wahid manusia
yaitu iblis, mereka lalai dan tergoda dengan bujuk rayunya. Dilanggarlah
larangan tersebut sehingga hal ini menyebabkan Adam u dan
Hawa berdosa, dan karena dosa inilah mereka dikeluarkan dari jannah.
Dari kisah diatas kita ketahui bahwa
dosa adalah penyebab murka Allah I, dan hal ini terjadi apabila
perintah ataupun larangan Allah I dilanggar oleh hamba-Nya. Oleh
karena itu kami di sini akan sedikit membahas permasalah dosa, macam-macamnya,
dan peleburnya. Insya Allah…..
Dosa (adz-dzanbu) ini terbagi
menjadi dua yaitu:
·
al-Kabair
(dosa besar).
·
as-Soghoir
(dosa kecil).
Dosa besar adalah semua dosa yang
mengharuskan adanya had di dunia atau diancam oleh Allah I dengan Neraka atau laknat atau
murka-Nya. Adapula yang berpendapat, dosa besar adalah setiap maksiat yang
dilakukan seseorang dengan terang-terangan serta meremehkan dosanya[2].
Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah
dosa ini karena memang tidak ada dalil yang sorih baik itu dari Al-Qur’an
maupun dari sunah. Diantara mereka ada yang mengatakan empat, tujuh, tujuh
belas, tujuh puluh, bahkan ada yang mengatakan dosa besar adalah apa saja yang
terdapat di awal surat
An-Nisa sampai firman Allah I:
إن تجتنبوا كبائر ما تنهون
عنه ...........
Adapun yang dimaksud dengan dosa
kecil adalah setiap dosa yang tidak ada had di dunia juga tidak terkena ancaman
khusus di akhirat. Tapi ketahuilah wahai saudaraku ! Meskipun jenis kedua ini
dinamakan dengan dosa kecil, dosa ini juda dapat berubah menjadi dosa yang
besar di sisi Allah I dengan beberapa sebab :
1. Terus-menerus
dilakukan (al-isroro wal muwadhobah)
Ibnu Qudamah v dalam
“Mukhtasor Minhajul Qosidin”menjelaskan bahwa dosa kecil dapat berubah
menjadi dosa yang besar dikarenakan dosa tersebut senantiasa dilakukan. Beliau
memberikan permisalan dengan tetes-tetes air yang menimpa batu yang keras,
tentu akan mampu melubanginya.
2. Menganggap
remeh dosa tersebut (istisghor dzanbu)
Ibnu Mas’ud berkata t:
إن المؤمن يرى ذنوبه كأنه
في أصل جبل يخاف أن يقع فيه وإن الفاجر يرى ذنوبه كذباب وقع على أنفه فقال به هكذا
“Sesungguhnya
seorang mukmin menganggap dosanya seakan-akan dia berada di kaki bukit. Dan dia
takut gunung itu akan menimpa dirinya, dan sesungguhnya orang yang durhaka itu
melihat dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu dia berkata
“Cukup begini saja”.
Maksudnya cukup dengan menepiskan tangannya.
3. Senang
melakukan dosa kecil bahkan membanggakannya.
4. Menceritakan
dosa kecil tersebut kepada orang lain, Rosulullah r bersabda:
كل أمتي معافى إلا
المجاهرين
5.
Orang yang melakukan dosa adalah ulama yang menjadi
panutan, dan dia mengetahuinya. Sebagaimana
mengalir pahala kebaikan baginya begitu pula mengalir hukuman keburukan baginya.
Para ulama menjelaskan ada beberapa
cara yang dapat menghapuskan dosa-dosa.
Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata:
الذنوب تزول عقوباتها
بأسباب: التوبة النصوحة, والحسنة ماحية, والمصائب المكفرة, ودعاء المؤمنين, وشفاعة
الشافع
“Hukuman bagi
dosa dapat gugur dengan beberapa sebab: taubat nasuhah, amal baik (solih),
musibah yang menimpa, do’a dari orang yang beriman, dan mendapat syafa’at”.[4]
a)
Taubat Nasuha
Taubat tidak akan sah kecuali
setelah terpenuhi syarat-syaratnya. Imam An-Nawawi v
dalam “Riyadlu Sholihin” menerangkan bahwa syarat taubat itu ada tiga:
·
Meyesal atas perbuatan yang telah dilakukan.
·
Berazam untuk tidak mengulanginya.
·
Meninggalkan perbuatan tersebut.
·
Meminta kerelaan kepada makhluk (jika dosa tersebut
terkait dengan makhluk)
b)
Amal Sholih (Baik)
Rosulullah r bersabda dalam haditsnya:
...... وأتبع الحسنة تمحوها
“Dan ikutilah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapusnya”.[5]
c)
Musibah Yang Menimpa Kita
Terkadang kita menilai negatif
terhadap musibah yang menimpa kita, kita bersu’u dzon kepada Allah I, nau’dzu billah. Padahal Rosulullah
r telah bersabda:
مامن مصيبة تصيب المسلم إلا
كفر الله بها عز وجل عنه, حتى الشوكة يشاكها
“Tidaklah ada
musibah yang menimpa orang muslim melainkan Allah I menghapus dosanya dengan musibah
itu, termasuk pula duri yang menusuknya”.[6]
d)
Do’a Dari Orang Yang Beriman
Allah I menjadikan keimanan sebagai sebab
bagi seseorang untuk memberikan manfaat kepada orang lain, yaitu dengan memberi
do’a saudaranya yang beriman. Hal ini juga sering dilakukan oleh Rosulullah r, beliau sering meminta do’a dari
para sahabatnya dan beliau juga menganjurkan kepada para sahabatnya untuk
saling mendo’akan.
e)
Mendapat Syafa’at
Dosa-dosa yang kita perbuat akan
terhapus manakala kita mendapat syafa’at dari seseorang. Adapun syafaat ini
memiliki syarat, jika syarat ini tidak ada maka seseorang tidak akan
mendapatkannya. Syarat-syarat itu adalah:
·
Ridlo Allah I terhadap orang yang memberi
syafaat.
·
Ridlo Allah I terhadap orang yang diberi syafaat.
·
Izin dari Allah I, dan ini terjadi manakala syarat di
atas telah terpenuhi.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar