WANITA PENYISIR PUTRI FIR'AUN
Pengantar
Inilah
 kisah seorang wanita yang dibakar oleh thaghut Fir'aun. Fir'aun juga 
membakar anak-anak wanita tersebut dalam sebuah wadah mirip tungku 
besar. Aroma tubuh yang terbakar menyebar ke setiap sudut. Balasannya, 
Allah menjadikan aromanya dan aroma anak-anaknya sedemikian harum 
menyebar di langit. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mencium 
aroma wangi itu manakala beliau Mi'raj ke langit di malam Isra'.
Teks Hadis
Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Abdullah bin Abbas berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Pada
 malam aku ber-Isra', aku mencium aroma yang harum. Aku bertanya, 'Wahai
 Jibril, aroma harum apa ini?' Jibril menjawab, 'Ini adalah aroma wanita
 penyisir putri Fir'aun dan anak-anak wanita itu.' Aku bertanya, 
'Bagaimana kisahnya?' Jibril menjawab, 'Suatu hari, ketika dia sedang 
menyisir putri Fir'aun, tiba-tiba sisir jatuh dari tanganya. Dia 
berkata, 'Bismillah.' Putri Fir'aun berkata kepadanya, 'Bapakku.' Dia 
menjawab, 'Bukan, akan tetapi Tuhanku dan Tuhan bapakmu adalah Allah.' 
Putri Fir'aun berkata, 'Aku akan laporkan hal itu kepada bapakku.' Dia 
menjawab, 'Lakukanlah.' Maka putri Fir'aun melaporkan hal itu kepada 
bapaknya. Fir'aun memanggilnya dan bertanya, 'Wahai fulanah, apakah kamu
 mempunyai Tuhan selain aku?' Dia menjawab, 'Ya, tuhanku dan Tuhanmu 
adalah Allah.' Lalu Fir'aun memerintahkan agar dihadirkan seekor sapi 
dari tembaga. Setelah dipanaskan, dia memerintahkan agar wanita ini 
berikut anak-anaknya dilempar ke dalamnya. Wanita itu berkata, 'Aku ada 
perlu denganmu.' Fir'aun bertanya, 'Apa keperluanmu?' Wanita itu 
menjawab, 'Aku ingin Anda mengumpulkan tulang-tulangku dan tulang 
anak-anakku dalam sebungkus kain lalu mengubur kami.' Fir'aun menjawab, 
'Itu menjadi hakmu atas kami.'
Jibril
 berkata, 'Lalu anak-anaknya dihadirkan. Satu persatu dilempar ke 
dalamnya di depan matanya, sampai akhirnya tiba giliran bayinya yang 
masih menyusu. Wanita ini maju mundur, maka bayinya berkata kepadanya, 
'Wahai ibuku, masuklah karena adzab dunia lebih ringan daripada adzab 
akhirat.' Maka dia pun masuk'."
Ibnu Abbas berkata, "Ada empat bayi yang berbicara: Isa bin Maryam, bayi Juraih, saksi Yusuf, dan putra wanita penyisir putri Fir'aun."
Takhrij Hadis
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya
 dari Ibnu Abbas(3/309) (cetakan Al-Maktab Al-Islami), (5/30 cetakan 
Muassasatur Risalah), no.(2821-2823). Para Muhaqqiq Musnad menyatakannya
 hasan dan mereka menisbatkannya kepada Thabrani dan Ibnu Hibban.
Haitsami
 setelah menyebut hadis ini mengatakan, "Diriwayatkan oleh Ahmad, 
Bazzar, Thabrani dalam Al-Kabir dan Al-Ausath. Di dalam sanadnya 
terdapat Atha' bin As-Saib. Dia tsiqah(terpercaya), tetapi hafalannya berantakan." (Majmauz Zawaid, 1/65).
Penjelasan Hadis
Ini
 adalah kisah yang diketahui Rasulullah manakala beliau ber-Mi'raj ke 
langit yang tinggi di malam Isra'. Pada waktu ber-Mi'raj Rasulullah 
shallallahu alaihi wa sallam  mencium aroma harum 
semerbak, maka Jibril menceritakan bahwa bau harum ini berasal dari 
wanita penyisir putri Fir'aun dan anak-anak wanita tersebut.
Wanita
 ini hidup di istana Fir'aun. Tugasnya adalah melayani putrinya. Dia 
menyisir rambutnya, dan mengurusi urusannya. Orang yang seperti ini 
pastilah orang yang mulia, dihormati, dan hidup enak. Akan tetapi, iman 
menyusup di hatinya dan menguasai urusannya, sebagaimana iman juga 
menguasai hati ibu ratu, istri Fir'aun. Iman selalu menemukan jalan ke 
dalam hati orang-orang kaya, seperti ia menemukan jalan ke dalam hati 
orang-orang miskin manakala Allah menginginkan kebaikan untuk hambanya.
Wanita ini menyembunyikan imannya seperti halnya istri Fir'aun dan seorang mukmin dari keluarga Fir'aun. "Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya."
 (Ghafir:28). Walaupun seseorang berusaha untuk menutupi apa yang ada di
 dalam hatinya, tetap saja akan terbaca melalui tindak-tanduk, gerakan, 
perilaku, dan ucapan-ucapannya. Kadang-kadang seseorang lupa akan 
dirinya sendiri dan dia berpolah berdasar pada tabiatnya.
Hal
 ini terjadi pada wanita ini. Sisirnya jatuh dari tangannya ketika dia 
menyisir rambut putri Fir'aun, dan dia berkata, 'bismillah', sebuah 
ucapan yang mengalir di lidah kaum Muslimin secara spontan. Mereka 
mengucapkannya tatkala kaki mereka terpeleset, atau salah seorang anak 
mereka terjatuh, atau ketika pisau atau pena terjatuh dari tangan 
mereka.
Putri
 Fir'aun terkejut dengan ucapannya. Dia adalah putri yang tidak 
mengerti. Dia sangat membanggakan bapaknya. Dia menganggapnya sebagai 
tuhan, seperti anggapan bapaknya terhadap dirinya. Maka dia 
bertanya,"Bapakku?" (Yakni, orang yang kamu sebut namanya itu apakah 
bapakku). Wanita itu menolak mengakui Fir'aun sebagai tuhan yang 
diklaimnya. Dia telah bertekad untuk bersikap tegas sebagai konsekuensi 
dari iman, tanpa khawatir terhadap akibat buruk yang mungkin menimpanya 
dan anak-anaknya. Oleh karena itu, dia menjawab secara terbuka. 
Keterbukaan yang menyimpan tantangan. Dia tidak cukup mengatakan, "Allah
 adalah tuhanku."Akan tetapi dia mengatakan, "Allah adalah Tuhanku dan 
Tuhan bapakmu."
Pada
 saat itu putri Fir'aun berkata, "Aku akan laporkan hal ini kepada 
bapakku." Dia bertanya jika wanita itu setuju apabila hal ini dilaporkan
 kepada raja, tentang imannya kepada Allah dan pengingkarannya terhadap 
ketuhanan Fir'aun. Maka wanita itu menjawab,"Ya."
Mungkin
 putri Fir'aun, di balik pertanyaannya ini, ingin wanita itu bertekuk 
lutut memohon kepadanya agar tidak mengatakan rahasianya kepada raja 
demi keselamatanya dan anak-anaknya. Sebagian orang ada yang mendapatkan
 kenikmatan tersendiri jika orang lain bertekuk lutut dan memohon-mohon 
kepadanya.
Atau
 mungkin dia ingin menjadi pemegang kunci rahasia wanita tersebut, agar 
dia bersedia membantunya mewujudkan tujuan dan ambisinya. Di istana 
thaghut seperti Fir'aun banyak sekali pos-pos kekuatan yang 
masing-masing berusaha mewujudkan ambisi dan keinginannya. Mereka 
memerlukan para pendukung, baik laki-laki maupun perempuan, yang 
dijadikan sebagai kepanjangan tangan mereka demi kemaslahatan mereka dan
 menjadi pelaksana lapangan bagi rencana-rencana mereka. Hal ini 
dibuktikan oleh kenyataan bahwa putri Fir'aun tidak segera menyampaikan 
berita itu kepada bapaknya, akan tetapi dia bertanya kepadanya tentang 
hal itu. Pertanyaannya tersebut menunjukkan adanya udang di balik batu.
Akan
 tetapi, wanita shalihah ini telah mengambil keputusan yang pasti. Dia 
tidak memohon dan tidak meminta kepada putri raja agar merahasiakan 
perkaranya. Dia mengizinkan untuk menyampaikan hal tersebut. Ibu mulia 
ini sepertinya telah lelah menyimpan imannya. Orang yang menyembunyikan 
imannya pastilah menemui kesulitan yang berat. Dia harus menyembunyikan 
shalatnya, puasanya, dan doanya. Jika perkaranya hampir terbongkar, dia 
akan menemukan kesulitan dalam mencari alasan dari perilakunya, baik 
berupa ucapan maupun perbuatan.
Orang
 seperti ini justru secara terbuka dengan sengaja menampakkan 
keimanannya. Mereka senang jika rahasia mereka diketahui dan keadaan 
mereka dikenal, walaupun akibat-akibat buruk mesti mereka rasakan di 
balik itu.
Seandainya
 wanita ini meminta kepada putri Fir'aun agar tidak mengatakan kepada 
bapaknya, maka ia akan menjadi tawanannya. Dia akan mengancam dan 
menakut-nakutinya maka dia akan hidup terus diliputi ketakutan.
Putri
 Fir'aun yang membanggakan bapaknya, si thaghut besar, menyampaikan 
rahasia wanita tukang sisirnya. Maka Fir'aun memanggilnya dan bertanya 
kepadanya. Dia pun berkata jujur dengan mengaku bahwa Allah adalah 
Tuhannya dan Tuhan Fir'aun.
Sikap
 yang diambil oleh wanita ini adalah contoh yang selalu terjadi dan 
untuk selama-lamanya, tetapi ia istimewa. Ia adalah contoh nyata tentang
 unggulnya iman di atas kekufuran dan kedurhakaan. Iman tanpa senjata 
dan kekuatan manusia, pemiliknya menunjukkan meski dengan resiko besar 
dan akibat buruk yang tidak ringan, akan tetapi di balik itu dia 
berharap meraih kehidupan mulia di sisi Allah di surga kenikmatan.
Thaghut
 ini tidak memiliki cara lain kecuali dengan cara yang telah 
disiapkannya untuk orang-orang yang mengingkari ketuhanannya. Dia 
menghadirkan sebuah alat yang berbentuk sapi dan dibawahnya dinyalakan 
api sampai benar-benar panas. Selanjutnya, wanita itu dan anak-anaknya 
dilemparkan ke dalam perut sapi itu, sebuah tungku dengan panas yang 
menyala-nyala.
Wanita
 ini lalu meminta kepada Fir'aun satu permintaan. Sebuah permintaan yang
 bukan merupakan ketundukan, kepasrahan, harapan dan ataupun kerendahan.
 Si thaghut Fir'aun mengira kalau adzab seperti ini bisa membuatnya 
murtad dari agamanya, atau mungkin Fir'aun mengira bahwa wanita yang 
lemah ini bertekuk lutut di hadapannya demi memohon ampunannya atau 
ampunan untuk anak-anaknya; bisa saja dia berkata kepadanya, "Apa salah 
anak-anakku, akulah yang berdosa, bukan mereka." Akan tetapi wanita ini 
tidak melakukan semua itu. Yang dia pinta hanya agar sisa-sisa tubuhnya 
dan anak-anaknya yang terbakar dikumpulkan di dalam sepotong kain lalu 
dikubur jadi satu. Fir'aun pun menyanggupinya.
Sebagian
 orang mungkin mengira bahwa wanita ini telah berbuat bodoh terhadap 
anak-anaknya manakala dia menyeret mereka ke dalam musibah besar yang 
menimpa mereka. Akan tetapi orang seperti wanita ini mempunyai cara 
pandang yang berbeda. Dia melihat bahwa apa yang dilakukannya terhadap 
anak-anaknya mengandung kebaikan besar bagi mereka di sisi Allah 
manakala mereka menghadap kepada-Nya. Dan memang demikian faktanya.
Sebelum thaghut  Fir'aun
 melemparkan wanita ini ke dalam tungku besar tersebut, dia terlebih 
dahulu melemparkan anak-anaknya satu demi satu, dengan harapan agar 
wanita ini bersedia meninggalkan agamanya lantaran melihat bagaimana api
 membakar anak-anaknya sebelum membakar dirinya. Mungkin thaghut Fir'aun
 ingin menambah kepedihan hati wanita ini dengan melihat anak-naknya 
terbakar di depan matanya. Wanita itu bertabiat lembut, sehingga bisa 
jadi dia akan merasa pilu ketika melihat pemandangan yang buruk, seperti
 pembakaran dan pembunuhan. Kepedihannya pasti bertambah manakala yang 
disiksa dan dibunuh adalah anak-anaknya. Dalam kondisi seperti ini 
seorang ibu pasti terkoyak hatinya engan kepedihan yang mendalam. Akan 
tetapi, sikap yang diambilnya, kesabaran dan keteguhan yang dimilikinya 
menunjukkan tingkat iman yang diraih oleh ibu ini. Oleh karena itu, 
tidaklah mengherankan jika aroma dan bau harum mereka tercium Rasulullah
 shallallahu alaihi wa sallam di langit dan menarik perhatian beliau 
pada waktu melakukan perjalanan di langit yang tinggi. Beliau ingin 
mengetahui kisahnya. Wanita ini adalah wanita agung di sisi Alah. 
Kerendahannya di depan Fir'aun dan bala tentaranya adalah kebesarannya 
di hadapan Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya.
Rasulullah
 shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan kepada kita bahwa hati wanita
 ini teriris dan dia merasakan kepedihan yang mendalam manakala anaknya 
yang masih bayi hendak dilemparkannya ke dalam api. Dan biasanya seorang
 wanita akan lebih sedih dan trenyuh hatinya manakala putranya yang 
masih bayi terkena sesuatu yang menyakitkannya. Wanita ini sepertinya 
maju mundur dan berfikir untuk menyurutkan langjkahnya, akan tetapi 
anaknya meneguhkannya. Allah membuatnya mampu berbicara sebagai pemompa 
semangatnya supaya imannya bertambah dan membuktikan kebenaran imannya. 
Bayinya berkata (dan tidak biasanya bayi berbicara) kepadanya, "Wahai 
Ibu, masuklah karena adzab dunia lebih ringan daripada adzab akhirat."
Bayi
 itu tidak meminta kepada ibunya agar tidak bersedih atasnya atau 
memikirkannya, dia berbicara kepada ibunya dalam urusan ibu. Anak itu 
meminta kepada ibunya supaya bersabar atas apa yang akan menimpanya, 
karena adzab dunia lebih ringan daripada adzab Akhirat. Inilah takziyah 
(hiburan) besar yang diperuntukkan kepada orang-orang yang menghadapi 
kematian atau pembunuhan di jalan Allah. Oleh sebab itu, begitu dia 
mendengar ucapan bayinya, ibu ini tidak menunggu mereka melemparkannya. 
Dia pun masuk ke dalam tungku  dengan panas yang 
menyala-nyala. Secara pasti bau tubuhnya dan tubuh anak-anaknya yang 
terbakar memenuhi ruangan, seperti daging yang diletakkan di bejana 
panas dan menjadi matang. Oleh karena itu, Allah memuliakannya dengan 
membalik aromanya menjadi aroma harum mewangi yang tercium di seantero 
langit. Sungguh beruntung wanita ini dan merugilah Fir'aun. Wanita ini 
mati seperti juga Fir'aun mati. Keduanya pergi kepada Tuhannya. Fir'aun 
dan bala tentaranya di alam Barzakh di mana api neraka ditampakkan 
kepadanya pagi dan sore, dan pada hari kiamat dia memimpin kaumnya lalu 
menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Sementara ibu ini dan 
putra-putranya bernikmat ria dengan derajat yang tinggi, dan pada hari 
kiamat nanti Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir 
di dalamnya sungai-sungai.
Pelajaran-Pelajaran Dan Faedah-Faedah Hadis
1.      Keterangan
 tentang bagaimana iman bekerja di dalam jiwa. Di jalan Allah, 
orang-orang mukmin merasakan penyiksaan sebagai sesuatu yang ringan dan 
mereka menghadapi para thaghut. Kezhaliman paling keras dan penyiksaan 
paling biadab tidak akan berguna untuk menyurutkan iman seorang mukmin.
2.     Keterangan
 tentang sebagian yang dialami oleh rasulullah shallallahu alaihi wa 
sallam pada waktu Mi'raj ke langit di malam Isra'. Beliau mencium bau 
wangi wanita ini dan Jibril menceritakan kisahnya.
3.    Karamah
 Allah kepada wali-Nya yang mengorbankan jiwa mereka secara sukarela, fi
 sabilillah. Allah telah meninggikan derajat ibu ini dan memuliakannya 
berserta anak-anaknya secara agung.
4.
 Besarnya kebencian orang-orang kafir, seperti Fir'aun, kepada 
orang-orang yang beriman. Hati orang-orang kafir sepi dari belas kasih 
manakala mereka menghadapi ornag-orang mukmin. Mereka bisa membunuh dan 
membakar tanpa membedakan antara orang dewasa dan anak-anak yang masih 
menyusu.
5.  Wanita
 ini tidak bunuh diri manakala dia terjun ke dalam api. Dia ingin 
membuat Fir'aun dan bala tentaranya bersedih, daripada dia menyetujui 
kesombonggan mereka dengan menolak, berteriak dan tidak mau terjun ke 
dalam api. Dia memilih terjun sendiri tanpa rasa takut dan khawatir. Hal
 ini menambah kekalahan dan kemarahan mereka. Wanita ini mempecundangi 
mereka, dengan menyatakan secara terbuka bahwa mereka sangat hina. Di 
dunia ini masih ada orang yang menolak kehinaan, menolak menganggukkan 
kelanya kepada kezhaliman dan orang-orang zhalim. Sebagian orang yang 
engaku berilmu mengira bahwa perbuatan wanita ini adalah bunuh diri. 
Mereka itu perlu mengetahui perbedaan antara bunuh diri dengan apa yang 
dilakukan oleh wanita ini.
6.  Mengenal
 sebagian cara-cara penyiksaan yang dipakai di masa lalu, di antaranya 
adalah alat yang dibuat dengan bentuk seperti sapi. Siapa pun yang 
disiksa dengan cara dilempar ke dalamnya, maka itu terjadi setelah di 
bawahnya dinyalakan api.
7.   Keterangan
 tentang bayi yang berbicara sewaktu di dalam gendongan. Tiga orang dari
 bayi-bayi itu telah disebutkan dalam Hadis Juraijh, yaitu Isa bin 
Maryam, bayi Juraijh dan bayi yang menolak doa ibunya. Dan Hadis ini 
menyebutkan dua yang lain yaitu saksi Yusuf dan putra wanita tukang 
sisir Fir'aun. Dan kisah Ashabul Ukhdud menyebutkan yang keenam, yaitu 
seorang bayi yang mendorong ibunya agar terjun ke dalam api yang 
disiapkan oleh raja lalim bagi Ashabul Ukhdud.
8.  Usaha
 seorang muslim untuk menjaga sisa-sisa tubuhnya setelah dia wafat. 
Wanita ini meminta kepada Fir'aun agar mengubur sisa-sisa tubuhnya dan 
tubuh anak-anaknya.
9.   Seorang
 muslim boleh meminta kepada seorang thaghut atas sesuatu yang 
mengandung keburukan baginya, sebagaimana ibu ini meminta kepada Fir'aun
 supaya menguburkan abu dirinya dan anak-anaknya.
10.Balasan
 sesuai dengan jenis perbuatan. Wanita ini manakala bau tubuhnya dan 
anak-anaknya yang terbakar menyebar, Allah mengubahnya menjadi aroma 
harum lagi wangi yang bersumber darinya dan anak-anaknya di langit yang 
tinggi.
11. Allah
 meneguhkan hamba-hamba-Nya yang ingin dimuliakannya dalam 
kondisi-kondisi yang sulit. Allah membuat bayi menyusu bisa berbicara, 
dia meminta ibunya agar tetap teguh. Dengan itu dia menyingkirkan godaan
 setan yang muncul di benaknya dan hampir mencelakakannya. 
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 326-334.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar