Sabtu, 06 September 2014

Dosa Dan Peleburnya


DOSA DAN PELEBURNYA

Setelah Allah I menciptakan Adam u dan istrinya Hawa, Allah I memberi ultimatum kepada mereka untuk tidak mendekati pohon larangan. Awal mula mereka sangat ta’at dengan perintah ini tapi ketika mereka mendapat godaan dari musuh nomor wahid manusia yaitu iblis, mereka lalai dan tergoda dengan bujuk rayunya. Dilanggarlah larangan tersebut sehingga hal ini menyebabkan Adam u dan Hawa berdosa, dan karena dosa inilah mereka dikeluarkan dari jannah.
            Dari kisah diatas kita ketahui bahwa dosa adalah penyebab murka Allah I, dan hal ini terjadi apabila perintah ataupun larangan Allah I dilanggar oleh hamba-Nya. Oleh karena itu kami di sini akan sedikit membahas permasalah dosa, macam-macamnya, dan peleburnya. Insya Allah…..
Yang dimaksud dengan dosa (adz-dzanbu) adalah setiap keburukan, kejahatan dan maksiat.[1]
Dosa (adz-dzanbu) ini terbagi menjadi dua yaitu:
·      al-Kabair (dosa besar).
·      as-Soghoir (dosa kecil).
Dosa besar adalah semua dosa yang mengharuskan adanya had di dunia atau diancam oleh Allah I dengan Neraka atau laknat atau murka-Nya. Adapula yang berpendapat, dosa besar adalah setiap maksiat yang dilakukan seseorang dengan terang-terangan serta meremehkan dosanya[2]. Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah dosa ini karena memang tidak ada dalil yang sorih baik itu dari Al-Qur’an maupun dari sunah. Diantara mereka ada yang mengatakan empat, tujuh, tujuh belas, tujuh puluh, bahkan ada yang mengatakan dosa besar adalah apa saja yang terdapat di awal surat An-Nisa sampai firman Allah I:
إن تجتنبوا كبائر ما تنهون عنه ...........
Adapun yang dimaksud dengan dosa kecil adalah setiap dosa yang tidak ada had di dunia juga tidak terkena ancaman khusus di akhirat. Tapi ketahuilah wahai saudaraku ! Meskipun jenis kedua ini dinamakan dengan dosa kecil, dosa ini juda dapat berubah menjadi dosa yang besar di sisi Allah I dengan beberapa sebab :
1.      Terus-menerus dilakukan (al-isroro wal muwadhobah)
Ibnu Qudamah v dalam “Mukhtasor Minhajul Qosidin”menjelaskan bahwa dosa kecil dapat berubah menjadi dosa yang besar dikarenakan dosa tersebut senantiasa dilakukan. Beliau memberikan permisalan dengan tetes-tetes air yang menimpa batu yang keras, tentu akan mampu melubanginya.
2.      Menganggap remeh dosa tersebut (istisghor dzanbu)
Ibnu Mas’ud berkata t:
إن المؤمن يرى ذنوبه كأنه في أصل جبل يخاف أن يقع فيه وإن الفاجر يرى ذنوبه كذباب وقع على أنفه فقال به هكذا
“Sesungguhnya seorang mukmin menganggap dosanya seakan-akan dia berada di kaki bukit. Dan dia takut gunung itu akan menimpa dirinya, dan sesungguhnya orang yang durhaka itu melihat dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, lalu dia berkata “Cukup begini saja”. Maksudnya cukup dengan menepiskan tangannya.
3.      Senang melakukan dosa kecil bahkan membanggakannya.
4.      Menceritakan dosa kecil tersebut kepada orang lain, Rosulullah r bersabda:
كل أمتي معافى إلا المجاهرين
“Setiap umatku diberi maaf kecuali orang yang terang-terangan melakukan dosa”.[3]
5.      Orang yang melakukan dosa adalah ulama yang menjadi panutan, dan dia mengetahuinya. Sebagaimana mengalir pahala kebaikan baginya begitu pula mengalir hukuman keburukan baginya.

Para ulama menjelaskan ada beberapa cara yang dapat menghapuskan dosa-dosa.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
الذنوب تزول عقوباتها بأسباب: التوبة النصوحة, والحسنة ماحية, والمصائب المكفرة, ودعاء المؤمنين, وشفاعة الشافع
“Hukuman bagi dosa dapat gugur dengan beberapa sebab: taubat nasuhah, amal baik (solih), musibah yang menimpa, do’a dari orang yang beriman, dan mendapat syafa’at”.[4]

a)            Taubat Nasuha
Taubat tidak akan sah kecuali setelah terpenuhi syarat-syaratnya. Imam An-Nawawi v dalam “Riyadlu Sholihin” menerangkan bahwa syarat taubat itu ada tiga:
·         Meyesal atas perbuatan yang telah dilakukan.
·         Berazam untuk tidak mengulanginya.
·         Meninggalkan perbuatan tersebut.
·         Meminta kerelaan kepada makhluk (jika dosa tersebut terkait dengan makhluk)
b)           Amal Sholih (Baik)
Rosulullah r bersabda dalam haditsnya:
...... وأتبع الحسنة تمحوها
“Dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapusnya”.[5]

c)            Musibah Yang Menimpa Kita
Terkadang kita menilai negatif terhadap musibah yang menimpa kita, kita bersu’u dzon kepada Allah I, nau’dzu billah. Padahal Rosulullah r telah bersabda:
مامن مصيبة تصيب المسلم إلا كفر الله بها عز وجل عنه, حتى الشوكة يشاكها
“Tidaklah ada musibah yang menimpa orang muslim melainkan Allah I menghapus dosanya dengan musibah itu, termasuk pula duri yang menusuknya”.[6]

d)           Do’a Dari Orang Yang Beriman
Allah I menjadikan keimanan sebagai sebab bagi seseorang untuk memberikan manfaat kepada orang lain, yaitu dengan memberi do’a saudaranya yang beriman. Hal ini juga sering dilakukan oleh Rosulullah r, beliau sering meminta do’a dari para sahabatnya dan beliau juga menganjurkan kepada para sahabatnya untuk saling mendo’akan.

e)            Mendapat Syafa’at
Dosa-dosa yang kita perbuat akan terhapus manakala kita mendapat syafa’at dari seseorang. Adapun syafaat ini memiliki syarat, jika syarat ini tidak ada maka seseorang tidak akan mendapatkannya. Syarat-syarat itu adalah:
·         Ridlo Allah I terhadap orang yang memberi syafaat.
·         Ridlo Allah I terhadap orang yang diberi syafaat.
·         Izin dari Allah I, dan ini terjadi manakala syarat di atas telah terpenuhi.
Wallahu a’lam.




[1].      Lisan arab, Ibnu mandhur 5/ 62
[2].      Kitab Tauhid, syeikh Sholih al- Fauzan
[3].      HR Bukhari dan Muslim
[4].      Al-Adab Asy-Syari’yah,
[5].      HR Tirmidzi
[6].      HR Bukhari dan Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar